Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of BODYGUARD KESAYANGAN : Chapter 41 - Chapter 50

94 Chapters

Jatuh Cinta

Tinggal menunggu satu hari berlalu. Aya tidak akan tinggal di rumah Pak Bondan lagi. Apa yang sekarang dilakukan oleh Aya dan Saka setelah kemarin cosplay menjadi Ultraman Giga? Yaitu pergi karaoke. Saka sampai tutup telinga karena dentum musik yang terlalu kuat di telinganya. Aya menyanyikan lagu masa kini juga lagu daerah. Suaranya memang bagus, tapi tanpa menyanyi pun sang putri sudah membuat hidup pengawal itu jadi berisik setengah mampus. “Besok aku sudah sampai di gunung. Semoga setelah ini hidupku tenang. Tidak apa cinta lepas lagi. Asalkan aku mendapat kedamaian,” ucap Saka ketika melihat Aya jingkrak-jingkrak nggak jelas di dalam ruangan. “Pak Saka ngomong apa tadi?” tanya Aya. “Tidak ada, lanjutkan saja menyanyinya, Non, di gunung hal seperti ini tidak akan ada.” Saka, sebenarnya dia juga mahir memainkan alat musik ketika sedang termenung di gunung. Sebuah suling yang ia buat dengan tangannya sendiri. Sayangnya, ia tinggalkan di gunung karena di dunia manusia sudah terlal
Read more

Pulang ke Rumah

Di kamarnya, Guru Wirata baru saja selesai memahat patung kecil-kecil. Di antaranya mereka adalah, Putri Cahaya dan tiga calon suaminya yang ia pilih dari gunung lain sesuai dengan titah sang prabu. Langkah selanjutnya yaitu mencari kecocokan dari tiga pangeran tersebut. Mana kiranya yang akan layak menjadi pelindung Putri Cahaya. Satu dari tiga pangeran harimau putih itu bahkan sebentar lagi akan menjadi raja. “Baiklah, semoga ada yang layak untukmu, Putri Cahaya yang separuhnya berdarah manusia, separuh lagi berdarah harimau.” Guru Wirata mengikat patung sang putri dengan salah satu pangeran menggunakan benang merah. Ia bakar menggunakan api yang juga berwarna biru. Benang merah tersebut putus dan patung pangerannya hangus menjadi abu. Tidak dengan Aya.Berlanjut pada patung pangeran kedua. Masih sama, bahkan patung pangeran harimau putih itu meledak. Pertanda jika dipaksakan Aya dengannya, bukan tak mungkin ada perang besar antara dua kerajaan. Mengingat sang putri bukanlah sepert
Read more

Perjalanan ke Gunung

“Mati aku sampai di atas nanti. Hukuman apa kira-kira yang akan diberikan oleh Gusti Prabu,” ujar pengawal itu perlahan. Saka berjalan di depan dan Aya mengikutinya dari belakang. Mereka melewati tempat yang indah dan membuat mata terlena. “Pak Saka,” panggil sang putri. Namun, pengawal itu sedang tidak ingin bicara apa-apa.“Pak Saka marah sama Aya?” tanya gadis bermata biru itu. “Tidak, kita harus cepat sampai, Tuan Putri. Gusti Prabu pasti sudah menunggu.” Saka menyingkirkan ranting pepohonan yang menghalangi langkah mereka berdua. “Yang tadi nggak sengaja loh, Pak, suer.” “Tidak sengaja apanya?” gumam pengawal itu tak percaya. “Ah, tapi Pak Saka diem aja, nggak ada ngelawan, artinya Bapak mau juga donk.” Aya senyum lagi. “Tuan Putri, harap jaga bicara di sini ya, jangan berkata mesum, nanti terj—” “Terjadi hal-hal yang diinginkan?” tebak Aya. “Shyuuuh, tenang dan nikmati alam pemandangan sekitar.” Saka kemudian menunjuk taman bunga yang sangat luas di lahan tak berpenghuni
Read more

