Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of BODYGUARD KESAYANGAN : Chapter 71 - Chapter 80

94 Chapters

Restu

Sebelum Aya ke Air Terjun Putri Cahaya datang ke kamar sang ratu yang sudah semakin membaik. Gadis itu memeluk Amira sangat erat. Sempat ia berpikir akan kehilangan mamanya. Namun, berkat Wirata permaisuri Abhiseka terselematkan hidupnya. Hal yang membuat Aya bingung harus bersikap bagaimana. “Aya, kamu cantik banget pakai baju ginian. Nggak tertandingi sama sekali.” Amira masih duduk di ranjang saja. Dia belum ada rencana ke mana-mana. “Mama juga, pipinya udah merah lagi, bibir nggak pecah-pecah terus rambutnya mulai halus. Hebat banget Guru Wirata bisa sampai gini nolong Mama.” “Iya, Mama juga nggak nyangka bakalan hidup lagi. Kemarin sempat mau nyerah.” “Ayahanda mana, Ma?” tanya sang putri. “Nggak tahu, dari pagi nggak kelihatan, kenapa?” “Gini.” Gadis bermata biru itu menarik napas sejenak. Mungkin lewat bujukan Amira restu bisa didapatkan dengan mudah. “Mama, kan, udah balik ke sini. Entah kenapa Aya yakin kalau bentar lagi Aya bakalan punya adek bayi.” Senyum terbit di b
Read more

Deal

Aya melihat ke sekeliling, sepi sekali, sunyi, dan begitu tenang. Namun, ia teringat dengan pesan Yunda Niken, bahwa ia harus menolong Saka yang berada dalam bahaya. Aya mencoba berlari mencari jalan keluar, tapi ia tak menemukan apa-apa. “Ayo, bangun, bangun, jangan terbawa mimpi.” Gadis bermata biru itu sampai menampar diri sendiri, tapi tak terasa sakit sama sekali. “Aduh, gimana caranya mau nolongin Pak Saka kalau gini.” Aya mencoba menghantam perisai yang menghalangi dirinya tapi tidak terjadi sesuatu di depannya. Kemudian, lintasan kejadian saudaranya mati satu demi satu dibunuh Astina dan Wirata melintas bak putaran film di bioskop di depan mata Aya. Selesai satu kematian, lalu arwah saudaranya menembus tubuh Aya begitu saja, begitu terus sampai peristiwa dibunuhnya Niken Ayu beserta anak dan suaminya. Tak tahan dengan rasa sakit akibat ditembus oleh arwah saudaranya yang berjumlah sangat banyak, Aya menjerit kesakitan. Saat itu pula dunia serasa berputar sangat cepat di ma
Read more

Tangkap Ayam

“Bener, Pak Saka, yok, sekarang aja nikahnya. Nggak usah tunggu lama-lama.” Buyar rencana Aya untuk membunuh Wirata dan Astina.“Belum bisa, ada syaratnya.” “Apaan, heran, banyak bener gaya Gusti Prabu Abhiseka ini. Kalau bukan ayah sendiri, udah tak hiiiih sampai ke bikini bottom.” “Syaratnya, aku harus bisa membunuh Astina. Agar kerajaan kita damai.” “Oooh, gitu doank. Gampanglah itu, kirain disuruh membelah gunung.”“Gampang dari mananya, Tuan Putri, Astina itu sakti tanpa tandingan dari dulu.” “Pokoknya gampang, serahin sama Aya. Pak Saka tinggal ikut rencana Aya, ya. Oke, deal?” Saka menatap Tuan Putri agak sedikit curiga. Meski tadi dia separuh sadar, tapi Saka bisa melihat bagaimana kemampauan Aya ketika bisa mengalahkan gurunya. Aya dan Saka masih berduaan. Ngapain? Bahas cara mengalahkan Astina, yang sebenernya gampang banget bagi Aya. Namun, menurut Saka, harus dialah yang mengalahkan siluman kelabang itu biar bisa sat set sat set nikah sama sang putri. So, pura-pura t
Read more

