“Nggak ada kasta, nggak ada main curang, nggak ada kaya miskin, nggak ada pangeran atau pengawal. Bola is bola, masuk gawang lawan, goool, poin satu, masuk gawang sendiri, tandanya gol bunuh diri. Kalah, gagal.” Aya menjelaskan peraturan singkat permainan sepak bola pada dua kapten yang ditunjuk tim masing-masing. Tim harimau putih dan harimau kuning sedang bersiap, bola api ada di kaki Aya. Agak lain memang putri yang satu ini. Dia bisa membuat semua orang berkerumun di halaman kerajaan dan menyaksikan pertandingan. Para dayang perempuan teruwow-uwow melihat penampilan para lelaki yang kekar dan gagah. Nggak cuman itu, Gusti Prabu Abhiseka dan Guru Wirata sampai menghentikan pembicaraan mereka berdua karena terlalu ramai dan tak bisa tenang. “Putrimu yang satu ini memang luar biasa, Gustri Prabu, lain dari yang lain.” Guru Wirata bertepuk tangan, takjub dengan keajaiban Putri Cahaya. “Mungkin karena tinggal di dunia manusia terlalu lama, makanya otaknya agak kena sedikit, untungla
“Aya, Putri Cahaya, datanglah kemari. Aku rindu denganmu.” Astina mengirimkan asap hitam ke dalam dimensi cermin saat Aya tertidur. Gadis bermata biru itu langsung terbangun dan berdiri dengan tatapan mata kosong. “Putri Cahaya, bukankah kau ingin membakar gunung ini sampai hangus, kalau cintamu pada Saka tak kesampaian?” Perkataan Astina membuat sang putri mengangguk. “Kalau begitu kemarilah, aku bisa membuat apimu lebih besar dan menghanguskan seisi gunung, tak akan ada yang bisa mencegahmu,” ujar Astina sekali lagi. Kemudian Aya berjalan kaki, dia melompati jendela mengikut suara Astina agar tak ketahuan oleh Mei, dan pengawal yang lain. Sang putri digiring oleh Astina agar mereka bertemu di satu tempat. Lalu dengan pengaruh darinya api Aya akan semakin membesar hingga membakar semuanya tanpa terkecuali di dalam gunung. Setelah itu Astina akan membunuh Aya, dan tuntas sudah dendamnya pada Abhiseka. Langkah kaki Aya didengar oleh Abhiseka dan dua pengawalnya. Gadis bermata biru
Putri Cahaya ikut dengan Mei Mei ke bagian belakang istana. Dia lagi malas disuruh bertemu dan menghadap sama ayahanda yang di umur 18 tahun baru ketahuan siapa orangnya. Mei Mei memberikan makan ayam emas peliharaan Gusti Prabu. Dayang itu dulunya pengurus peliharaan baginda raja, terus naik pangkat jadi pendamping Aya. “Bosan banget tinggal di sini. Padahal baru empat hari, enakan di dunia manusia. Pasti sekarang lagi ngurus tempat kuliah, ketemu temen-temen baru, walau tiap hari ribut sama Mama.” Aya duduk di tanah begitu saja. Bajunya jadi kotor, tapi dia nggak peduli. Sang putri tetap menyuruh Mei untuk memberi makan peliharaan ayahandanya.“Sebenarnya hamba juga penasaran bagaimana dunia manusia itu, Tuan Putri. Apa benar menyenangkan?” “Pergi kita, Mei?” Berbinar mata Aya. “Inginnya begitu, tapi pasti akan tertangkap, Tuan Putri. Ilmu hamba tak sehebat Tuan Saka dan Cakra Buana. Sampai di kaki gunung juga sudah ketahuan.” “Payah, coba dikasih kebebasan,” cibir Aya.“Ada al
Day 1Aya membuka semua merk obat terlambat datang bulan. Dia suruh Mei Mei rebus dalam satu wadah sampai jadi satu jamu yang sangat kental. Entah apa-apa aromanya apalagi rasa. Beggh, Aya aja nggak berani deket-deket. “Tuan Putri, ini jamu apa?” tanya Mei sambil tutup hidung. “Jamu sabar langsung subur, Mei, jangan dicoba sakit nanti. Eh, tapi manusia harimau bisa sakit, nggak, Mei?” “Bisa, Tuan Putri, tapi ya lebih cepat sembuh daripada manusia. Kita juga mati, tapi lebih lama.” “Paling cepet kalian mati di usia berapa?”“Kalau tidak salah paling muda 200 tahun.” “Di dunia manusia udah tua banget itu. Ya udah, yuk, kita ketemu Pangeran Takguna. Jangan lupa jamuan makan sama jamu dihidangkan ya, Mei. Jangan sampai gagal.” “Baik, Tuan Putri. Jangan lupa Pangeran Takguna dia paling suka disanjung dan dipuji setinggi langit. Coba Tuan Putri lakukan itu untuk mengambil hatinya.” Mei meninggalkan Aya dan mempersiapkan tempat makan untuk keduanya. Aya sudah menunggu dengan duduk man
