Share

Ekosistem

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Gustri Prabu Abhiseka melihat jasad Astina terbujur kaku di depan matanya. Hampir tak menyangka raja itu bahwa Saka mampu menaklukkannya seorang diri. Padahal yang ia tahu dulu mendiang Guru Wirata pun tak sanggup dan memilih menjauh dari masalah. Syarat itu pun sebenarnya pemberat agar Saka mundur tertatur dan tak ada keinginan untuk menikahi putrinya.

“Abhi, tepati janji, kan, Saka udah bawa tu apa yang kamu minta. Raja mana boleh bohong, kalau bohong namanya raja ngibul.” Amira membujuk sang prabu yang masih berpikir keras. Saka tersenyum dikit. Sama aja dua kali lima lima kali dua, Abhiseka nggak berkutik kalau udah dirayu Amira.

“Taksaka, pengawal setiaku,” panggil ayahanda Cahaya.

“Baik, Gustri Prabu.”

“Karena kau telah memenuhi apa yang menjadi persyaratan sebagai suami yang layak untuk putriku. Maka dari itu aku ucapkan terima kasih, dan satu pekan dari sekarang, istana akan mempersiapkan pernikahan kalian berdua, yang mewah dan mengundang semua rakyat di Gunung Kalastra. S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tujuh Hari Tujuh Malam

    “Agh, sakit, Mei, astogeee, jangan kuat-kuat, woi!” Sekujur badan Aya digosok pakai batu kali. Pagi ini adalah hari pernikahannya dengan bodyguard kesayangan. Karena itu semua noda dan dosa yang melekat dalam diri Aya harus dihapuskan.“Supaya cantik dan halus kulitnya nanti, Tuan Putri. Jadi, Tuan Saka pun semakin klepek-klepek dengan tuanku yang jelita dan ayu mempesona.” Mei masih menggok telapak kaki Aya dengan sebongkah batu. “Pak Saka udah naksir Aya dari sejak Aya burik, eh, nggak pernah burik sih Aya dari dulu. Aduh, sakiiit! Itu jerawat punggung tolonglah dikondisikan.” Nyuut, batu kali menggiles jerawat belum mateng sampai pecah. “Selesai!” Mei memberikan kain panjang untuk sang putri. Habis itu Aya didandanin oleh seorang perias yang sangat terkemuka. “Wow, ngalahin MUA di dunia manusia ini.” Aya melihat wajahnya jadi berbeda. Pakai lipstik merah delima jadi terlihat lebih dewasa dari usianya. Terakhir sang putri menggunakan baju kebesaran untuk pernikahan ala kerajaan m

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Bulan Madu

    Bagian 62 Bulan MaduJadi setelah Aya memperoleh kesadarannya, apa yang dia lakukan? Meratap menangis di depan cermin, sampai luntur eye liner saking banjir air mata Aya yang turun. Saka sampai tutup telinga. Nggak selesai-selesai nangisnya dari tadi. “Bikin malu aja, hiks,” gumam Aja sambil sedot ingusnya yang keluar. “Sudahlah, Dinda, itu, kan dilakukan dalam keadaan tidak sadar. Di luar jaringan,” jawab Saka. Padahal dia udah ready untuk malam pertama, tapi malah istrinya mewek duluan. Nggak jadi-jadi malam pertama, ketunda teros. Mana Mei Mei datang lagi membujuk sang putri. “Udah nikah tapi masih juga jomlo. Nasib punya istri masih bocah.” Saka duduk di tepi ranjang, melihat Mei membujuk tuannya. “Tuan Putri, maafkan hamba. Hamba yang salah memberikan obat. Hukum saja hamba karena memang pantas, hiks.” Ikut nangis Mei Mei. “Udah kejadian Mei, mau ditarok di mana mukak ini, huahahahahaha, hiks, hiks, hiks.” Malah paduan suara nangis bersama. Makin kencenglah Saka tutup te

