Home / CEO / PESONA ISTRI RAHASIA CEO / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Chapter 1 - Chapter 10

115 Chapters

BAB 1. DESAKAN

"Heh, bocah! Sudah kubilang, kalau mau masuk ruangan ketuk pintu dulu! Apa seniormu tidak mengajarkan SOP, hah?" Yara Falmira tersenyum memamerkan giginya. Tidak lupa, dua jari kanannya terangkat membentuk huruf v. Kemarahan Andaru, bosnya, tidak dia anggap sesuatu hal yang serius."Tadi sudah, Pak. Dua kali ketuk." Wanita berhijab itu menatap berani pada sang atasan, tetapi kemudian kembali menunduk akibat tatapan tajam yang Andaru layangkan. "Mana ada!”"Bener, Pak.” Meski merasa sedikit takut, tetapi gadis itu tetap berjalan mendekati meja sang pimpinan dengan file-file yang sedari tadi dia genggam. “Tapi tidak ada jawaban, jadi saya masuk aja setelah—” "Jawab terus! Yara, kamu tahu 'kan istilah bos tidak pernah salah?" Pria yang kini duduk di kursi kebesarannya menatap tajam. Tangannya terulur, meminta berkas yang akan dia tanda tangani dari sang sekretaris. "Ehm, keliru itu, Pak. Yang benar itu wanita tidak pernah salah!" Sambil cengengesan, Yara memberikan file yang dia ba
Read more

BAB 2. KECURIGAAN

"Nggak! Kamu pasti bohong!"Pria sangar bersetelan jins dan kaos tanpa lengan itu menunjukkan beberapa slide foto berupa prosesi memandikan jenazah Jaedy hingga penguburan.“Percuma kabur lagi, ‘dia’ tau di mana kamu," lanjut pria itu dengan seringai tipis di bibirnya.Setelahnya, lelaki tadi menyeringai sinis lalu meninggalkan sang gadis yang terlihat shock. Air mata Yara tumpah. Dia menutup mulut dengan satu telapak tangan agar isakannya tidak terdengar penghuni lain. Gegas, Yara mendorong pagar lalu berlari masuk ke kamarnya. "Aba! Apa di-dia pelakunya?"Malam itu, Yara tidak bisa tidur. Pikirannya penuh, ingin buru-buru pulang ke rumahnya di Semarang. Untuk itu, semalam dia langsung meminta izin cuti pada Andaru.Namun, Yara harus menelan kecewa ketika membaca pesan balasan dari atasannya.["Kerja cuma sehari lagi. Kamu masih punya tanggung jawab yang belum kelar. TITIK!"]Itu artinya, dia tidak bisa cuti dadakan hari ini.Tak lama, gawai pipihnya bergetar kencang. Nama yang mun
Read more

BAB 3. PARNO

“Beliau putri Syarifah Alawiyah, pelanggan usaha almarhum. Maaf tidak memberitahu lebih dulu, kami singgah sejenak mewakili keluarga.”Seolah tahu gestur Yara yang masih terkejut, Santi, sahabatnya mengambil alih menjawab pertanyaan pria tadi.Sebenarnya, Santi-lah putri hubabah yang asli. Bukan Yara. Namun, Santi tahu betul siapa pria di hadapannya ini untuk Yara. Untuk itu, dia cepat-cepat menjalankan sebuah skenario.Pria itu diam, tersenyum dan mengangguk tetapi tatapannya tak lepas dari sosok Yara yang berdiri di belakang Santi.“Maaf, Wan, bukan mahram. Tolong jaga pandangan.” Santi menghalau pandangan pria itu sembari menggandeng Yara menyingkir dari bahaya.Namun, baru beberapa langkah menjauh, pria tadi memanggil dua gadis itu lagi.“Tunggu.” Jantung Yara berdebar hebat kala langkah kaki pria itu kian dekat. Kembali, pria itu tersenyum tipis menatap ke arah Yara. Santi gegas berdiri di hadapan sahabatnya, berusaha melindungi Yara dari pandangan menyelidik pria itu. "Ehm ..
Read more

