Home / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang: Chapter 91 - Chapter 100

302 Chapters

Insting dan Bahaya

Dua mobil patroli polisi melaju di jalan raya yang sibuk.Joseph berada di mobil patroli yang satu, sedangkan Morgan berada di mobil yang satunya lagi.Keduanya sedang menuju ke kantor polisi Kota HK.Di mobil patroli polisi itu, Morgan sedang berpikir, mencari-cari cara bagaimana dia bisa segera menuju ke lokasi yang tertulis di kertas memo tadi.Dia tak tahu siapa musuhnya. Instingnya mengatakan, orang-orang ini lebih berbahaya daripada orang-orang yang tempo hari menculik Allina dan istrinya.Kedua tangan Morgan terborgol di depan. Sebenarnya berlebihan dia sampai diborgol seperti ini, sebab dia dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, sebagai saksi.Tapi ini sama sekali tak aneh baginya. Joseph, kakak iparnya itu, selalu berusaha melakukan al buruk terhadapnya untuk menunjukkan kuasanya.Sayangnya, kali ini, kuasanya itu semu.Setelah cukup lama berpikir, sebuah ide akhirnya melintas di benak Morgan.Dia melirik ke kanan dan ke kiri. Dua orang polisi mengapitnya seakan-a
Read more

Ledakan Hebat

Orang-orang itu, ratusan jumlahnya, dengan cepat mengelilingi Morgan, membuatnya terjebak di dalam lingkaran yang semakin lama diameternya semakin mengecil.Tak seperti Miku, Morgan tak merasakan adanya ancaman berarti dari orang-orang ini.Hanya saja, satu pertanyaan muncul di benaknya: bagaimana Rudolf bisa menyusupkan orang sebanyak ini ke kota ini tanpa terdeteksi oleh aparat kepolisian maupun militer?"Hiyaaah!!"Raungan keluar dari mulut orang-orang itu ketika mereka berlari menerjang Morgan.Tak masalah. Morgan sudah dalam kondisi siap untuk bertarung. Dihajarnya orang-orang yang menerjangnya itu sehingga mereka terlempar ke berbagai arah.Beberapa dari mereka menghantam teman-temannya sendiri, membuat lingkaran itu cacat meski lekas tersambung lagi.Morgan meladeni orang-orang ini tanpa berpikir. Dia biarkan tubuhnya bergerak secara otomatis, dikendalikan oleh insting.Cara ini bisa menghemat energi, tapi sisi negatifnya: dia tak bisa mengatur daya hancur serangan-serangannya.
Read more

Memanfaatkan Celah

Miku telah melepaskan dua tembakan yang menghasilkan dua ledakan hebat.Nomalnya, siapa pun yang terkena atau berada di area ledakan akan mati, atau paling tidak terluka parah.Tapi sosok yang dihadapinya kini memang berbeda. Bahkan setelah Miku berhasil mengejutkannya dengan tembakan dan ledakan pertama, orang itu masih bisa berdiri dan baik-baik saja."Tak salah dia dijuluki Dewa Perang," gumam Miku.Yang membuatnya geleng-geleng kepala adalah apa yang terjadi setelah ledakan kedua.Dia tak melihat sosok Morgan di antara orang-orang yang bergelimpangan di bawah sana.Tak mungkin Morgan hangus sampai tubuhnya tak tersisa sama sekali. Kemungkinan besar dia berhasil menghindar atau seseorang memindahkannya sebelum ledakan kedua terjadi.Miku kembali meneropong dengan senapan khususnya, mencari-cari di mana Morgan berada.Tapi dia tak juga menemukannya. Yang dia temukan malah seorang wanita berambut pendek sebahu, dengan seragam tentara yang membuatnya tampak gagah.Wanita itu menengada
Read more