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Singgasana

    Sampai semalam suntuk Aya sama Saka mengurus laporan yang ada di depan matanya. Entahlah, kayaknya sengaja Abhiseka menyusahkan putri dan menantunya. Mungkin ada maksud lain yang tersembunyi. “Lanjut besoklah, Kang Mas, masih banyak ini.” Aya menguap mangap lebar. Mei apalagi yang nungguin dia dari tadi. Oleh sang putri Mei disuruh istirahat duluan. Sepasang suami istri baru menikah itu masuk ke kamar, merebahkan diri dan lelap dalam nyenyak masing-masing. Malam pertama? Hanya dalam angan-angan saja. “Liar sekali pikiranku.” Saka menggeleng, tapi bayangan ia menduduki singgasana sang prabu terus berjalan-jalan di kepalanya. “Tidak, tidak mungkin. Bisa-bisa Aya marah dan tak peduli lagi padaku. Mendapatkan dia itu sangat susah!” Saka terus berpikir dalam gelapnya malam di kerajaan Gunung Kalastra. Sudah lama dia menjadi pengawal sang prabu. Hidup, mati, dan bahkan pernikahannya pun diatur oleh Abhiseka. Memang, hal demikian merupakah bayaran atas janji setianya dulu saat diangkat

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Sepasang Harimau

    Mei menangis melepas kepergian tuannya. Lagi pula Aya dan Saka sedang tidak ingin diganggu. Ingin bebas-sebebas-bebasnya seperti pasutri baru nikah pada umumnya. Nggak ada campur tangan orang tua di dalamnya. “Udah, nanti kalau ketemu wilayah kekuasan baru datang, ya, Mei. Tapi nggak janji kapan sih. Pokoknya nanti Aya kabarin.” Wanita bermata biru itu menenangkan sahabat yang telah menemaninya menjaga Amira. “Janji, ya, Tuan Putri. Hamba tunggu di sini, hiks.” Tangis Mei makin jadi. “Cari jodoh, Mei, jadi nggak jomlo lagi. Kirain kemarin bakalan sama Pak Cakra, rupanya dia kepincut janda dari pada anak gadis.” Aya melihat Cakra dan Saka yang sedang salam perpisahan sambil pukul perut, lakik banget pokoknya. “Bye, miss you all.” Aya dadah-dadah manja sama semua yang mengantar, termasuk gusti prabu dan ratu yang menarik napas berat. Sebenernya udah biasa Abhiseka melepas anaknya yang banyak untuk berumah tangga. Hanya saja sama Aya ini agak beda dari biasanya. Jalan-jalan sepasang

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Istana Putih

    Pagi menjelang di dalam kamar hotel, sudah dua bulan dan keduanya belum juga pergi. Namun, kali ini baik Saka atau Aya sama-sama berkemas. Sudah waktunya menjelajah karena petugas hotel mulai mencurigai mereka berdua yang selalu membayar pakai daun emas. “Kita ke mana, Kang Mas?” Aya mengikat rapi rambutnya. Saka sendiri masih menatap ke luar jendela. Ia perhatikan mobil yang macet karena jam kerja serta sekolah baru saja dimulai. “Tidak mungkin juga kembali ke gunung. Kita cari tempat baru saja. Yang jauh dari sini. Sudah selesai?” Pengawal itu melirik istrinya yang memoleskan lipstik merah delima di bibirnya. “Udah, yuk, walau belum jelas pergi ke mana?” Sang putri menarik tangan suaminya. Mereka berdua keluar dari kamar hotel, mengunci dengan kartu, dan tentu saja jadi pandangan beberapa pelayan yang sedang membersihkan lorong hotel. Kadang-kadang kamar itu ada orang kadang nggak, disangkanya hantu yang tinggal di hotel mewah tersebut. Lalu keduanya mengembalikan kartu dan memb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Takhta Baru

    “Ya, kan ceritanya emang begitu.” Aya meminta Saka duduk di sebelahnya. Putri malu dan pengawal pribadinya juga memperhatikan keduanya. “Ya, lanjutkan ceritanya kalau begitu.” “Putri Malu, kan, umurnya udah lebih tua daripada Ayahanda. Jadi udah saatnya naik ke langit, gitu katanya.” “Nirwana maksudnya?” Saka membenarkan maksud perkataan istrinya. “Nah, iya itu. Jadi kedatangan kita bisa dikatakan tepat waktu, Kang Mas. Dia mau pergi terus dia titipkan istana dan pulau ini sama kita. Gimana, mau, kan? Kita juga belum ada tempat tinggal. Di sini hening banget, cocok sama kita yang introvert parah.” “Memang dia tak punya keturunan?” tanya Saka dan Aya menggeleng saja. “Di sini nggak ada jantan. Adanya kupu-kupu betina aja makanya istana dibangun indah banget.” “Apa nanti tidak akan terganggu kupu-kupu di sini dengan dua ekor harimau seperti kita?” “Masa depan nggak ada yang tahu, Kang Mas. Nggak ada salahnya juga dicoba dulu. Kalau cocok kita lanjut kalau nggak cocok kita pergi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tempat Rahasia