Gejolak Perasaan

“Tuan Putri Cahaya Argani, selamat datang di istana Kerajaan Gunung Kalastra, hamba Marlin, kepala dayang di istana ini.” Sambutan dari salah satu pengurus istana yang paling tua, sambil menundukkan kepala memberi hormat. “Keren amat nama di gunung Marlin, kiran Paijo, Painem, Suketi gitu.” Aya masih memperhatikan gerbang masuk istana yang begitu megah daripada rumah Amira. Semua yang ada di sana memberikan hormat padanya. “Tuan Putri, ayo, hamba akan mengganti bajumu. Gusti Prabu sudah menunggu,” ajak Marlin. Dia membuka tas ransel sang putri dan memberikannya pada dayang muda. “Eh itu ada sunscreen, cussion, retinol, bedak, lipstik.” Aya meminta lagi tasnya. “Tuan Putri tidak perlu itu semua di sini. Mari, kita ganti semua barang-barang manusia biasa yang fana ini. Antar Tuan Putri ke pemandian.” Perintah Marlin pada lima dayangnya. Sepanjang jalan Aya hanya ber woow dan say amazing saja atas kemegahan istana milik Abhiseka. Bahkan dia tidak memanggil Saka lagi. Sudah ada lima
Read more

Mana Bisa Tenang

“Taksaka, kau diam dulu di sini sampai pertemuan selesai.” Guru Wirata membuka suara. “Baik, Guru.” Lelaki itu memutuskan tinggal di sisi tuannya lagi. Sesekali manusia harimau kuning tersebut melirik Putri Cahaya yang akhirnya bisa memadamkan api biru sendirian. Kemudian gadis yang sama keras kepalanya seperti Amira duduk sesuai tempat yang ditunjukkan Mei Mei. ‘Oh my god, kenapa semua cowok di sini nggak pakai baju,’ gumam Cahaya dalam hatinya. Malu kalau didengar orang lain. Dari semua yang hadir, hanya Abhiseka yang menggunakan jubah serupa dirinya. Sisanya shirtlees seperti Saka. Very maskulin like gentleman and slaaay. ‘Ya ampun, puas donk mata aku lihat pemandangan indah setiap hari.’ Gadis bermata biru itu senyum-senyum sendiri. ‘Semoga nggak ada gay di sini, sayang banget, udah six pack, macho, uwoooow, kayaknya kalau milih sambil merem nggak apa ini kalau asal comot.’ Gitu kata Aya dalam hati, padahal matanya dari tadi melihat Saka terus. Sampai manusia harimau itu jadi
Read more

Hadiah

“Tuan Putri, bangun, Tuan Putri, bangun, hari sudah pagi, ayo kita bersiap.” Mei Mei mengguncang betis tuannya. Aya tidur memakai kain yang sangat tipis dan pendek, mungkin kepanasan, padahal di gunung sangat dingin. “Bentar, lagi, Ma, kan, libur sekolah.” Aya balik tengkurep. “Tuan Putri, nanti Gusti Prabu marah kalau putrinya bangun siang. Tak baik untuk anak gadis apalagi yang belum menikah,” bisik Mei Mei lagi. “Aya nikah sama Pak Saka aja.” Mendengkur lagi gadis bermata biru itu. “Tuan Putri pilihannya hanya tiga pangeran yang datang.” Mei Mei tak menyerah membangunkan tuannya. “Pangeran, Gusti Prabu,” ulang Aya sambil membuka mata perlahan. Lalu ia sadar sudah berada di dalam istana. Detik itu juga Aya duduk bersila. “Cepet banget waktu berjalan, perasaan baru kemarin main ultraman sama Pak Saka.” Aya garuk-garuk kepala. “Ayo, Tuan Putri, hamba bantu mandi.” “Pak Saka mana?” tanya gadis itu. “Tidak tahu, Tuan Putri, kami beda urusan dan pekerjaan. Kita harus cepat, sebab
Read more

Priiiiit

“Nggak ada kasta, nggak ada main curang, nggak ada kaya miskin, nggak ada pangeran atau pengawal. Bola is bola, masuk gawang lawan, goool, poin satu, masuk gawang sendiri, tandanya gol bunuh diri. Kalah, gagal.” Aya menjelaskan peraturan singkat permainan sepak bola pada dua kapten yang ditunjuk tim masing-masing. Tim harimau putih dan harimau kuning sedang bersiap, bola api ada di kaki Aya. Agak lain memang putri yang satu ini. Dia bisa membuat semua orang berkerumun di halaman kerajaan dan menyaksikan pertandingan. Para dayang perempuan teruwow-uwow melihat penampilan para lelaki yang kekar dan gagah. Nggak cuman itu, Gusti Prabu Abhiseka dan Guru Wirata sampai menghentikan pembicaraan mereka berdua karena terlalu ramai dan tak bisa tenang. “Putrimu yang satu ini memang luar biasa, Gustri Prabu, lain dari yang lain.” Guru Wirata bertepuk tangan, takjub dengan keajaiban Putri Cahaya. “Mungkin karena tinggal di dunia manusia terlalu lama, makanya otaknya agak kena sedikit, untungla
Read more