Kemenangan dan Kematian

Ledakan itu membuat Miku terlempar ke belakang, membuatnya batuk darah saat punggungnya membentur dinding.Senapan khususnya terlempar ke arah lain. Sudah pasti senjata itu tak bisa digunakan lagi.“A-apa… yang.. terjadi?” gumamnya saat mencoba bangkit.Kembali dia batuk darah. Dadanya terasa sakit. Tulang punggunnya terasa ngilu dan tangan kirinya kebas.Saat dia melirik tangan kirinya itu, dia mendapati darah mengucur deras dari sana.Dia nyaris tak bisa merasakan apa pun di tangannya itu.Zhappp!Tiba-tiba saja, seseorang mendarat di balkon tersebut, beberapa meter di samping kirinya.Tak salah lagi, dia dalah Morgan. Sosok Morgan kali ini tampak berbeda dari tadi. Melihatnya saja membuat bulu kuduk Miku berdiri.“Katakan padaku, senjata apa yang kau gunakan tadi? Dari mana kau mendapatkannya?” tanya Morgan langsung, berjalan menghampiri Miku.Miku hendak menghindar dengan menggeser tubuhnya ke kanan, tetapi sulit sekali baginya untuk bergerak.Rupanya, setelah dia mengecek lagi ko
Read more

Tingkah Aneh Agnes

Menjelang tengah malam, polisi-polisi tiba di gedung bekas sekolah di kawasan utara Kota HK. Joseph ikut turun ke lokasi. Dia tercengang mendapati ratusan orang bergelimpangan dan tinggal mayat. Kerusakan fisik di sekitar gedung juga tak biasa. 'Apa yang terjadi di sini?' pikir Joseph. Sementara anak-anak buahnya menelusuri petunjuk yang bisa membawa mereka ke titik terang, perhatian Joseph tertuju pada sebuah mobil patroli polisi yang terparkir di depan gedung. Mobil itu gosong bagian depan dan atasnya, tapi nomor polisi di bemper belakang masih utuh. "Tak salah lagi. Ini mobil yang membawa si keparat itu tadi!" katanya. Mobil itu memang mobil yang membawa Morgan. Dan Joseph pun menyimpulkan kalau Morgan tadi ada di sini. "Sialan kau, Morgan! Apalagi masalah yang kau timbulkan sekarang?" gumam Joseph. Firasatnya tak enak. Dia merasa sesuatu yang sangat buruk akan terjadi di kota ini. ... Di pelabuhan di kawasan utara Kota HK... Seorang pria turun dari kapal feri, mengenaka
Read more

Terlalu Mulus, Mencurigakan

Morgan ingin membalas provokasi Xavier tetapi Agnes menyenggol kakinya. Saat Morgan menoleh menatap Agnes, dilihatnya istrinya itu tampak kesal kepadanya.Morgan pun mengerti. Dia terpaksa menarik kata-kata yang sudah berada di ujung lidahnya. "Maafkan suami saya, Tuan Xavier. Mungkin kita bisa langsung ke topik yang ingin dibahas saja?" kata Agnes. "Oh, tak usah terburu-buru begitu, Nona Agnes. Malam masih panjang. Kita minum dan makan saja dulu. Sebentar lagi pelayan datang membawa hidangan," kata Xavier. Morgan tak senang dengan sikap Xavier yang sok ramah kepada istrinya. Tapi dia juga tak senang dengan sikap istrinya yang begitu menaruh hormat kepada Xavier. Seandainya saja Agnes tahu kalau Xavier sudah menyewa tentara bayaran untuk menghabisi suaminya, apakah dia masih akan bersikap hormat seperti itu pada Xavier? Morgan yakin tidak. Seratus persen tidak. Seperti yang dibilang Xavier, tak lama kemudian pelayan-pelayan masuk membawakan hidangan. Makanan-makanan mahal. Ang
Read more

Upaya Membalas Dendam

Di sisa perjalanan pulang ke hotel, baik Agnes maupun Morgan tak mengatakan apa pun. Kekecewaan begitu jelas ditunjukkan oleh Agnes lewat raut muka dan bahasa tubuhnya. Morgan, sementara itu, sedang memikirkan rencana busuk apa yang kira-kira dimiliki Xavier. Tiba di depan hotel, Agnes langsung membuka pintu dan turun, berlalu begitu saja. Morgan mengamati istrinya itu menjauh. Tapi tiba-tiba, wanita itu berhenti, lantas balik badan dan mendekat. "Kau tak mau tahu kenapa dari tadi aku mendiamkanmu?" tanyanya, mencondongkan tubuhnya ke depan. Morgan mengerutkan kening. Sadari tadi dia memang penasaran, tapi dia tak mengira Agnes mengharapkan dia bertanya tentang itu. "Kenapa kau mendiamkanku tadi, nyaris di sepanjang waktu?" tanya Morgan. Agnes berdecak kesal. Saat ini agaknya apa pun yang dikatakan atau dilakukan Morgan akan dinilai buruk olehnya. "Nomor itu... tempo hari kau menghubungiku dengan nomor itu, bertingkah seolah-olah kau pemilik Charta Group. Sebenarnya itu nomor
Read more

Jatuh ke Lubang yang Sama?

