Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 71 - Chapter 80

302 Chapters

Apa Benar Morgan Sang Dewa Perang?

Sebab dilontarkan setelah tepuk tangan terhenti, suara Arman terdengar begitu lantang, dan tentu saja kini dia menjadi pusat perhatian.Sebagian orang yang tak mengenalnya memasang muka jengah, sebab sungguh tidak pantas sikap kasar seperti itu ditunjukkan seseorang yang menghadiri acara seberkelas ini.Tidak seperti ayahnya yang begitu dikenal dan dihormati oleh orang-orang superpenting yang tengah menghadiri acara ini, Arman di mata mereka hanya anak muda sengak yang tidak tahu cara bersikap.“Kalau menurut kalian ini lucu, maka ada yang salah dengan otak kalian! Mana Sang Dewa Perang yang kami tunggu-tunggu? Kenapa malah kriminal seperti dia yang sekarang berdiri di panggung?” kata Arman lagi.“Orang ini mantan narapidana, asal kalian tahu saja. Tujuh tahun dia dipenjara karena tuduhan pencurian dan pemerkosaan. Bisa-bisanya kalian beri orang seperti dia panggung di acara seprestisius ini! Lelucon macam apa ini?!” sambungnya.Orang-orang kini mulai kasak-kusuk. Mereka tak tahu apak
Read more

Kembalinya Musuh Lama

“Apa maksudmu, Jenderal?”[Begini. Aku baru saja mendapat informasi kalau Rudolf telah kembali, dan dia sedang mencarimu. Dan sebab perusahaanmu telah mengumumkan kalau Dewa Perang akan hadir di acara malam ini, dia saat ini sedang menuju ke Kota HK.]Morgan terdiam. Rudolf adalah pemimpin salah satu pasukan pemberontak yang dihadapinya di salah satu perang tersulit dalam tujuh tahun ini.Di perang yang dimenangkan Morgan itu Rudolf tersingkirkan, terpaksa kabur ke luar negeri, sementara pasukan pemberontaknya ditumpas habis oleh Morgan.Jika benar kini dia telah kembali, itu artinya dia sudah merasa siap untuk membalas dendam.[Kau harus berhati-hati, Morgan. Kemungkinan besar, Rudolf punya koneksi di Kota HK ini.][Setidaknya beberapa orang penting di kota ini diam-diam punya hubungan dengannya, dan bisa jadi mereka saat ini menghadiri acara kalian.][Dan jika sampai orang itu tahu keluarganya Dewa Perang, istrimu akan berada dalam bahaya.][Orang-orang itu bisa diam-diam mengambil
Read more

Perang di Depan Mata

Morgan memicingkan mata, menatap penuh curiga.“Apa itu?” tanyanya.“Kita bicara di dalam saja, Dewa Perang,” jawab seseorang itu.Dan mereka pun masuk ke rumah. Morgan sempat menoleh ke sana-sini, tampak mencari-cari sesuatu, atau memastikan ada tidak-nya sesuatu.Di dalam rumah, ketika Morgan masuk, tujuh orang telah menunggunya.Beberapa dari mereka awalnya duduk-duduk di sofa, tapi setelah melihat Morgan, mereka langsung berdiri.Tujuh orang yang terdiri dari empat wanita dan tiga pria itu pun memberi hormat militer kepada Morgan.“Lapor, Dewa Perang! Tujuh Prajurit telah menyelesaikan tugas dan kini siap kembali membantumu menghalau serangan musuh!” kata salah satu dari mereka, si wanita yang tadi ‘menyambut’ Morgan di luar.Morgan menatap mereka sesaat, satu persatu, lalu membalas hormat mereka.“Wed, apa maksudnya ini? Kenapa kalian tiba-tiba datang tanpa ada pemberitahuan apa pun terlebih dulu? Kalian benar-benar telah menyelesaikan tugas kalian?” tanya Morgan.“Mohon maafkan
Read more