Memilih Jodoh

“Aya, Putri Cahaya, datanglah kemari. Aku rindu denganmu.” Astina mengirimkan asap hitam ke dalam dimensi cermin saat Aya tertidur. Gadis bermata biru itu langsung terbangun dan berdiri dengan tatapan mata kosong. “Putri Cahaya, bukankah kau ingin membakar gunung ini sampai hangus, kalau cintamu pada Saka tak kesampaian?” Perkataan Astina membuat sang putri mengangguk. “Kalau begitu kemarilah, aku bisa membuat apimu lebih besar dan menghanguskan seisi gunung, tak akan ada yang bisa mencegahmu,” ujar Astina sekali lagi. Kemudian Aya berjalan kaki, dia melompati jendela mengikut suara Astina agar tak ketahuan oleh Mei, dan pengawal yang lain. Sang putri digiring oleh Astina agar mereka bertemu di satu tempat. Lalu dengan pengaruh darinya api Aya akan semakin membesar hingga membakar semuanya tanpa terkecuali di dalam gunung. Setelah itu Astina akan membunuh Aya, dan tuntas sudah dendamnya pada Abhiseka. Langkah kaki Aya didengar oleh Abhiseka dan dua pengawalnya. Gadis bermata biru
Read more

Ide Gila

Putri Cahaya ikut dengan Mei Mei ke bagian belakang istana. Dia lagi malas disuruh bertemu dan menghadap sama ayahanda yang di umur 18 tahun baru ketahuan siapa orangnya. Mei Mei memberikan makan ayam emas peliharaan Gusti Prabu. Dayang itu dulunya pengurus peliharaan baginda raja, terus naik pangkat jadi pendamping Aya. “Bosan banget tinggal di sini. Padahal baru empat hari, enakan di dunia manusia. Pasti sekarang lagi ngurus tempat kuliah, ketemu temen-temen baru, walau tiap hari ribut sama Mama.” Aya duduk di tanah begitu saja. Bajunya jadi kotor, tapi dia nggak peduli. Sang putri tetap menyuruh Mei untuk memberi makan peliharaan ayahandanya.“Sebenarnya hamba juga penasaran bagaimana dunia manusia itu, Tuan Putri. Apa benar menyenangkan?” “Pergi kita, Mei?” Berbinar mata Aya. “Inginnya begitu, tapi pasti akan tertangkap, Tuan Putri. Ilmu hamba tak sehebat Tuan Saka dan Cakra Buana. Sampai di kaki gunung juga sudah ketahuan.” “Payah, coba dikasih kebebasan,” cibir Aya.“Ada al
Read more

Menipu Pangeran

Day 1Aya membuka semua merk obat terlambat datang bulan. Dia suruh Mei Mei rebus dalam satu wadah sampai jadi satu jamu yang sangat kental. Entah apa-apa aromanya apalagi rasa. Beggh, Aya aja nggak berani deket-deket. “Tuan Putri, ini jamu apa?” tanya Mei sambil tutup hidung. “Jamu sabar langsung subur, Mei, jangan dicoba sakit nanti. Eh, tapi manusia harimau bisa sakit, nggak, Mei?” “Bisa, Tuan Putri, tapi ya lebih cepat sembuh daripada manusia. Kita juga mati, tapi lebih lama.” “Paling cepet kalian mati di usia berapa?”“Kalau tidak salah paling muda 200 tahun.” “Di dunia manusia udah tua banget itu. Ya udah, yuk, kita ketemu Pangeran Takguna. Jangan lupa jamuan makan sama jamu dihidangkan ya, Mei. Jangan sampai gagal.” “Baik, Tuan Putri. Jangan lupa Pangeran Takguna dia paling suka disanjung dan dipuji setinggi langit. Coba Tuan Putri lakukan itu untuk mengambil hatinya.” Mei meninggalkan Aya dan mempersiapkan tempat makan untuk keduanya. Aya sudah menunggu dengan duduk man
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status