Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of BODYGUARD KESAYANGAN : Chapter 31 - Chapter 40

94 Chapters

Salah Sangka

Walau belum mengerti sama sekali tetapi Saka menangkap satu nama yaitu Suketi Perih. Dengan cepat pengawal setia itu memejamkan mata. Ia melepas sukmanya sesaat dan menuju ke dalam sekolah. Mencari Suketi yang bukan kuntilanak. Dapat, Saka melihat perempuan berkaca mata tebal dengan cara bicara sama seperti Putri Cahaya. Sukma lelaki itu menuju raga Suketi. Saka memegang kepala manusia biasa itu dan menyerap semua kemampuan sang mastah dalam berbahasa Inggris. Tring tring tring, setelah itu Saka kembali ke dalam mobil. Itu dia, kecanggihan hidup manusia harimau yang menembus batasan manusia biasa. “Are you okay?” Aya mengguncang tubuh Saka yang membeku seperti es. Tiba-tiba aja lelaki itu bergerak dan membuat sang putri kaget. “Jabang bayik. Lama-lama copot jantungku.” Aya mengelus dadanya yang mengkaget gegara Saka bangun tiba-tiba. “I’m fine, Miss Aya,” ucap Saka udah lancar jaya bahasa Inggrisnya. “Omo, omo, omo, daebaak jinja daebaaak, gomawo, sarangheyo, jinjayo? Daebaak, k
Read more

Pandangan Pertama

Amira berhadapan dengan Cahaya yang kini ke mana-mana ditemani oleh Saka. Sudah dua minggu lebih sang putri berdekatan dengan bodyguard dari mamanya. Dan helai demi helai rambut hitam Aya mulai memutih.“Jelasin sama Mama, tagihan sebanyak ini kamu pakai beli apa, Aya?” Amira membeberkan tagihan kartu kredit milik Aya. Ya, beberapa saat lalu sang putri belanja brand Dior sedikit kalap. Selain untuk Saka juga untuk dia. “Ya, dipakai belanja, Mah, ada kok barang-barangnya,” jawab Aya sambil duduk santai di kursi. Saka berdiri tegak di sebelahnya. “Kamu pergi dulu. Saya lagi bicara sama anak saya.” Amira mengusir Saka. Pengawal setia itu beranjak mengikuti perintah Gusti Ratu.“Pak Saka nggak boleh pergi. Di sini aja!” Lain perintah dari sang putri. Taksaka tidak jadi beranjak. “Pergi!” ucap Amira. “Jangan!” Aya membantah. Saka jadi bimbang, keduanya merupakan orang lingkar dalam kerajaan yang sama-sama boleh dilaksanakan perintahnya. “Kamu berani melawan Mama, Aya!” Amira berdiri
Read more

Ramalan Jodoh

Sabtu harusnya libur, tapi Amira membuat Aya banyak kerjaan. Putri manusia harimau tersebut mulai diajarkan untuk mengurus kebun teh, kebun kopi, juga kebun tebu. Aya jadi tambah banyak kegiatan dan semakin kenal orang lain. Amira juga mulai memberi tahu nama-nama relasi penting dalam menyambung bisnis. Meskipun sebenarnya Aya tidak tertarik sama sekali. Untung ada Saka yang selalu setia menemaninya seperti iklan deodorant, setia setiap saat. “Rasa-rasa pengen cosplay jadi ultraman giga, tsaahh, tsaah, tsaaaah,” ucap Aya di dalam mobil dengan gaya hero sedang menghancurkan monster. Saka menahan senyuman. Kelakuan sang putri yang random sudah tak terhitung selalu membuatnya tertawa. Pengawal utama itu jadi lupa kapan dia bersikap kaku.“Pak Saka, kok, diem aja?” “Karena saya tidak tahu siapa itu ultraman giga?” “Astagaaah, rungokno yo, Pak.” Aya mengangkat tangannya, ingin menjelaskan siapa itu ultraman. Tapi males, dah, percuma aja. “Kenapa diam, Non Aya.” Padahal Saka sudah mema
Read more