    Hari pertama berada di istana putih, Saka dan Cahaya masih menjelajahi seluruh istana dan kerajaan. Tidak dengan terbang, melainkan keduanya berjalan kaki. Tidak ada pasukan khusus yang mengawal, mereka berdua saja. Kecuali kupu-kupu yang bentuknya mungil. Kerajaan itu memang sangat kurang dari segi penjagaan keamanan. Oleh karenanya Abhiseka melindungi dari jauh. “Sepi banget ya, di sini.” Cahaya menarik roknya yang berwarna putih berkilau. Tidak ada lagi sepatu atau sandal seperti di dunia manusia. Ia tak menggunakan alas kaki agar lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. “Sepertiya karena terlalu lama ditinggalkan. Terlalu sepi, mengalahkan Gunung Kalastra.” Bahkan Saka mengeluarkan asap dari dalam mulutnya, cuaca yang dinginnya mengalahkan kutub utara walau tanpa hujan salju. “Tapi walau sepi, ternyata luas juga tempat ini,” sahut sang ratu yang belum melompat dari satu tanah terbang ke tanah lainnya. “Benar, melebihi luas tempat tinggal kita. Gusti Prabu menyerahk

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Masa Lalu yang Tersimpan

    Cahaya menjejakkan kakinya di tanah yang rumputnya berwarna hijau dan ungu. Di atas rumput itu mulai ditutupi butiran es. Bukan karena salju yang turun, tetapi memang demikianlah adanya wilayah kerajaan itu. Sambil menutupi dingin di tubuh, Cahaya mengeluarkan api biru dari mulutnya. Lalu tak lama kemudian, sebuah jubah putih terbang ke arahnya dan menutupi tubuh sang ratu yang tetap nekat pergi ke wilayah terlarang. “Bulu harimau?” gumam Aya melihat corak harimau putih sangat jelas pada jubah itu. “Apa harimau pernah tinggal di sini?” Sang ratu masih belum banyak tahu tempat yang ia tinggali. Bagaimana kelamnya sebelum menjadi sangat indah. Secara tak sengaja, telapak kaki Cahaya menginjak sebuah tulang yang tidak rapuh. Ia mengaduh dan melihat ke bawah. Tulang yang mencuat dari dalam tanah itu, Aya tarik hingga keluar semua dan membuatnya terkejut. “Tulang harimau?” Semakin penasaran Aya dengan apa yang tersembunyi di kerajaannya. Sang ratu ingin memanggil Saka, tapi yang ada dia

Latest chapter

  • BODYGUARD KESAYANGAN    94

    Abhiseka membuka mata secara tiba-tiba ketika ia merasakan tubuhnya terasa sakit. Lelaki itu sedang menyendiri di puncak Gunung Kalastra. Tanpa kehadiran satu pun pengawalnya termasuk Cakra Buana. “Ada apa ini?” Ia memegang jantungnya yang berdetak kuat. Lelaki itu berdiri perlahan dan hendak turun ke istana. Perlahan-lahan ia melangkah bahkan serasa nyaris tumbang karena raganya tak kokoh lagi. Abhiseka semakin kesakitan. Pada saat ia hampir sampai di depan istana, rasanya lelaki bermata biru itu tak sanggup lagi melangkah. Abhiseka duduk di dekat pohon dan memandang semua pencapaiannya selama menjadi raja di Gunung Kalastra. Anak, cucu, dan cicit yang sudah tewas dan sekarang tergantikan oleh tiga putra yang kini sudah tinggi ukuran tubuhnya. “Apakah ini saatnya?” gumam Abhi sambil menahan rasa dingin yang tiba-tiba merambat dari dari telapak kakinya. Dari kejauhan Amira berjalan ke arahnya, tetapi langkah wanita itu tertahan ketika salah satu putranya mengajaknya bermain. Abhi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    93

    Saka mencakar-cakar tabir gaib yang dibuat oleh Sanaha beberapa kali. Namun, benda itu bahkan tak berkurang sedikit pun kadar ketebalannya. Harimau kuning itu mengubah wujudnya menjadi manusia. Ia menarik pedang di pinggang kemudian berkali-kali menacapakannya. Tak menyerah terus diulang Saka tetapi tidak juga ada perubahan. “Tuan, bagaimana ini, nanti Tuan Putri kesakitan di atas sana,” ucap Mei yang tak bisa membantu apa-apa. “Aku juga bingung. Aku belum menguasai dengan baik wilayah ini, aku takut semua akan berakhir tak baik.” Menetes peluh di dahi Saka saking ia telah lelah mencoba. “Kita kembali ke Gunung Kalastra, meminta pertolongan pada Gusti Prabu Abhiseka,” bujuk Mei. “Jangan. Ini bukan urusannya lagi, ini menjadi urusanku. Mei kau tunggu di sini, aku akan kembali ke istana dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghantam tabir gaib ini.” Saka menghilang begitu saja. Mei tidak bisa melakukan apa pun. Begitu juga dengan peri capung yang menatap dari kejauhan sa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    92