Rencana Jahat

Hingga beberapa lama, Morgan hanya mematung seperti manekin. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Pesan-pesan chat istrinya itu awalnya biasa saja, berisi pertanyaan-pertanyaan seputar siapa sebenarnya si pemilik nomor dan apa maksud dari pesan-pesan yang diterima Agnes tadi sewaktu meninggalkan restoran. Tapi setelah itu, Agnes mulai menyerang dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan, dan akhirnya dia menyimpulkan bahwa si pemilik nomor bukanlah pemilik Charta Group melainkan Morgan. Dan pesan-pesan chat dari Agnes setelahnya mengandung kemarahan yang tertahan, berisi desakan-desakan agar Morgan menjelaskan semuanya. [Apa benar kau teman baiknya Sang Dewa Perang? Maksudmu, rumah dan mobil yang kau pakai itu sebenarnya milik Sang Dewa Perang?] [Kenapa kau tak menceritakan semua ini padaku? Kau pikir aku tak perlu tahu itu?] Itulah dua di antara pesan-pesan chat bernada menyerang dari Agnes itu. Morgan kini benar-benar bingung. Jikapun dia membalas pesan-pesan tersebut,
Read more

Kabar Buruk di Jam Makan Siang

Agnes sedang sibuk mengurus hal-hal terkait proyek ketika ponselnya berdering.Dia terdiam sebentar, tak menyangka kalau orang meneleponnya adalah Allina.“Halo, Allina. Ada apa?”[Kau di kantor sekarang? Boleh aku ke sana untuk menemuimu?]“Sekarang?”[Sekitar setengah jam lagi, mungkin. Pas di jam makan siang. Saat ini aku sedang menuju ke sana.]“Kenapa mendadak sekali?”[Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Hal penting.]Agnes terdiam lagi, kali ini cukup lama.Sosok Morgan sekilas melintas di benaknya. Dia curiga hal penting yang ingin dibicarakan Allina itu ada kaitannya dengan suaminya itu.[Di jam makan siang, ya. Aku upayakan tiba di sana lebih cepat.]Tuut… tuut… tuut…Agnes hendak mengatakan sesuatu tetapi Allina telah memutus sambungan.Tadinya dia ingin meminta teman baiknya itu untuk mampir lain kali saja. Hari ini suasana hatinya sedang buruk.Teman baik. Dua kata ini membuatnya tersenyum tipis.Setelah sekian lamanya merasa sendirian, akhirnya dia punya seseorang yang
Read more

Kekalahan Agnes

Agnes bergeming saking syoknya dia melihat ibunya yang tampak berada di ujung maut.Dan saat dia akan mendekati ibunya, Riana menariknya dan menghalanginya."Kalau kau tak mau mengabulkan permintaan Mama, kau pergi saja!" kata Riana, melotot."Iya, pergi saja sana kau! Dasar anak tak tahu diri!" rutuk Robert.Deg!Dada Agnes seperti baru saja dihantam benda keras. Dia tak percaya... dia tak percaya keluarganya bisa sejahat ini padanya.Dan Henry, satu orang lainnya yang masih ada di ruangan itu, kini menarik tangannya dan menyeretnya ke pintu."Keluar kau sana!" kata Henry, mendorong Agnes sampai dia tersungkur.Di saat yang sama Livia kembali, dengan setengah berlari. Bersamanya ada Dokter Herman."Silakan masuk, Dokter!" kata Henry, memberi jalan.Herman sempat melirik ke arah Agnes sebentar, sebentar saja, dan dia tampak jengah.Agnes terganggu dengan tatapan Herman, tapi kemudian matanya teralihkan ke salah satu tangan Herman yang dibebat perban. Kelihatannya tangan itu tak bisa d
Read more

Pembalasan Dimulai

Besok paginya, di kantor pusat Charta Group…Agnes duduk menunggu di ruang tunggu di dekat lobi. Wajahnya muram dan kedua bahunya turun.Dia sedang menunggu Felisia.Tak lain dan tak bukan, kedatangannya ini adalah untuk mewujudkan apa yang disepakatinya dengan Henry kemarin, yakni soal pengunduran dirinya dan penyerahan proyek ke tangan Robert.Agnes mengenakan make up tapi lingkar hitam di matanya masih terlihat.Semalaman dia tak bisa tidur. Hari ini dia akan kehilangan hal-hal berharga yang sudah didapatkannya dengan susah-payah.“Selamat pagi, Nona Agnes. Bagaimana kabar Anda?” tanya Felisia.Agnes menoleh, membalas senyum Felisia. “Kabar baik,” ucapnya, meski nada bicaranya tak menunjukkan itu.Felisia langsung menyadari itu sehingga kerutan-kerutan muncul di keningnya.“Apakah ada masalah terkait proyek, Nona Agnes?” tanya Felisia setelah dia duduk.Agnes menggeleng, berkata, “Sejauh ini proyek berjalan lancar. Tak ada masalah berarti. Kalaupun ada, sudah saya atasi dengan bant
Read more

