Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of BODYGUARD KESAYANGAN : Chapter 21 - Chapter 30

94 Chapters

Ngobrol

Putri Cahaya berdiri di sebuah tempat dengan menggunakan pakaian kebesarannya. Serba berwarna putih dan ditambah perhiasan yang sangat mewah. Ia melihat dirinya sendiri. Serasa tak percaya dengan penampilannya yang sekarang. Kepulan asap hitam melingkari Cahaya lalu berpendar di udara dan membentuk sebuah wujud perempuan cantik dengan pewarna bibir cokelat tua. Riasan rambutnya yang rumit serta pakaian berwarna hitam membuat Aya tak kenal siapa perempuan di depannya. “Gusti Putri, lama tak berjumpa,” ucap Astina sambil tersenyum. “Siapa?” tanya Aya kembali. Siluman kelabang itu kemudian mengeluarkan sebuah pedang panjang yang telah ia gunakan untuk menghabisi banyak keturunan Abhiseka. Pedang itu diarahkan ke dada Cahaya, tetapi dalam waktu bersamaan, seorang lelaki muncul lagi yang telah berkali-kali menolong dirinya. Namun, lelaki itu kalah dan jantungnya ditikam oleh pedang tersebut. “Jangan, jangan, jangan mati, jangan.” Aya membuka matanya. Yang pertama ia lihat ialah langit-
Read more

Nggak Jelas

Tangan kanan Saka menarik perlahan gulungan rambut sang putri. Pengawal itu memperhatikan benda plasti berwarna pink tersebut. Di kerajaannya tidak ada, para perempuan menggunakan kayu gaharu dan cendana untuk melurusan rambut dan yang lebih membuat Saka bingung, apa arti dari kiyowo yang diucapkan Aya dari tadi. Saka melirik sang putri dari spion, mata biru itu sedang diberi pelembab di bawah mata. Entah apa yang digunakan oleh manusia terutama perempuan di zaman modern, Saka tidak terlalu mengerti. Hanya saja penampilan sang putri sekarang belum ada apa-apanya nanti ketika ia sudah kembali ke gunung. Lipbalm pink yang digunakan Aya perlu disapu ulang, tidak dengan pewarna di dalam kerajaan. Semuanya lebih hebat dari buatan manusia biasa. “Kan, aku sudah cute dibandingkan yang lain.” Rambut sang putri terkembang sempurna. “Eh, sek, sek, kok aku ubanan.” Satu rambut berwarna putih muncul begitu saja di kepala Aya. Hampir ia cabut, tetapi refleks ditahan oleh Saka. Hingga dua mata it
Read more

Di Luar Nalar

“Aya, nggak sakit itu kepala dihantam telur rebus?” tanya Luna. “Nggak, kepalaku keras, beda sama hatiku yang lemah lembut,” jawab Aya sambil memasukkan satu butir telur rebus bulat-bulat ke dalam mulutnya. Dalam waktu tidak sampai lima menit sudah habis sisa sepuluh butir telur rebus. “Tumben kamu di sini lama-lama?” Aya menenggak minuman agak asam rasanya, katanya untuk mengisi ion tubuh. “Nungguin Riko.” Luna menjawab sambil wajahnya celingukan ke sana sini. “Muka Riko kayak ikan buntal, bisa dapat pacar kamu yang cantik gini, itu gimana ceritanya, sih? Cobak yang bener cari pacar, Lun? Emang nggak malu punya pacar udah jelek, hobi ganti-ganti cewek, hobi follow akun IG cewek cantik, eh, habis itu nggak di folback lagi,” cibir sang putri. Nggak habis pikir Aya sama pilihan Luna. Dari sekian banyak anak sultan di sekolahnya, kenapa harus milih Riko yang ganteng nggak, jelek ya hampir. Entah pelit untuk perawatan muka atau gimana, Aya nggak paham.“Ya, namanya juga cinta, Ay.
Read more