    Abhiseka membuka matanya. Ia tidak tidur, hanya sedang mengawasi tiga anak lelakinya bermain bersama Amira. Sang prabu mengulang dari awal lagi membangun keluarga besar ketika semuanya meninggal. “Apa yang kau harapkan dengan mengirim Cahaya ke sana, putraku?” Ratu Swastamita muncul. Abhiseka menoleh. Sang ratu duduk di sisinya. “Aku berharap Cahaya dan Saka bisa membangun semua peradaban kita dari awal lagi, Ibu.” Hanya Abhiseka saja yang bisa melihat Ratu Swastamita yang bentuknya tembus pandang. “Bahkan ibu saja tidak bisa melawan ular hijau itu. Apalagi Cahaya yang setengah manusia biasa.” “Ada Saka yang melindunginya.” “Bagaimana kalau Saka juga tewas, lalu putrimu tak bisa bertahan?” Pertanyaan sang ratu membuat Abhiseka terdiam sejenak. “Kalaupun Cahaya tewas, aku masih memiliki tiga putra yang akan meneruskan takhta.” Abhiseka menjawab sambil menahan nyeri di hatinya. Sang ratu kemudian menghilang. Tak pernah ada yang menyangka Abhiseka tega berbuat demikian pada putri

  • BODYGUARD KESAYANGAN    91

    Ratu harimau tewas di tangan Sanaha. Jantung binatang itu masih berdetak ketika diambil paksa oleh sebuah tangan berkuku panjang. Ibunda sang pangeran berubah wujud menjadi harimau lalu berpendar menjadi abu. Tak ada lagi yang tersisa dari dalam istana. Semua sudah habis. Sanaha mengubah wujudnya menjadi manusia seutuhnya, ia melayang di atas istana. Siluman ular tersebut menyaksikan sendiri betapa banyak darah yang tumpah akibat murkanya. Murka yang disebabkan oleh perbuatan panglima elang dan harus ditanggung oleh seluruh rakyat. “Apakah semuanya mati?” tanya Sanaha pada jantung gusti ratu yang masih berdetak. “Apakah Abhi juga tewas?” Siluman ular itu meneteskan air mata walau tanpa terisak. Walau bagaimanapun mereka punya kisah yang sangat manis. Abhiseka tidak mati, ia terlihat berlari dan melompat menuju istana. Hingga terlihat olehnya Sanaha menggunakan sutera campuran berwarna hijau hitam dan di tangannya ada sesuatu yang membuat Abhiseka tak mampu lagi melangkah. “Terlamb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Balas Dendam

    Sanaha tersenyum ketika beberapa hari lagi bayi dalam kandungannya akan lahir ke dunia. Akhirnya ia tak akan kesepian lagi. Selama hamil ular hijau itu memang melemah kekuatannya, ditambah Abhiseka tak pernah datang ke tempatnya lagi. Sanaha tak tahu kalau di atas sana panglima elang dan beberapa anak buahnya datang mengawasi dan menunggu saat yang tepat baginya untuk menghabisi keturunan ular hijau penghuni telaga. Pernikahan dilangsungkan oleh Abhiseka bersama seorang putri dari kerajaan lain. Sanaha tahu dari desas-desus yang ia dengar. Ular itu tidak bisa mencegah takdir yang terjadi. Malam itu kerajaan sedang berbahagia atas penobatan pangeran dan putri makhota serta dua selirnya. Selama tujuh hari tujuh malam para duyung menyanyikan lagu-lagu bahagia hingga Abhiseka tak sempat memikirkan Sanaha. Gusti Ratu Swastamita tak melihat kedatangan panglima elang. Artinya makhluk yang setia padanya masih mengawasi telaga dan menunggu waktu yang tepat. Tengah malam ketika pesta perni