Rantai Makanan

“Acieeeeh, Pak Saka udah berani peluk Aya. Tapi, kita, kan nggak kelihatan, Pak di mata manusia?” Aya senang bukan main dipeluk Saka. “Oh, iya lupa.” Saat itu juga Saka melepaskan pelukannya. “Tahu gitu, nggak dikasih tahu biar dipeluk agak lama.” Kecewa sang putri jadinya. “Sudah, ayo pergi dari sini. Sudah cukup 10 ekor ayam kita tangkap.” Saka mengikat ayam dengan ikat kepalanya. Lalu dia mengajak gadis bermata biru itu kembali. “Pak Sakaa, gendong.” Kumat manja si Aya. “Malas, bisa terbang padahal.” “Pelit!” “Lihatlah aku sedang bawa ayam.” “Eh, tunggu, emang udah tahu di mana tempat tinggal Astina?” tanya Aya. “Oh, iya, di mana, ya? Tuan Putri tunggu di sini, aku akan bertanya pada guru dulu, dia pasti tahu jawabannya.” “Eh, Pak Saka, nggak usah, mending cari tahu sendiri deh. Duduk, tenangkan pikiran, pasti ketemu. Feeling Aya Astina tinggal di dalam gunung. Percaya sama calon istrimu yang cantik jelita dan imut-imut ini.” Sejenak Saka memandang Aya. Dari cara berbica
Read more

Orang Dalam

“Guru Wirata, Aya tahu guru udah berjasa banget nolongin Mama, tapi ada ratusan saudara, keponakan, bahkan cucu Aya yang Guru bantai tanpa ampun. Jadi malam ini adalah malam terakhir bagi Guru untuk tinggal di gunung.” Gadis bermata biru itu memetik beberapa bunga beracun berwarna hitam. Yang paling besar bahkan ia ambil menggunakan selendangnya sendiri agar ia tak terkena efek samping bunga tersebut. Ada satu keranjang kecil Aya bawa sendirian saja, tanpa melibatkan siapa pun termasuk Saka juga Mei Mei. Namun, kedatangan Saka yang tiba-tiba membuat sang putri terpaksa menyembunyikan bunga itu. Aya langsung memasang wajah ceria seperti biasanya. “Apa yang Putri lakukan malam-malam di kebun belakang?” tanya Saka. “Lihat bunga, Pak.” “Untuk apa? Ini bunga beracun. Di bawah sana tertanam jiwa-jiwa pengkhianat yang bekerja sama dengan Astina dulu.” “Nggak ada, siapa tahu kalau kita pakai bunga ini bisa bunuh Astina kan, terus kita bisa kawin cepet,” ucap Aya dan Saka langsung melirik
Read more

Kematian Sang Guru

Dua manusia harimau itu bersamaan berbicara. Kalau sampai salah satunya tewas, maka mereka berdua yang paling layak disalahkan. Keduanya berlari kencang dan menghilang lalu sampai di istana. Di sana Saka melihat Aya menangis sesenggukan. “Putri, apakah Gusti Ratu?” tanya Saka agak takut. “Bukan, Guru Wirata meninggal, Pak, hu hu hu, sedih banget Aya dibuatnya. Belum sempat balas budi, belum sempat minta maaf, Guru udah pergi, hu hu hu. Aya yang salah, hu huuu.” Jago banget akting Aya soalnya air matanya turun terus di pipi. “Sudah tidak apa-apa, bukan salah Tuan Putri.” Saka memeluk Aya untuk menangkan tangisan calon istrinya. “Yes, akhirnya dipeluk Pak Saka,” gumam Aya perlahan. “Apa sebab kematian, Guru?” Cakra Buana menahan dayang yang mulai mempersiapkan upacara penguburan untuk Wirata. “Bunuh diri, Tuan, beliau menelan racun bunga hitam sangat banyak. Penyebab bunuh dirinya tidak ada yang mau bilang.” “Putri Cahaya, izinkan aku untuk mengurus pemakaman guru sebagai bakti s
Read more

Ekosistem

Gustri Prabu Abhiseka melihat jasad Astina terbujur kaku di depan matanya. Hampir tak menyangka raja itu bahwa Saka mampu menaklukkannya seorang diri. Padahal yang ia tahu dulu mendiang Guru Wirata pun tak sanggup dan memilih menjauh dari masalah. Syarat itu pun sebenarnya pemberat agar Saka mundur tertatur dan tak ada keinginan untuk menikahi putrinya. “Abhi, tepati janji, kan, Saka udah bawa tu apa yang kamu minta. Raja mana boleh bohong, kalau bohong namanya raja ngibul.” Amira membujuk sang prabu yang masih berpikir keras. Saka tersenyum dikit. Sama aja dua kali lima lima kali dua, Abhiseka nggak berkutik kalau udah dirayu Amira. “Taksaka, pengawal setiaku,” panggil ayahanda Cahaya.“Baik, Gustri Prabu.” “Karena kau telah memenuhi apa yang menjadi persyaratan sebagai suami yang layak untuk putriku. Maka dari itu aku ucapkan terima kasih, dan satu pekan dari sekarang, istana akan mempersiapkan pernikahan kalian berdua, yang mewah dan mengundang semua rakyat di Gunung Kalastra. S
Read more