Planet Namex

Kelas pelajaran biologi dimulai. Aya paling senang belajar tentang segala sesuatu tentang makhluk hidup, terutama pada binatang. Putrinya Abhiseka itu nggak tahu apa alasannya pokoknya dia suka aja tanpa sebab. Bolak-balik buku, klik-klik artikel untuk buat tugas dari miss yang baik hati, sampai akhirnya Aya ketemu dengan sebuah tautan yang membahas tentang penyakit yang ditakuti oleh pria seiring pertambahan umur. Ia abaikan tugas sejenak lalu baca pelan-pelan tentang pengertian penyakit impotent lebih detail. “Penyakit yang sering menghantui pria-pria yang umurnya terus bertambah, tapi tidak jarang pria muda juga kena gejalanya.” Aya membacanya perlahan. “Apa, Pak Saka kenak di usia 32 tahun? Ya ampun sayang banget.” Gadis bermata biru itu memejamkan mata. Yang mendengar di bawah sana masih mengerutkan kening karena belum tahu apa artinya. Aya lanjut baca lagi. “Selain berdampak tidak baik pada kehidupan asddfkdafdfja … penyakit impotensi juga membuat pria tidak bisa mkdfadfh ….”
Read more

Tepat Waktu

Pertandingan basket selesai dengan penambahan sedikit waktu, dan dimenangkan oleh tim tuan rumah. Aya dan tim cheerleadernya kembali menutup pertandingan dengan gerakan yang sangat kompak. Kembali Aya akan dilempar ke udara. Kepulan asap hitam itu berbaur bersama angin. Bulu halus di tangan Saka merasakan ada yang berbeda di dekat sang putri. Ia pun mengawasi lebih tajam. Mata kuning terang itu juga melihat ada sedikit ketakutan pada diri putri gusti prabu. Aya telah dilempar ke udara, lalu tubuh itu terangkat sangat tinggi melebihi kemampuan para tim melempar Aya. Semua mata tertuju pada sang gadis bermata biru. Begitu juga dengan Saka. Ia ingin terbang dan menyelamatkan sang putri, tetapi terlalu banyak orang di sana. Begitulah susahnya hidup berbaur dengan manusia. Beberapa siswa tim basket berusaha menadahkan tangan untuk menangkap Aya yang kini tubuhnya telah mengarah turun. Gadis itu menjerit dan menutup matanya. Ia pasrah saja ketika dirinya jatuh di lantai sekolah dan mati
Read more

Makanan Manusia

Aya keluar dari mobil setelah Saka berhenti dan parkir dengan baik serta benar. Tepatnya di depan toko kue langganan anak-anak muda seusia lebih atau kurang dikit seperti Aya. Penciuman Saka sampai merasa terganggu dengan aneka ragam aroma jenis cake yang bercampur baur menjadi satu di udara. Pengawal itu benar-benar tidak bisa makan jika tidak ada unsur daging sama sekali.“Pak Saka mau makan roti yang mana? Biar Aya yang traktir, jangan takut, kan, ada kartu sakti dari Mama buat bayar.” Aya menawarkan pada bodyguardnya karena yang ia tahu Saka belum makan apa pun dari tadi. Ya, emang bener, tapi makanan Saka bukan roti imut dan unyu dibentuk bunga, daun, atau hewan lucu. Pengawal setia itu pun menggeleng saja. “Minum nggak, Pak? Ada matcha latte, ada americano, ada green tea, ada black coffe, pesen aja, Pak, nggak apa-apa. Jangan terlalu formal gitu sama Aya.” Akhirnya karena didesak sang putri, Saka pun mengambil kertas yang berisikan daftar menu. Iya, salah satu pengawal setia
Read more

Teh Manis

Nggak pernah ada bodyguard yang berani bilang gitu sama dia. Karena semua bekerja berdasarkan gaji. Namun, senyum Aya sirna ketika melihat seorang peremuan cantik dan seksi menghampiri mereka berdua. “Hai, ganteng, biasanya, sih 500k semalam sampai puas. Sama kamu diskon aja 250k sampai pagi, gimana?” Perempuan itu mencolek dagu Saka sambil mengedipkan mata. Taksaka terdiam bseribu bahasa dibuatnya. “Gatel, minta digaruk kayaknya.” Aya yang emosi melihatnya. Sedangkan Saka membeku, belum ada perempuan yang berani seperti itu sama dia. Di kerajaan Gunung Kalastra dia disegani dan dihormati. Habis harga diri manusia harimau itu baru satu hari di dunia manusia. Kesuciannya ternodah. Kejujurannya diuji dari tadi, belum lagi sang putri yang berasa seperti manusia biasa yang pergaulannya luar biasa. “Gimana, ganteng, yuk! Ayolah, jangan malu, tipe-tipe gini, sih, biasanya, empat ronde juga sanggup.” Tangan perempuan itu memegang bahu Saka. Lelaki itu menjauh dan darahnya berdesir pan
Read more