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tak Bisa Memilih

    Abhiseka bangky dari pembaringannya. Di sana ia tidur bersama Amira. Manusia biasa yang ia jadikan permaisuri setelah semua istrinya tewas di tangan siluman kelabang. Meski sudah hampir ribuan tahun tinggal di Gunung Kalastra. Harimau putih itu masih merindukan kampung halaman tempatnya lahir. Tempat itu ia tutup rapat dari pandangan baik manusia atau siluman, bahkan Guru Wirata tak bisa menemukannya. Hingga pada akhirnya ia serahkan pada Cahaya dan Saka agar tempat itu hidup kembali. Apakah ia tak memikirkan apabila Sanaha bangkit dari tidur panjangnya dan tak akan mengganggu Cahaya. Abhi memikirkan semua itu. Ia yakin putrinya yang dari garis manusia biasa bisa menangani ditambah kehadiran Saka—pengawal yang sangat ia percaya. Walau demikian ia termasuk mempertaruhkan semuanya. Bisa saja Cahaya mati. “Sanaha, aku harap kemarahanmu tidak seperti dulu lagi. Sudah ribuan tahun berlalu, biarkan putriku mengambil tempat nenek moyangnya kembali. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak k

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Rawa Berdarah

    Abhiseka menghidupkan kayu kering dengan api biru dari tangannya. Sang pangeran memandang rumput tempat mereka berdua memadu kasih tadi. Sanaha mengajarkan banyak hal padanya. Sayangnya ular itu pergi dan hanya tersisa sisik yang rontok di tanah saja. Abhiseka berenang dan kembali ke danau bagian atas tempat ia pertama kali bertemu dengan ular hijau itu. Sanaha masih tidak ada. Abhiseka berpamitan pada angin di atas tebing. “Aku tahu kau mendengarku, aku akan kembali lagi, aku harus pulang karena masih punya istana,” gumam Abhiseka. Tidak ada yang menjawab, lelaki bermata biru itu turun dengan cara melompat dari atas tebing. Di sana panglima elang ternyata telah menunggu. “Pangeran tidak apa-apa? Mengapa tidak pulang, Gustri Ratu mencari,” ucap penjaga dengan sayap menjuntai sampai ke tanah itu. “Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri.” “Untuk apa Pangerang ke tebing itu. Bukankah kau tahu larangan?” “Aku tidak apa-apa, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Hadiah

    Seekor ular berwarna hijau seperti lumut menggeliat di dalam danau. Danau itu berada di atas tebing tertinggi, bahkan elang pun belum pernah sampai terbang ke sana. Wilayah yang memang berada dalam kuasa manusia harimau, tetapi tidak ada yang berani mengusik kediaman ular setengah manusia itu. Binatang meleta tersebut menyembulkan kepalanya. Lidah cabang duanya keluar. Mata berwarna hijau itu memandang mangsa di atas pohon. Seekor monyet yang sedang tertidur pulas dan dan tak sadar sebentar lagi akan berpindah ke perut ular. Tubuh licin itu tegak dan dalam waktu cepat, kera yang tadinya baik-baik saja kini telah berada di dalam mulutnya. Empat gigi tajam tersebut mematahkan tulang seekor kera dan tenggorokannya mendorong masuk makanan terus masuk ke perut. Setelah teredam laparnya ular hijau itu masuk ke dalam danau. Kemudian bagian atas tubuhnya berubah menjadi setengah manusia dan ia pun berjemur di bawah sinar matahari yang malu-malu menyapa wajah cantiknya. Sanaha—nama ular it

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Putra Makhkota

    Saka memastikan dirinya terkunci di dalam ruang rahasia yang semalam tak sengaja ia temukan. Di dalam sana tidak ada satu makhluk pun selain dirinya. Di sana juga tidak ada para peri yang akan mengganggunya. “Tempat ini masih banyak misterinya. Aku harus tahu, karena aku seorang raja,” gumamnya perlahan. Saka menyentuh satu demi satu benda asing yang ia temukan. Selama beberapa saat lamanya pun tidak ada perubahan. Termasuk zirah perang yang ia sentuh, seakan-akan tempat itu kosong dari segala sihir yang biasanya memenuhi kediaman mereka. “Kalau tidak ada apa-apa, lebih baik aku kembali saja. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Cahaya.” Manusia harimau itu tidak tahu kalau istrinya pun pergi berkelana ke luar. Pendengaran Saka di dalam ruang rahasia itu pun tertutup rapat. Baru saja ingin menggeser dinding, sebuah kitab lama terlempar dan menghantam kepalanya. Saka mengaduh dan menoleh ke belakang. Ia ambil kitab lama yang penuh lukisan itu. Sang raja ingin membaca di sebelah ist

DMCA.com Protection Status