Mei menangis melepas kepergian tuannya. Lagi pula Aya dan Saka sedang tidak ingin diganggu. Ingin bebas-sebebas-bebasnya seperti pasutri baru nikah pada umumnya. Nggak ada campur tangan orang tua di dalamnya. “Udah, nanti kalau ketemu wilayah kekuasan baru datang, ya, Mei. Tapi nggak janji kapan sih. Pokoknya nanti Aya kabarin.” Wanita bermata biru itu menenangkan sahabat yang telah menemaninya menjaga Amira. “Janji, ya, Tuan Putri. Hamba tunggu di sini, hiks.” Tangis Mei makin jadi. “Cari jodoh, Mei, jadi nggak jomlo lagi. Kirain kemarin bakalan sama Pak Cakra, rupanya dia kepincut janda dari pada anak gadis.” Aya melihat Cakra dan Saka yang sedang salam perpisahan sambil pukul perut, lakik banget pokoknya. “Bye, miss you all.” Aya dadah-dadah manja sama semua yang mengantar, termasuk gusti prabu dan ratu yang menarik napas berat. Sebenernya udah biasa Abhiseka melepas anaknya yang banyak untuk berumah tangga. Hanya saja sama Aya ini agak beda dari biasanya. Jalan-jalan sepasang
Read more