“Ayo, Pak Saka, dikit lagiii. Menang, menang, menang, menang.” Aya menyemangati pengawalnya. “Ayo, menang, Pak, nanti Aya masakin ayam goreng, pakai bumbu kunyit, jahe, sama bawang putih.” Mendengar kata ayam goreng, telinga Saka langsung tegak berdiri. Makanan kesukaannya selama di dunia manusia. Saka mengumpulkan tenaganya lebih banyak dan akhirnyaaaa … “Yees, ente gagal, Bro, pulang sono.” Aya sorak-sorak bergembira. Kemenangan ada di tangan Saka selama hampir setengah hari adu tenaga antara sesama pejantan tangguh. Pangeran kedua merasa dihina oleh Saka. Namun, perjanjian tetaplah perjanjian. Manusia harimau putih itu kembali ke kerajaannya. Tinggal satu pangeran lagi yang akan uji nyali bersama Putri Cahaya. “Nanti Aya antar ayam gorengnya, ya, Pak. Pak Saka tunggu aja, Aya janji.” “Hmm,” jawab Saka. Kemudian manusia harimau kuning itu berpikir, bagaimana caranya Aya dapat ayam. Sedangkan jalan kaki turun dari gunung lama pakai banget, dan gadis bermata biru tersebut belum
Astina memperhatikan Tuan Putri Cahaya yang sedang berusaha dijodohkan oleh pangeran ketiga. Siluman kelabang itu tertawa lebar. Padahal sudah jelas mereka tidak cocok tapi masih bisa dipaksakan. “Abhiseka itu bodoh, terlalu menggebu-gebu ingin punya keturunan lagi. Padahal kalau putrimu itu sampai punya anak, akan aku habisi juga. Percayalah, tak akan aku biarkan kau punya cucu, Abhiseka. Soal anak, ya aku akan biarkan Cahaya hidup, sebagai keturunan terakhir yang tak akan bisa memberimu penerus lagi, ckckckck, kasihannya.” Astina meniupkan asap hitam dari dalam gua persembunyiannya. “Bagus kalau aku bermain-main dengan harimau putih yang ini. Kita lihat sampai sejauh mana dia bisa tahan melihat paha sang putri tersingkap kainnya.” Astina telah mengirimkan sihir untuk mempengaruhi isi kepala pangeran ketiga. Selanjutnya dia hanya perlu melihat apa yang akan terjadi. “Semoga kalian tersulut untuk berperang dan saling membunuh satu sama lain. Pada saat kesempatan itulah aku bisa mem
Kepala Abhiseka sedang dipijit oleh seorang tabib di dalam kamarnya. Sejak ribuan tahun lalu baru kali ini ia merasakan sakit yang sangat berbeda. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan Putri Cahaya yang banyak perangai.“Sudah baikan, kah, Gusti Prabu?” tanya Guru Wirata yang datang ke kamar sang raja.“Lebih baik daripada kemarin.” Abhiseka berpenampilan sederhana tanpa atribut raja sama sekali. Penampilan yang dulu sempat dipuja-puja oleh Amira. “Ada apa gerangan Gusti Prabu memanggilku dan mana Saka serta Cakra?” “Mereka masih menghilangkan warna emas pada tubuh mereka.” “Gara-gara Tuan Putri lagi?” “Iya, siapa lagi kalau bukan dia. Benar-benar sakit kepalaku dibuatnya. Apakah penyebab dia jadi seperti itu, Guru. Cahaya tak bisa terus-terusan seperti ini. Dia anak manusia harimau. Apa Guru punya saran?” “Aku sarankan suruh dia belajar dengan putra-putri bangsawan lainnya. Putri Cahaya percampuran yang sangat aneh, sifatnya memang mirip dengan manusia biasa, tapi kemampuannya jang
“Susah banget huruf di sini. Kriting-kriting semua.” Aya menulis pada sebuah kain putih sesuai apa kata gurunya. “Kenapa harus kain cobak, lesu gini. Katanya dunia manusia harimau canggih, enakan dunia manusia ke mana-mana.” Gadis bermata biru itu tak henti-hentinya menggerutu dari tadi. “Jadi nyesel pindah ke sini, mendingan ikut Mama walau berantem tiap hari. Ternyata cinta butuh pengorbanan yang sangat besar.” Aya masih mengeluh. Adhikara mendekat dan melihat hasil tulisan tangan sang putri. Dia mengatakan salah. Aya berdecih. “Jadi ingat si julidah guru MTK, julid amat jadi orang.” Tiga hari sudah Aya ada di sana. Sang putri tak tahu dunia di luar sana bagaimana. Pun tidak ada Mei Mei yang menjadi kupingnya di dalam istana. Padahal berita gembira bagi orang lain tidak bagi Aya tak lama lagi akan dimulai. Di luar sana Saka sudah bertemu dengan calon istrinya. Gadis berparas paling cantik dari kalangan rakyat biasa yang dinilai sepadan oleh sang prabu. Keduanya telah bertemu da