Rasa Bahagia

Tak lama lagi ujian nasional akan diadakan. Tak lama lagi juga sang putri akan diminta kembali ke Gunung Kalasra menjelang usianya mendekati angka ke 18. Tapi sang putri belum diberi tahu apa-apa oleh Saka. Sebab sang prabu baru saja sembuh dan belum mengeluarkan perintah. “Kalau disuruh kawin, nggak maulah, Aya,” ujar sang putri bergidik ngeri di dalam mobil. “Bukannya sudah cukup umur untuk kawin, Non?” tanya Saka. Iya di dunia manusia harimau, di dunia manusia biasa ya nggak. Masuk golongan pernikahan dini yang bukan cintanya yang terlarang, hanya waktu saja yang belum tepat merasakan semuanya. “Cukup, sih, cukup, Pak, tapi nggak cukup juga, kok. Cepet amat, belum juga sempat jalan-jalan ke tempat lain. Belum juga ngerasai berubah jadi ultraman beneran.” Bosan melanda, Aya menghidupkan musik di mobilnya. Gadis bermata biru itu agak lain selera dengan teman-temannya. Dia suka lagu tradisional berbahasa Jawa. Ya, sama seperti Abhiseka juga.Saka senyum-senyum sendiri lagi. Di ke
Read more

Sadarnya Sang Prabu

Gustri Prabu Abhiseka akhirnya sadar. Ia membuka mata birunya yang sempat membuat Amira takluk dalam rayuan serta pelukannya. Cakra Buana mematikan perapian ketika menyadari tuannya telah sadar. Ia membantu sang prabu duduk kemudian memberi hormat dengan menghaturkan dua tangannya. Abhiseka menarik napas sejenak. Ia mengingat lagi kejadian yang telah menimpanya. Sebuah ciuman dari Amira yang akhirnya membuat ia menderita, tetapi ternyata bukan Amira pelakunya. Karena pada saat itu Amira yang asli baru saja datang mencarinya. “Siapa pelakunya?” tanya Abhiseka pada Cakra. “Gusti Prabu, masih musuh yang lama, Astina.” Cakra membantu sang prabu turun dari ranjang bambu. Lelaki bermata biru itu tak mau dipegang. Dia adalah manusia harimau putih yang telah menguasai Gunung Kalastra. Hanya butuh waktu sebentar lagi saja untuk benar-benar pulih. Ayah kandung Putri Cahaya itu melangkah masuk dalam istananya yang sangat megah. Semua punggawa, dayang, dan yang para abdi memberi hormat. Lela
Read more

Belajar Pengendalian Api

Tepat waktu Cakra Buana datang, saat itu Aya sedang memandang dirinya sendiri yang mengeluarkan api berwarna biru. Lalu dua pengawal Abhiseka itu membuat waktu terhenti seperkian detik lamanya. Taksaka mengelus pundak sang putri berkali-kali hingga api tersebut padam. Cakra sendiri menerbangkan semua perangkat yang digunakan untuk merekam kejadian tadi, lalu jatuh ke lantai dan semuanya retak alias rusak. Kemudian waktu berjalan seperti semula, tanpa kejadian apa pun yang mereka ingat, termasuk Putri Cahaya.“Ada apa kau datang kemari?” tanya Taksaka.“Gusti Prabu telah sadar dan beliau menanyakan putrinya,” jawab Cakra melihat anak gadis berlarian di lapangan sekolah Aya. Agak tidak beradab di matanya, karena berlari sambil memaki teman-temannya. “Apa Tuan Putri harus dibawa sekarang?” “Tidak, Gusti Prabu hanya berpesan agar menjaga Tuan Putri baik-baik, dan pesan Guru Wirata, kau harus membuka sedikit demi sedikit kemampuan Gusti Putri, supaya dia tidak kaget saat kembali ke ruma
Read more

Bertemu Ayahanda

Amira pulang sesegera mungkin ketika mengetahui Abhiseka ingin membawa Cahaya ke gunung. Walau selama hidup ia tak memperlihatkan bahwa ia begitu menyayangi putrinya. Sang ratu tidak akan pernah bisa merelakan anaknya diambil begitu saja. Dia yang hamil, dia yang sakit, dia yang melahirkan, lalu sesuka hati Abhiseka datang mengambilnya. “Nggak bisa, nggak boleh. Cahaya anakku, sampai kapan pun dia akan jadi anakku.” Amira tak sabar lekas sampai ke rumah. Ia telpon putrinya entah kenapa dari tadi tidak diangkat. “Pasti dia lagi jalan-jalan sama Saka. Bodyguard itu, berhasil ambil hati Aya. Oke, sampai tamat SMA aja, dia akan aku pecat.” Tak tenang Amira di dalam mobil. Baru sekarang terasa olehnya bagaimana kalau Cahaya pergi. Dulu-dulu sang ratu terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri. Mobil sampai di dalam pekarangan rumah Pak Bondan. Ketika dibuka, Amira langsung berhamburan keluar. Hal pertama yang ia cari ialah Aya. Hari sudah malam tentu putrinya sudah pulang dari sekolah.
Read more

