Semua Bab PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Bab 21 - Bab 30

115 Bab

BAB 21. MEMULAI DARI NOL

Ketukan di pintu kamar mereka tak dihiraukan Andaru. Dia merasa bersalah pada wanita di hadapannya sehingga sejengkal pun enggan beranjak."Aku ... kotor!" isakan Yara terdengar. "Pergi!" cicitnya. Kedua lengan basah itu kian memeluk tubuhnya."Maaf. Maaf." Andaru mencoba lagi, dia mendekat dan kali ini bertekad takkan melepaskan Yara. "Bilas air hangat, ya. Biar nggak sakit," ucapnya menyalakan kembali kran shower.Lelaki itu tak beranjak, dia bahkan ikut membasahi dirinya. Surai panjang Yara dia rapikan, menyisir pelan menggunakan sisir miliknya di sana. Yara bagai mati rasa. Dia seakan abai mengenali sekitar. Dibiarkannya Andaru melakukan apa yang lelaki itu mau.Guyuran air terhenti. Andaru pergi keluar shower cabin lalu sejurus kemudian kembali membawa pakaian untuk Yara. "Ganti baju, ya." Sang CEO menunggu di luar seraya mengganti pakaiannya yang basah. Namun, saat dia mendorong lagi shower cabin, Yara masih di tempat semula. "Ra! ... aku bantuin?" tawarnya ragu. Hening.And
Baca selengkapnya

BAB 22. RELEASE

Saat lift mulai turun, Andaru mengirim pesan pada Yara. "Jangan lupa, bada Maghrib ke Klinik Aruna." Kemudian dia menghubungi Bimo untuk mencari tahu tentang Syaharan, nama seseorang yang tengah berkirim pesan dengan Yara. Dia tadi sempat mengklik profil picturenya."Ya, Bos!" Suara sang asisten menjawab panggilan Andaru."Bim, tolong cari tahu lebih spesifik tentang Syaharan dan Dean Delavar," ujarnya sesaat sebelum pintu lift terbuka. "Ada hubungan apa dengan Yara," pinta sang CEO, seiring langkah meninggalkan lift."Oke. Adalagi?" balas Bimo di seberang."Itu aja," sahutnya. Namun, langkah sang pimpinan berhenti. Andaru teringat seseorang. "Gimana kabar Anton?" ucapnya lagi.Dia lantas melanjutkan arah menuju basement. Satu tangannya masuk ke saku celana sementara satu lagi memegangi ponsel di telinga. "Akan saya cari tahu juga, Bos!" tegas Bimo, ikut teringat dengan si pelaku utama kekacauan keluarga nyonya Garvi.Andaru tiba di mobilnya, dan tak lama dia mulai memacu Porche Bax
Baca selengkapnya

BAB 23. MEMANCING SENTUHAN

Yara mencubiti paha Andaru sebab melontarkan jawaban yang menurutnya kurang pantas. Namun, sang suami malah menggenggam jari lentik itu dan menautkan erat ke sela jemarinya. Lani membuka catatannya, lalu dia melihat ke arah pasangan Garvi. "Ehm, nggak apa," ujarnya tersenyum."Jadi?" balas Andaru, merasa belum menemui korelasi pertanyaannya.Lani menutup buku catatan, meletakkannya ke atas meja. "Anda harus lebih siaga serta sabar, bila Nyonya Yara tengah mengandung ... mood ibu hamil biasanya random," imbuh Lani menatap Andaru.Sang CEO manggut-manggut, dia membawa tautan jemari mereka ke atas pangkuan. "Progres hari ini bagaimana, Dok?" sambungnya.Lani mengatakan akan mengirimkan detail penjelasan tentang sharing hari ini. Namun, dia menegaskan bahwa andil pasangan yang peduli akan berpengaruh besar terhadap proses release.Dari percakapan beberapa kali di antara mereka, pemilihan gambar juga warna, Yara terduga sebagai gadis plegmatis tapi sekaligus memiliki dua karakter unik lai
Baca selengkapnya

