Allina tak menduga akan ada tembakan dari dalam kamar.Untuk tembakan kedua hingga keempat, dia berhasil menghindarinya.Tapi tembakan pertama... peluru itu bersarang di bahunya."Sialan!" rutuknya, meringis kesakitan.Tapi dia tak boleh berhenti di sini. Dia yakin Agnes ada di dalam kamar. Tembakan-tembakan tadi membuktikan itu.Untuk berjaga-jaga, kalau-kalau seseorang di dalam sana itu akan kembali menembaknya jika dia berdiri di depan pintu, Allina menempelkan punggungnya ke dinding.Dia rogoh saku celananya, mengambil sesuatu. Itu adalah granat asap ukuran kecil. Dia sempat mengamankannya dulu sewaktu akan keluar dari militer, tentu saja secara ilegal.Sambil menekan luka tembak di bahunya, menahan rasa sakit, Allina berdiri dan menarik napas panjang."Kau bisa, Allina! Kau pasti bisa!" gumamnya, menyemangati dirinya sendiri.Alina lalu bergerak, mendobrak pintu itu dengan tendangan taekwondo dari samping.Memang pintu itu tak langsung roboh, tapi setidaknya ada celah yang terbuk
Read more