PR Matematika

Atas pesan Amira yang dititipkan pada pembantu, Saka diminta tinggal di rumah mengingat status lelaki itu saat melamar pekerjaan adalah jomlo lumutan hampir berkarat. Sang pengawal ditempatkan di kamar sendiri di bagian belakang dekat dapur. Sedangkan kamar Aya sendiri di lantai satu dan cukup besar untuk memuat semua keperluannya. Di dalam kamar itu Saka melihat kasur ukuran single yang biasanya digunakan oleh manusia untuk tidur. Pengawal itu mencoba berbaring dan rasanya cukup nyaman, walau lebih enak berbaring di dekat rerumputan segar dengan aroma embun pagi. Saka meletakkan dua tangan di belakang kepala. Sesekali ia tertawa ketika mengingat perangai sang putri padanya. “Dia memang berbeda dengan yang lain,” ucap Saka tanpa melepas kemeja dan jas yang dia kenakan dari pagi. Lalu pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Saka dengar, cuman pikirannya lagi ke mana-mana. Ya, maklum baru ini deket sama lawan jenis. Biasanya yang dilihat, Abhiseka, Cakra Buana, Wirata, gitu aja terus s
Read more

Merdeka

“Beneran nggak ada baju lain, ya, Pak?” Aya ingin bertanya lagi, tapi bingung harus mulai dari mana. Pak Saka seperti orang baru keluar dari hutan baginya. “Ini, Pak, namanya matematika. Pelajaran yang isinya sebenernya gampang, kali, bagi, tambah, kurang. Yang buat susah itu pas kedatangan sinus, cosinus, dan kangen.” “Kangen,” ulang Saka. “Tangen, kamsudnya, Pak Saka. Aduh polos bener, ya ampuuun, anak mana sih, Pak Saka. Oke forget that. Ini PR apakah Bapak mengerti? Karena Aya tidak mengerti.” Aya menunjukkan buku paketnya. Saka mengambil buku itu, apalagi dia lebih parah nggak ngertinya. “Di kelas itu yang pinter matematika Sivani Sivaji Nameste acha acha nehi nehi,” ucap Aya hingga membuat kening Saka berkerut. “Anak orang India yang juara umum dari kelas 1 sampai kelas 3. Kayaknya dia makan sempoa sama kalkulator makanya pinter.” “Baik, Non Aya, akan saya kerjakan PR matematika ini dengan tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.” Saka sudah dapat petunjuk.“Wih, udah kayak p
Read more

Bahasa Inggris

“Yen, yen, yen, oyeen, oyeeen, ganteng banget, sih, kamu. Coba kalau bisa jadi manusia aku ajak kawin kamu.” Cahaya gemes dengan kucing kuning peliharannya. Kucing yang membuat Amira merasa risih karena fisik nyaris sama dengan harimau. Beda size aja. Selagi mamanya di luar negeri, si oyen dinaikkan ke atas meja makan oleh Aya. Oyen makan makanan yang sama dengan bosnya. “Pak Saka mana, ya? Kok, nggak keluar dari kamar.” Dari tadi Aya menanti kedatangan bodyguard barunya. Setelah dipanggil baru Saka memperlihatkan diri. Dari tadi dia cosplay jadi manusia mager hobi rebahan.“Pak Saka beneran nggak punya baju lain, ya?” Aya menatap Saka dengan mata birunya. “Gini, loh, nggak harus tiap hari kok pakai jaz sama kemeja. Nggak seformal itu, Pak, jadi pengawal, ya tapi jangan nggak pakai baju juga kayak tadi malam.” Pernyataan Aya membuat bibi pembantu jadi menguping lebih lanjut. Kepo tingkat dewa. “Non Aya, tadi malam ngapain?” Nekat si bibi rupanya. “Nggak ada, cuman lihat pemandanga
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status