Tujuh Hari Tujuh Malam

“Agh, sakit, Mei, astogeee, jangan kuat-kuat, woi!” Sekujur badan Aya digosok pakai batu kali. Pagi ini adalah hari pernikahannya dengan bodyguard kesayangan. Karena itu semua noda dan dosa yang melekat dalam diri Aya harus dihapuskan.“Supaya cantik dan halus kulitnya nanti, Tuan Putri. Jadi, Tuan Saka pun semakin klepek-klepek dengan tuanku yang jelita dan ayu mempesona.” Mei masih menggok telapak kaki Aya dengan sebongkah batu. “Pak Saka udah naksir Aya dari sejak Aya burik, eh, nggak pernah burik sih Aya dari dulu. Aduh, sakiiit! Itu jerawat punggung tolonglah dikondisikan.” Nyuut, batu kali menggiles jerawat belum mateng sampai pecah. “Selesai!” Mei memberikan kain panjang untuk sang putri. Habis itu Aya didandanin oleh seorang perias yang sangat terkemuka. “Wow, ngalahin MUA di dunia manusia ini.” Aya melihat wajahnya jadi berbeda. Pakai lipstik merah delima jadi terlihat lebih dewasa dari usianya. Terakhir sang putri menggunakan baju kebesaran untuk pernikahan ala kerajaan m
Read more

Bulan Madu

Bagian 62 Bulan MaduJadi setelah Aya memperoleh kesadarannya, apa yang dia lakukan? Meratap menangis di depan cermin, sampai luntur eye liner saking banjir air mata Aya yang turun. Saka sampai tutup telinga. Nggak selesai-selesai nangisnya dari tadi. “Bikin malu aja, hiks,” gumam Aja sambil sedot ingusnya yang keluar. “Sudahlah, Dinda, itu, kan dilakukan dalam keadaan tidak sadar. Di luar jaringan,” jawab Saka. Padahal dia udah ready untuk malam pertama, tapi malah istrinya mewek duluan. Nggak jadi-jadi malam pertama, ketunda teros. Mana Mei Mei datang lagi membujuk sang putri. “Udah nikah tapi masih juga jomlo. Nasib punya istri masih bocah.” Saka duduk di tepi ranjang, melihat Mei membujuk tuannya. “Tuan Putri, maafkan hamba. Hamba yang salah memberikan obat. Hukum saja hamba karena memang pantas, hiks.” Ikut nangis Mei Mei. “Udah kejadian Mei, mau ditarok di mana mukak ini, huahahahahaha, hiks, hiks, hiks.” Malah paduan suara nangis bersama. Makin kencenglah Saka tutup te
Read more

Singgasana

Sampai semalam suntuk Aya sama Saka mengurus laporan yang ada di depan matanya. Entahlah, kayaknya sengaja Abhiseka menyusahkan putri dan menantunya. Mungkin ada maksud lain yang tersembunyi. “Lanjut besoklah, Kang Mas, masih banyak ini.” Aya menguap mangap lebar. Mei apalagi yang nungguin dia dari tadi. Oleh sang putri Mei disuruh istirahat duluan. Sepasang suami istri baru menikah itu masuk ke kamar, merebahkan diri dan lelap dalam nyenyak masing-masing. Malam pertama? Hanya dalam angan-angan saja. “Liar sekali pikiranku.” Saka menggeleng, tapi bayangan ia menduduki singgasana sang prabu terus berjalan-jalan di kepalanya. “Tidak, tidak mungkin. Bisa-bisa Aya marah dan tak peduli lagi padaku. Mendapatkan dia itu sangat susah!” Saka terus berpikir dalam gelapnya malam di kerajaan Gunung Kalastra. Sudah lama dia menjadi pengawal sang prabu. Hidup, mati, dan bahkan pernikahannya pun diatur oleh Abhiseka. Memang, hal demikian merupakah bayaran atas janji setianya dulu saat diangkat
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status