"Yakin lah, janji Allah itu pasti." Aryan menunjuk ke arah jendela sebelum mobil melaju. "Dia itu berasal dari keluarga berpunya, tapi nggak manja," imbuhnya.Andaru menoleh sekilas ke arah kakeknya. "Puji aja teruuusssss," dengus sang cucu.Aryan masih terkagum-kagum pada deretan tulisan di selembar brosur. Cucu mantunya betul-betul memiliki ide tak lumrah sekaligus keberanian untuk maju bersaing.Yara memanfaatkan teknologi, isu, habbit, dan hobi menjadi satu kesatuan sehingga mengundang cuan. Konsep jualannya pun terkesan 'maksa' bahwa pembeli wajib sabar karena hanya dapat menikmati sajian yang dia klaim memiliki rasa lezat itu di rumah.Padahal, stigma bila makanan tak dimakan langsung di tempat, akan mengurangi kelezatannya, kental terdoktrin di masyarakat. Yara menaruh nasib usahanya pada citarasa, melatih sabar juga melawan 'isu' tadi."Memang pantas buat di puji, kok," balas Kakek Aryan. "Dia nggak cuma bisnis dengan manusia, Daru, tapi penciptaNya," sambung pria sepuh dengan
Baca selengkapnya