“Siapa orang tak tahu waktu yang bertamu di saat kita sedang makan malam? Kenapa juga dia harus menekan bel berkali-kali?! Dasar gila!” rutuk Henry.“Jangan-jangan… itu dia, Pa,” kata Joseph.“Dia siapa?”“Morgan, Pa.”Henry mendengus. Kemarahan terlihat jelas di wajahnya.“Pelayan, coba lihat siapa yang datang! Kalau benar itu si keparat Morgan, jangan biarkan dia masuk!” perintah Henry.“Baik, Tuan,” tanggap si pelayan yang baru saja muncul. Segera saja dia bergegas ke ruang depan.Membayangkan orang yang baru saja menekan bel berkali-kali itu adalah Morgan, Joseph langsung kehilangan selera makan.Kedua kakinya gemetar. Begitu juga tangannya.“Joseph, kau kenapa lagi?” tanya Melisa, menatap Joseph cemas.“Tak apa-apa, Ma,” jawab Joseph, menggelengkan kepala.Tentu saja jawabannya itu tak meyakinkan. Bagaimanapun kulit mukanya benar-benar pucat seperti orang mati.Terdengar langkah-langkah kaki. Henry mengira yang datang itu si pelayan tadi, tapi ternyata bukan.“Selamat malam, oran
Читайте больше