BAB 24. MEMOLES PESONA

Yara duduk bersila di lantai. Punggungnya menyandar pada ranjang, dia masih menggenggam ponsel Andaru sambil merenung."Ternyata tangki cintaku kosong, mencari isi hingga lupa alur lalu menjadi sebuah malapetaka," gumam Yara, menengadahkan kepalanya.Andaru tidak betul-betul terlelap, dia hanya memejamkan mata berharap Yara rileks dan mulai terbiasa dengan dirinya, baik dalam jarak dekat, atau bersentuhan."Self-lovenya belum maksimal, Ra. Loving touchnya juga nol." Gadis berambut panjang itu meluruskan kaki, lalu meletakkan kedua tangannya di dada. "Tapi, kan nggak boleh salahin mama," lirihnya.'Nggak gitu, Ara. Bukan salah siapa-siapa, hanya saja saat itu tiada bisa menduga bakal tercipta rasa tak sewajarnya akibat keterbiasaan yang salah.' Andaru mendengar semua keluh kesah gadis itu. Sang pria yang berada di atas ranjang, membuka mata pelan. Dia bergeser ke sisi dimana Yara duduk."Dah malam. Besok mau lembur, kan?" lirih Andaru, mengusap lembut bahu kiri Yara seraya bangun. "Ha
Baca selengkapnya

BAB 25. GODAAN HATI

"Yakin lah, janji Allah itu pasti." Aryan menunjuk ke arah jendela sebelum mobil melaju. "Dia itu berasal dari keluarga berpunya, tapi nggak manja," imbuhnya.Andaru menoleh sekilas ke arah kakeknya. "Puji aja teruuusssss," dengus sang cucu.Aryan masih terkagum-kagum pada deretan tulisan di selembar brosur. Cucu mantunya betul-betul memiliki ide tak lumrah sekaligus keberanian untuk maju bersaing.Yara memanfaatkan teknologi, isu, habbit, dan hobi menjadi satu kesatuan sehingga mengundang cuan. Konsep jualannya pun terkesan 'maksa' bahwa pembeli wajib sabar karena hanya dapat menikmati sajian yang dia klaim memiliki rasa lezat itu di rumah.Padahal, stigma bila makanan tak dimakan langsung di tempat, akan mengurangi kelezatannya, kental terdoktrin di masyarakat. Yara menaruh nasib usahanya pada citarasa, melatih sabar juga melawan 'isu' tadi."Memang pantas buat di puji, kok," balas Kakek Aryan. "Dia nggak cuma bisnis dengan manusia, Daru, tapi penciptaNya," sambung pria sepuh dengan
Baca selengkapnya

BAB 26. MULAI SALING MENYAKITI

"Ehm ... kita belum kenalan bukan?" ujar Yara, kembali melangkah maju mendekati sang pria masa lalu.Andaru melirik tajam Yara, tapi peringatannya di abaikan sang istri. Dia lalu menarik kedua tangan Afreen yang melingkari leher sembari menegur Yara. "Ra!" sebut Andaru.Yara tetap berjalan lurus, berpura tak mendengar. Lelaki tampan dalam balutan jas hitam itu pun mendekati sang wanita Garvi senyumnya mengembang sempurna.Afreen tak terima mantan suaminya memperhatikan gadis lain, dia lantas menarik lengan Andaru menjauh dari sana. "Ayo, katanya ngajak pulang," ucapnya manja seraya berjalan melenggak lenggok."Dean Delavar," ujarnya menyodorkan tangan ke hadapan Yara."Ra! pulang!" seru Andaru, sambil menahan tarikan Afreen sebelum mencapai pintu ruangan pesta.Yara bergeming terhadap seruan Andaru. Dia membalas salam perkenalan Dean, dengan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. "Yara Falmira," balasnya. Dia memindai tampilan Dean, dia banyak berubah."Besok jalan, yuk," u
Baca selengkapnya

BAB 27. DEBARAN CINTA YARA

Brak. Panel pintu ruang kerja, dibanting kencang oleh Andaru.Tak hanya itu, pemilik hunian menciptakan kegaduhan lain setelahnya. Ujung sepatu yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi nyaring di sunyinya malam."YARA!" serunya, berlari kecil menyusul sang istri yang lebih dulu menapaki tangga.Yara terus berjalan. Panjang gaun yang melewati mata kaki membuatnya sedikit kesulitan mengambil langkah lebar. Dia akhirnya berhasil disusul Andaru tepat saat akan menarik gagang pintu kamar.Lagi, sikap arogansi Andaru mendominasi. Lengan Yara dicengkeram erat. Tubuhnya dibalik paksa menghadap sang suami. Namun, Yara tidak ingin memperkeruh suasana, dia mengalah dan menatap manik mata sekelam malam dengan gurat wajah lelah. "Boleh nggak, tausiahnya besok pagi aja," pintanya dengan nada lembut.Andaru yang sudah siap meluapkan emosinya, mendadak kehilangan kemarahan. Sorot mata pria arogan ikut meredup ketika melihat perubahan sikap Yara."Capek?" tanyanya sambil mendekatkan diri hingga tu
Baca selengkapnya