Kesepakatan Dibatalkan

Agnes mengklik tautan yang dikirimkan Allina. Sementara Henry masih terus mengomelinya, dia tak menyimaknya dan mulai membaca berita tersebut. Dan usai membacanya, dia terdiam dengan mulut ternganga. 'Benarkah ini? Apakah ini artinya Arman bukan lagi orang kaya-raya pewaris kerajaan bisnis ayahnya? Dan apakah itu berarti...? Ting! Pesan lainnya dari Allina tiba. [Kalau sudah begini, aku yakin, Arman akan mikir-mikir lagi soal janjinya mengucurkan dana triliunan rupiah buat perusahaan keluargamu itu.]Agnes tersenyum. Entah kenapa dia merasa itu lucu. [Hey, Agnes, kau dengar aku atau tidak?! Kau tahu kan betapa seriusnya situasi kita sekarang?[ Suara Henry terdengar nyaring. Agnes sampai mencopot dulu kedua TWS yang dikenakannya. Dan ketika dia mengenakannya lagi, dia berkata, "Pa, sepertinya aku tahu kenapa Arman seperti itu. Tapi ini bukan salahku. Seperti yang kubilang tadi, aku sama sekali tak melakukan apa pun."[Apa maksudmu?]"Arman dikeluarkan dari Gigantio Group, Pa.
Read more

Hari yang Sempurna

Agnes terdiam sebentar, tak mengerti dengan apa yang dikatakan ayahnya. Lalu dia berkata, “Maksud Papa apa? Kesepakatan dibatalkan? Itu berarti….” [Kesepakatan dibatalkan, itu artinya kau tak perlu lagi melakukan hal-hal yang kuminta kemarin. Dasar anak bodoh!] Klik! Henry mengakhiri percakapan begitu saja, meninggalkan Agnes yang kini keheranan dan kebingungan. Sesaat kemudian ponselnya kembali bergetar. Pesan masuk dari Allina. [Kau sudah dengar itu, Agnes? Mamamu sudah sembuh. Sekarang kau tak perlu lagi mengorbankan kariermu.] Lagi-lagi kabar yang membingungkan. Dia pun meminta izin kepada asistennya Felisia untuk keluar dulu. Di luar ruangan, dia menelepon Allina. “Apa maksudnya ini? Mama sudah sembuh?” [Betul. Mamamu sudah sembuh. Itu berarti kau tak perlu mengundurkan diri dan menyerahkan proyek ke tangan kakakmu. Kabar baik, Agnes!] “Tapi apa benar Mama sudah sembuh? Kau tidak sedang membohongiku, kan?” [Ya ampun, Agnes. Untuk apa juga aku bohong padamu soal ini? Bet
Read more

Agnes Diculik (Lagi)?

Di kamar hotel tempat Agnes menginap... Baru saja Agnes selesai mandi dan keramas. Kini dia tengah duduk di depan meja rias, mengeringkan rambut panjangnya dengan hairdryer. Hari ini dia telah bekerja keras, melakukan lebih banyak hal dari biasanya, dan kini dia merasa lelah. Tapi perasaannya cukup enak. Perubahan situasi yang mengejutkan tadi sore mengubah harinya yang semula begitu muram. Karena ibunya sudah sembuh, dan ayahnya membatalkan kesepakatan mereka, Agnes memutuskan untuk membatalkan pengunduran dirinya. Tadi dia sempat khawatir dan malu saat mencoba mengatakannya kepada asistennya Felisia, tapi untunglah pria itu sangat baik padanya. Agnes tak jadi mengundurkan diri. Dia masih akan terus menggarap proyek berharga dari Charta Group hingga proyek ini selesai. "Syukurlah. Aku benar-benar lega. Besok aku harus menyempatkan diri untuk melihat Mama," gumamnya. Dia tersenyum. Dia merasa akan bisa tidur nyenyak sebab ibunya telah melewati masa kritis dan kondisinya akan m
Read more
PREV
1
...
678910
...
31
DMCA.com Protection Status