Nggak pernah ada bodyguard yang berani bilang gitu sama dia. Karena semua bekerja berdasarkan gaji. Namun, senyum Aya sirna ketika melihat seorang peremuan cantik dan seksi menghampiri mereka berdua. “Hai, ganteng, biasanya, sih 500k semalam sampai puas. Sama kamu diskon aja 250k sampai pagi, gimana?” Perempuan itu mencolek dagu Saka sambil mengedipkan mata. Taksaka terdiam bseribu bahasa dibuatnya. “Gatel, minta digaruk kayaknya.” Aya yang emosi melihatnya. Sedangkan Saka membeku, belum ada perempuan yang berani seperti itu sama dia. Di kerajaan Gunung Kalastra dia disegani dan dihormati. Habis harga diri manusia harimau itu baru satu hari di dunia manusia. Kesuciannya ternodah. Kejujurannya diuji dari tadi, belum lagi sang putri yang berasa seperti manusia biasa yang pergaulannya luar biasa. “Gimana, ganteng, yuk! Ayolah, jangan malu, tipe-tipe gini, sih, biasanya, empat ronde juga sanggup.” Tangan perempuan itu memegang bahu Saka. Lelaki itu menjauh dan darahnya berdesir pan
Atas pesan Amira yang dititipkan pada pembantu, Saka diminta tinggal di rumah mengingat status lelaki itu saat melamar pekerjaan adalah jomlo lumutan hampir berkarat. Sang pengawal ditempatkan di kamar sendiri di bagian belakang dekat dapur. Sedangkan kamar Aya sendiri di lantai satu dan cukup besar untuk memuat semua keperluannya. Di dalam kamar itu Saka melihat kasur ukuran single yang biasanya digunakan oleh manusia untuk tidur. Pengawal itu mencoba berbaring dan rasanya cukup nyaman, walau lebih enak berbaring di dekat rerumputan segar dengan aroma embun pagi. Saka meletakkan dua tangan di belakang kepala. Sesekali ia tertawa ketika mengingat perangai sang putri padanya. “Dia memang berbeda dengan yang lain,” ucap Saka tanpa melepas kemeja dan jas yang dia kenakan dari pagi. Lalu pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Saka dengar, cuman pikirannya lagi ke mana-mana. Ya, maklum baru ini deket sama lawan jenis. Biasanya yang dilihat, Abhiseka, Cakra Buana, Wirata, gitu aja terus s
“Beneran nggak ada baju lain, ya, Pak?” Aya ingin bertanya lagi, tapi bingung harus mulai dari mana. Pak Saka seperti orang baru keluar dari hutan baginya. “Ini, Pak, namanya matematika. Pelajaran yang isinya sebenernya gampang, kali, bagi, tambah, kurang. Yang buat susah itu pas kedatangan sinus, cosinus, dan kangen.” “Kangen,” ulang Saka. “Tangen, kamsudnya, Pak Saka. Aduh polos bener, ya ampuuun, anak mana sih, Pak Saka. Oke forget that. Ini PR apakah Bapak mengerti? Karena Aya tidak mengerti.” Aya menunjukkan buku paketnya. Saka mengambil buku itu, apalagi dia lebih parah nggak ngertinya. “Di kelas itu yang pinter matematika Sivani Sivaji Nameste acha acha nehi nehi,” ucap Aya hingga membuat kening Saka berkerut. “Anak orang India yang juara umum dari kelas 1 sampai kelas 3. Kayaknya dia makan sempoa sama kalkulator makanya pinter.” “Baik, Non Aya, akan saya kerjakan PR matematika ini dengan tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.” Saka sudah dapat petunjuk.“Wih, udah kayak p
“Yen, yen, yen, oyeen, oyeeen, ganteng banget, sih, kamu. Coba kalau bisa jadi manusia aku ajak kawin kamu.” Cahaya gemes dengan kucing kuning peliharannya. Kucing yang membuat Amira merasa risih karena fisik nyaris sama dengan harimau. Beda size aja. Selagi mamanya di luar negeri, si oyen dinaikkan ke atas meja makan oleh Aya. Oyen makan makanan yang sama dengan bosnya. “Pak Saka mana, ya? Kok, nggak keluar dari kamar.” Dari tadi Aya menanti kedatangan bodyguard barunya. Setelah dipanggil baru Saka memperlihatkan diri. Dari tadi dia cosplay jadi manusia mager hobi rebahan.“Pak Saka beneran nggak punya baju lain, ya?” Aya menatap Saka dengan mata birunya. “Gini, loh, nggak harus tiap hari kok pakai jaz sama kemeja. Nggak seformal itu, Pak, jadi pengawal, ya tapi jangan nggak pakai baju juga kayak tadi malam.” Pernyataan Aya membuat bibi pembantu jadi menguping lebih lanjut. Kepo tingkat dewa. “Non Aya, tadi malam ngapain?” Nekat si bibi rupanya. “Nggak ada, cuman lihat pemandanga