Tragedi Penembakan

Besok senin akan diadakan ujian nasional untuk kelulusan siswa/siswi internasional school. Artinya tidak lama lagi Aya akan dibawa oleh Saka ke Gunung Kalastra. Amira sendiri sedang berusaha semakin dekat dengan putrinya. “Kamu ngapain ke dunia manusia. Udah bagus tinggal bertapa di gunung, tempat ini bukan tempat kamu!” tunjuk Amira ke wajah Saka. Pengawal itu hanya diam saja melihat amarah ratunya. “Ya, biarin aja. Bagus, donk, ada Pak Saka. Jadi Aya nggak perlu ganti-ganti bodyguard lagi.” Aya menghadang mamanya yang ingin memarahi Saka lagi. “Kamu jadi kurang ajar, ya, gara-gara ada dia,” ujar sang ratu. Saka jadi merasa tidak enak hati melihat pertengkaran ibu dan anak yang hampir setiap hari terjadi. “Sejak kapan kita deket, Ma? Nggak pernah! Mama sibuk kerja, nggak ada waktu buat Aya. Nggak usah sok akrab sekarang. Nggak ada gunanya.” Aya mengambil tas sekolah dan menarik tangan Saka. Hari ini ujian akan berlangsung dan Amira membuat moodnya tidak baik. “Selesai ujian seko
Read more

Sebelum ke Gunung

Ujian akhir telah selesai selama dua minggu. Aya mampu melewati semuanya dengan baik walau ada sedikit trauma pasca peristia penembakan di sekolah. Sekarang saatnya liburan sampai pengumuman kelulusan tiba. Sebentar lagi tanggal 1 agustus, Aya akan berulang tahun ke 18. Di Gunung Kalastra seusia Cahaya sudah akan dinikahkan oleh Abhiseka. “Non Aya,” panggil Saka di pagi hari ketika tuannya tidak sekolah lagi. “Aya tahu, Pak, tapi bisa nggak ditunda tiga hari aja dulu ke gunungnya. Aya masih mau jalan-jalan. Aya nggak lari, kok. Cuman minta waktu dikit.” “Baiklah, tiga hari saja kalau begitu. Setelah itu saya akan membawa Non Aya, suka atau tidak suka ke Gunung Kalastra. Itu rumah Non Aya yang sebenarnya. Di sana semua orang akan menerima Non Aya dengan tangan terbuka.” “Di sini Aya juga diterima, kok, kecuali sama Mama.” Gadis itu menarik napas panjang sejenak. “Aya, ikut mama ke kebun. Kamu harus belajar ngurus usaha dari Opa mulai dari sekarang,” perintah sang ratu. “Oke,” jaw
Read more

Ultraman Giga

Saka dan Aya masih berada di kebun tebu. Suasana yang dingin di sana membuat sang putri betah dan masih belum mau beranjak. Soal kebakaran Aya tak ambil pusing. Kebun-kebun itu milik mamanya, belum tentu juga akan menjadi miliknya. Karena tiga hari lagi ia pun akan ke tempat yang katanya cocok dengannya. “Eh, itu si pucat,” tunjuk Aya pada hantu temannya yang dulu ada di sekolah. “Hmm, biarkan saja Non Aya, dia betah jadi orang-orangan kebun.” Saka melihat ke seluruh perkebunan. Luas sekali peninggalan milik Pak Bondan sejak dibawah kendali Amira. Tak ayal sang ratu pun ekpansi bisnis sampai ke luar negeri. “Pak, Aya ada ide gila sedikit, sih. Mau nggak Pak Saka buat hari ini aja sama Aya. Besok-besok nggak bakalan ada lagi.” Aya mengedipkan mata birunya berkai-kali. Saka curiga, pikiran random sang putri sulit sekali ditebak. Sebentar bilang benci sebentar bilang sayang, sudah sering. “Kalau boleh tahu, apa itu, Non, asal jangan minta yang aneh-aneh saja.” “Eeh, nggak aneh, kok,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status