BAB 4. TAWARAN

["Ayahmu meninggalkan utang milyaran. Dalam perjanjian kerja menyatakan, bahwa pewaris mempunyai kewajiban untuk melanjutkan piutang tersebut.][Mamamu shock dan jatuh sakit, pulanglah, Sayang, karena menghilang pun percuma. Aku akan tetap menemukanmu."] Yara membaca pesan susulan setelah dirinya tenang. Ingatannya kembali ke masa menjelang kelulusan.Dia pernah mendengar tanpa sengaja, bahwa ayahnya memiliki simpanan khusus, juga sebuah asuransi jaminan hari tua bilamana terjadi satu musibah dengan keluarga Jaedy. Dalam klausa dua polis itu, tersebut nama Yara dan Jazli sebagai penerima dana manfaat. Yara menduga, total uang pertanggungan itu tidak dapat dicairkan sebab dirinya menghilang. "Dia gila, tega sekali. Jangan-jangan, Aba tiada karena dia apa-apakan!" gumam Yara masih menggigit ujung kukunya. "Darimana dia tahu nomerku?" Kepala Yara berdenyut nyeri memikirkan bagaimana cara mencairkan dana itu jika memang kecurigaannya terbukti. Dokumen asli miliknya telah berubah. Pih
Read more

BAB 5. DEAL!

"Darimana Anda tahu semua ini?" tatap Yara nanar ke arah Andaru, dia tak percaya dengan data di tangannya. "Nggak mungkin, 'dia' bilang semua aman, tapi ini-" gumam Yara, menggeleng samar.Seringai penuh kemenangan Andaru kian lebar melihat respon sekretarisnya itu. Dia lalu duduk di hadapan Yara seraya menyandarkan punggung serta menopang kaki, seakan mengukuhkan posisinya sebagai pemegang kendali."Deal, kan?" ujarnya.Yara mendongak, meletakkan dokumen tadi di atas meja. Putri Jaedy tidak ingin terlalu kentara bahwa dia terintimidasi oleh Andaru. "Deal apanya?" balas Yara ikut bersedekap disertai tatapan remeh.Cemas, tapi Yara ingin memastikan bahwa dirinya sedang tak melakoni peran dalam pepatah, lepas dari kandang harimau lalu masuk ke mulut buaya darat berdasi bagai sosok di hadapan. "Ekspresi wajahmu itu sudah menjawab semua. Akad akan dilangsungkan besok siang bada duhur. Untuk hal lain, kau baca dulu ini," ucap Andaru dengan muka datar saat menyerahkan satu map ke atas meja.
Read more

BAB 6. KEJUTAN

"Wa alaikumussalaam, Maa-maaa," balas Yara terbata. "Aku nggak mimpi, kan?" Anggukan samar serta senyum Jamila-ibu kandungnya, yang membentangkan kedua lengan, langsung Yara sambut. "Ma-maa!" Dia memeluk erat disertai isakan. "Mama!" sebut Yara berkali-kali."Anakku sayang," balas Jamila. Mendekap sang putri bungsu teriring tetes bening membasuh pipi. "Mama rindu." Jemari yang mulai mengeriput lalu mengusap lembut mulai dari kepala hingga punggung Yara. "Alhamdulillah, kita masih bisa bertemu." Wajah senja itu kemudian terbenam di pundak anak gadisnya.Kedua wanita melebur tangis serta kerinduan. Para pria yang berdiri di sana hanya mengulas senyum samar menyaksikan adegan tersebut. Andaru tahu sebagian kisah masa lalu istrinya itu. Tempo hari, dia meminta Bimo diam-diam menjemput keluarga Yara.Pelukan itupun perlahan terurai. Jamila merangkum wajah ayu putrinya dengan kedua telapak tangan. Memeta setiap inci rupa yang dirindukan. "Cantiknya anak mama." Dia lalu membubuhkan kecupan d
Read more

BAB 7. KELEMAHAN TERBESAR

Bimo buru-buru menjawab panggilan yang menggantung tadi. "Tolong minta nomer ponselnya," ucap sang asisten.Sedetik kemudian, senyum mengembang menghias wajah Bimo ketika panggilan berakhir. Otaknya tanggap menyusun sebuah rencana untuk mengetahui motif pria itu."Saatnya misi pengalihan." Seringai tipis sang asisten masih terukir saat memasuki mobilnya.Suasana di ruang privat perlahan terasa akrab. Ekspresi Andaru pun berubah-ubah. Kadang tertawa, tersenyum bahkan mengejek Yara saat Jamila dan Jazli menceritakan masa kecil sang istri yang tidak diperoleh dari informannya."Oh, ternyata nyandu sama risoles?" Bibirnya membentuk huruf O seiring mata yang melebar melihat ke arah Jamila. "Pantas bekalnya sama setiap hari," kekeh Andaru.Risoles, kudapan favorit Yara sejak kecil. Jamila kerap mengajak putrinya belajar membuat kulit serta varian isi agar hasil masakan cantik dan nikmat. Karena hal itulah, Yara sangat ahli dalam membuat camilan satu ini.Kangen masakan mama, alasan yang mela
Read more