BAB 28. TERBONGKAR

"Dia ... seorang yang special," balas Yara, menatap ke tas di atas pangkuan lalu memainkan jarinya.Status mereka harus tetap menjadi rahasia. Apalagi, Andaru masih kerap menjalin komunikasi dengan mantan istrinya. Ditambah Yara tidak tahu menahu niatan sang CEO saat menikahinya.Tidak ada yang boleh tahu pernikahan mereka. Meski Santi pernah bertemu Andaru satu kali kala di Semarang. "Dia?" Santi menyunggingkan senyuman. "Kalau liat dari kamunya sih, beneran special," sambungnya, diangguki Yara ragu-ragu.'Entahlah San, aku hanya ikut kata hati. Nyaman dan tenang bila didekatnya.'Keduanya tiba di tujuan, disambut Sekar yang membawa mereka ke sebuah bangunan.Rumah kosong milik pak RT digunakan untuk tempat menampung para anak jalanan yang berjumlah sekitar 40 orang. Di halaman depan, terpampang plang bertuliskan Rumah Asuh Yara, membuat si empunya nama, terharu."Maa sya Allah." Kedua wanita serempak berucap pujian. Ruangan berukuran 4x5 meter, menjadi awal mereka menilik bagian d
Baca selengkapnya

BAB 29. KEANEHAN SIKAP SANG CEO

Andaru keluar ruangan dan langsung menyalami Lani yang menanti mereka di meja asistennya. Yara menyusul dan menyatakan rasa terima kasih untuk sang terapis sebab hatinya saat ini menjadi lebih ringan."Dikit lagi," kata Lani, menepuk jemari mereka yang masih saling bertaut ketika bersalaman. "Tapi kayaknya tersisa bagian Tuan Garvi saja," imbuhnya melihat ke arah Andaru."Maksudnya, Dok?" dia melihat bergantian ke arah Lani dan suaminya.Yara bingung dengan maksud dokter di hadapannya. Ingin bertanya tapi enggan karena melihat ekspresi sumringah Andaru."In sya Allah, bakalan sukses," kekeh Andaru sambil menggamit pinggang Yara dan pamit dari sana.Keduanya berjalan bersisian tapi Yara menepis tangan Andaru yang menempel di tubuhnya. Dia melangkah lebih dulu.Kali ini, sang pria ingin lebih lunak dengan aturannya. Dia berniat mengajak Yara pergi ke suatu tempat. Lengan nyonya muda Garvi ditarik Andaru menuju mobilnya.Yara celingukan, sambil menepuk tangan suaminya. "Pak, mau kemana?"
Baca selengkapnya

BAB 30. AT THE FIRST TIME

Andaru masuk ke kamar jelang azan subuh. Dia kira istrinya belum bangun tapi ternyata Yara sudah duduk di atas sajadah memegang mushaf.Biasanya mereka beribadah masing-masing meski dalam satu ruang. Namun, pagi ini Andaru mendekat, menghampar sajadah miliknya di depan Yara yang masih mengaji.Wanita itu diam, membiarkan dirinya menjadi imam pagi ini. Dua rakaat wajib yang mereka kukuhkan, kala beribadah bersama untuk pertama kalinya itu ditutup doa panjang dari Andaru.'Aamiin, aamiin.' Sang pria belum berani menyodorkan tangannya ke arah Yara. Dia langsung berdiri dan kembali keluar kamar tanpa sepatah katapun.Yara hanya mengikuti alur bagaimana cara Andaru memperlakukannya. Tapi, dia akui pesona si pria dewasa perlahan bersemayam meski tebias dalam bayang. Dia pun ikut bangun, membereskan perlengkapan ibadah sebab akan menuju ke tempat acara.Ketukan di pintu sejenak mengalihkan perhatian Yara yang sedang menata make up ke dalam tasnya."Nyonya!" Suara Dedeh memanggil Yara."Ya!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status