"Kau..."Sebelum Lemin menyelesaikan kata-katanya, Morgan memelintir tangan Lemin sehingga pistol di tangannya itu terlepas.Selanjutnya Morgan membanting Lemin.Bruakk!Bunyi keras itu terdengar saat tubuh gempal Lemin menghantam lantai, menyisakan retakan-retakan di sana.Anak-anak buahnya Lemin yang tengah mengeroyok Allina, seketika berhenti dan menoleh. Mereka tercengang melihat bos mereka terbaring tak bergerak.Allina, yang juga perhatiannya sempat teralihkan oleh apa yang dilakukan Morgan, mulai bergerak dan menghajar orang-orang yang mengeroyoknya.Situasi telah berbalik. Allina kini dengan mudah mengatasi orang-orang itu. Bahkan meski pandangannya sedikit terhalang oleh darah yang menetes-netes dari dahinya, dia bisa mengalahkan orang-orang itu.Dihantamnya sisa anak-anak buahnya Lemin hingga mereka semua terkapar. Allina menunjukkan kecakapan bertarungnya yang di atas rata-rata kepada Morgan.Setelah selesai, Allina menarik napas panjang, membuangnya perlahan.Orang-orang i
Read more

Ritual di Kamar Xavier

Xavier beranjak dari kursinya, menghampiri Agnes yang sudah tak sadarkan diri. Seringai terbit di wajahnya. Tipu-dayanya akhirnya berhasil. "Baiklah, Manis. Sekarang dari mana sebaiknya aku mulai menikmatimu?" ujarnya, sambil menyingkap rambut Agnes yang menutupi wajahnya. Bahkan saat tak sadarkan diri sekalipun, Agnes tetap terlihat begitu cantik. Xavier merasakan hasrat liarnya bangkit. Perlahan, Xavier memangku Agnes, dan dia berdiri. Mendapati bibir Agnes sedikit terbuka, dia jadi ingin menciumnya. Tapi dia menahan diri. Dia masih punya banyak waktu. Saat ini dia berada di rumahnya. Tak akan ada yang mengganggunya. Buah dada Agnes bergoyang-goyang saat Xavier membawanya, membuat hasrat liar Xavier semakin kuat. Dia menelan ludahnya. Di kamarnya nanti dia akan melampiaskan semuanya. Kenapa Xavier mendadak mengincar Agnes? Semua bermula dari saat dia menghadiri perayaan ulang tahun Charta Group. Dia memenuhi undangan, menghadiri acara itu, sebab dia tertarik untuk meliha
Read more

Pembuktian Allina

Allina tak menduga akan ada tembakan dari dalam kamar.Untuk tembakan kedua hingga keempat, dia berhasil menghindarinya.Tapi tembakan pertama... peluru itu bersarang di bahunya."Sialan!" rutuknya, meringis kesakitan.Tapi dia tak boleh berhenti di sini. Dia yakin Agnes ada di dalam kamar. Tembakan-tembakan tadi membuktikan itu.Untuk berjaga-jaga, kalau-kalau seseorang di dalam sana itu akan kembali menembaknya jika dia berdiri di depan pintu, Allina menempelkan punggungnya ke dinding.Dia rogoh saku celananya, mengambil sesuatu. Itu adalah granat asap ukuran kecil. Dia sempat mengamankannya dulu sewaktu akan keluar dari militer, tentu saja secara ilegal.Sambil menekan luka tembak di bahunya, menahan rasa sakit, Allina berdiri dan menarik napas panjang."Kau bisa, Allina! Kau pasti bisa!" gumamnya, menyemangati dirinya sendiri.Alina lalu bergerak, mendobrak pintu itu dengan tendangan taekwondo dari samping.Memang pintu itu tak langsung roboh, tapi setidaknya ada celah yang terbuk
Read more
PREV
1
...
89101112
...
31
DMCA.com Protection Status