BAB 8. ALASAN

"Shiitt!" umpatnya.Dia menatap tajam ke arah dua orang satpam seraya menunjuk wajah mereka satu per satu. "Awas kalian!" ancamnya, sebelum berbalik badan menjauh.Langkahnya panjang dan tergesa menuju mobil. Dering ponsel yang membuatnya stres, sejenak berhenti tepat saat dia menarik gagang pintu. Namun, beberapa detik kemudian, benda itu berbunyi lagi.Sang pemilik netra sekelam malam, duduk dibalik kemudi mengatur napas agar terdengar wajar saat bicara. Dia perlahan menggeser tombol hijau setelah menghembus panjang. "Ya?" "Dimana?" suara berat terdengar di ujung sana, bersiap-siap melampiaskan emosi. "Jakarta." Dia menunggu respon lawan bicaranya sebelum melanjutkan. Tidak terdengar jawaban apapun, membuatnya bicara lagi, "Aku sedang berusaha, sabarlah," timpalnya mencoba mengulur waktu. "Satu pekan atau pesanan ditarik, sekaligus uang ganti rugi dan wanprestasi." Matanya membelalak. Dia buru-buru bicara, "Tunggu-" Tut. Terlambat, panggilan itu diputus sepihak. Pria di telepo
Read more

BAB 9. TEMAN SEPUH

"Yakin, Bos!" tegasnya lagi. "Dia sudah masuk dalam pengawasan saya baik di sini dan ketika kembali nanti," imbuh sang informanAndaru mengangguk-angguk puas meski hatinya tidak yakin sampai kapan rencana ini akan bertahan. "Oke lanjutkan."Sebagai menantu almarhum, sudah menjadi kewajiban Andaru untuk berbakti dengan membantu urusan keluarga Yara. Terlebih dia mampu melakukan itu. Meskipun niatan sebelum menikah, sang CEO mengatakan sebaliknya.Pandangannya tertuju ke sekeliling sebelum bangkit. Dia melihat jam tangannya lalu meraih rokok dari atas meja dan keluar meninggalkan resto masih dengan ponsel yang menempel di telinga."Jam berapa eksekusi?" tanya Andaru lagi. Jemarinya menekan remote sambil terus melangkah mendekati mobil."Setelah makan siang," sahutnya cepat. "Tapi, saya sudah minta dia bekerja mulai malam ini, Bos," sambung sang informan.Pimpinan Garvi Corp telah duduk di belakang kemudi dan menutup pintu mobilnya, tanda harus mengakhiri sambungan udara dengan si pria di
Read more

BAB 10. MISI PENGALIHAN

"Dih, aneh," gerutu Yara melihat sikap Andaru tadi. Pintu lift terbuka, dia masuk dan disambut senyum beberapa penghuni di dalamnya. Seperti biasa, Dewi telah menunggunya di lobby apartemen. Gadis itu berjalan di depan sang nyonya muda menuju mobil. Kali ini, pakaian Dewi lebih kasual, sehingga mereka terlihat bagai rekan kerja.Yara memilih duduk di depan agar tidak terkesan bossy dan berharap dapat menjalin pertemanan. Yara hanya memiliki satu sahabat sejak kuliah. Fay, berada di divisi yang berbeda dengannya. Dari gadis itulah, dia mendapat informasi lowongan pekerjaan di Garvi Corp.Meski satu gedung, mereka jarang bersua karena kesibukan masing-masing. Sebelum tidur biasanya para gadis saling berkirim chat. Namun, beberapa hari ini dunia Yara teralihkan akibat seseorang, juga Andaru."Silakan, Nona." Dewi menurunkan kaca mobil bagian kiri."Eh!" Lamunan Yara buyar. Pandangan nyonya muda Garvi menyapu sekitar. Rupanya dia tak menyadari kapan mobil mereka berangkat dan kini tela
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status