Walau belum mengerti sama sekali tetapi Saka menangkap satu nama yaitu Suketi Perih. Dengan cepat pengawal setia itu memejamkan mata. Ia melepas sukmanya sesaat dan menuju ke dalam sekolah. Mencari Suketi yang bukan kuntilanak. Dapat, Saka melihat perempuan berkaca mata tebal dengan cara bicara sama seperti Putri Cahaya. Sukma lelaki itu menuju raga Suketi. Saka memegang kepala manusia biasa itu dan menyerap semua kemampuan sang mastah dalam berbahasa Inggris. Tring tring tring, setelah itu Saka kembali ke dalam mobil. Itu dia, kecanggihan hidup manusia harimau yang menembus batasan manusia biasa. “Are you okay?” Aya mengguncang tubuh Saka yang membeku seperti es. Tiba-tiba aja lelaki itu bergerak dan membuat sang putri kaget. “Jabang bayik. Lama-lama copot jantungku.” Aya mengelus dadanya yang mengkaget gegara Saka bangun tiba-tiba. “I’m fine, Miss Aya,” ucap Saka udah lancar jaya bahasa Inggrisnya. “Omo, omo, omo, daebaak jinja daebaaak, gomawo, sarangheyo, jinjayo? Daebaak, k
Amira berhadapan dengan Cahaya yang kini ke mana-mana ditemani oleh Saka. Sudah dua minggu lebih sang putri berdekatan dengan bodyguard dari mamanya. Dan helai demi helai rambut hitam Aya mulai memutih.“Jelasin sama Mama, tagihan sebanyak ini kamu pakai beli apa, Aya?” Amira membeberkan tagihan kartu kredit milik Aya. Ya, beberapa saat lalu sang putri belanja brand Dior sedikit kalap. Selain untuk Saka juga untuk dia. “Ya, dipakai belanja, Mah, ada kok barang-barangnya,” jawab Aya sambil duduk santai di kursi. Saka berdiri tegak di sebelahnya. “Kamu pergi dulu. Saya lagi bicara sama anak saya.” Amira mengusir Saka. Pengawal setia itu beranjak mengikuti perintah Gusti Ratu.“Pak Saka nggak boleh pergi. Di sini aja!” Lain perintah dari sang putri. Taksaka tidak jadi beranjak. “Pergi!” ucap Amira. “Jangan!” Aya membantah. Saka jadi bimbang, keduanya merupakan orang lingkar dalam kerajaan yang sama-sama boleh dilaksanakan perintahnya. “Kamu berani melawan Mama, Aya!” Amira berdiri
Sabtu harusnya libur, tapi Amira membuat Aya banyak kerjaan. Putri manusia harimau tersebut mulai diajarkan untuk mengurus kebun teh, kebun kopi, juga kebun tebu. Aya jadi tambah banyak kegiatan dan semakin kenal orang lain. Amira juga mulai memberi tahu nama-nama relasi penting dalam menyambung bisnis. Meskipun sebenarnya Aya tidak tertarik sama sekali. Untung ada Saka yang selalu setia menemaninya seperti iklan deodorant, setia setiap saat. “Rasa-rasa pengen cosplay jadi ultraman giga, tsaahh, tsaah, tsaaaah,” ucap Aya di dalam mobil dengan gaya hero sedang menghancurkan monster. Saka menahan senyuman. Kelakuan sang putri yang random sudah tak terhitung selalu membuatnya tertawa. Pengawal utama itu jadi lupa kapan dia bersikap kaku.“Pak Saka, kok, diem aja?” “Karena saya tidak tahu siapa itu ultraman giga?” “Astagaaah, rungokno yo, Pak.” Aya mengangkat tangannya, ingin menjelaskan siapa itu ultraman. Tapi males, dah, percuma aja. “Kenapa diam, Non Aya.” Padahal Saka sudah mema
Tak lama lagi ujian nasional akan diadakan. Tak lama lagi juga sang putri akan diminta kembali ke Gunung Kalasra menjelang usianya mendekati angka ke 18. Tapi sang putri belum diberi tahu apa-apa oleh Saka. Sebab sang prabu baru saja sembuh dan belum mengeluarkan perintah. “Kalau disuruh kawin, nggak maulah, Aya,” ujar sang putri bergidik ngeri di dalam mobil. “Bukannya sudah cukup umur untuk kawin, Non?” tanya Saka. Iya di dunia manusia harimau, di dunia manusia biasa ya nggak. Masuk golongan pernikahan dini yang bukan cintanya yang terlarang, hanya waktu saja yang belum tepat merasakan semuanya. “Cukup, sih, cukup, Pak, tapi nggak cukup juga, kok. Cepet amat, belum juga sempat jalan-jalan ke tempat lain. Belum juga ngerasai berubah jadi ultraman beneran.” Bosan melanda, Aya menghidupkan musik di mobilnya. Gadis bermata biru itu agak lain selera dengan teman-temannya. Dia suka lagu tradisional berbahasa Jawa. Ya, sama seperti Abhiseka juga.Saka senyum-senyum sendiri lagi. Di ke