Semua Bab PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Bab 31 - Bab 40

115 Bab

BAB 31. PERESMIAN LABEL GARVI

Jelang dini hari, Andaru terjaga. Tidurnya sangat pulas setelah melepas hajat tadi. Perjuangan membuat Yara nyaman dan tetap menjaga kontak mata lumayan menguras tenaga sang mantan duda.Bibir pria tampan tak surut mengulas senyum, karena melihat wanitanya terlelap dalam pelukan untuk kali pertama dalam enam pekan pernikahan mereka. Dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi kening Yara, lalu menghujaninya dengan kecupan."Ternyata aku yang pertama bagimu, Ra." Andaru merasa bangga. Dia lantas merunut beberapa pengakuan Yara juga catatannya. "Anton mungkin belum menemukan timing tepat untuk melakukannya. Alhamdulillah." Sang CEO mengusap bahu istrinya yang terbuka, lalu menarik selimut hingga menutupi keduanya. "Yang kamu maksud sebagai obat itu apa?" lirih Andaru, menghela napas sembari menempelkan dagunya ke dahi Yara.Beberapa menit berlalu, Andaru masih mencoba berpikir, menyambungkan beberapa dugaan dan fakta. Mulai foto, video yang digunakan untuk mengancam Yara dan Aba."Asta
Baca selengkapnya

BAB 32. AYAM KANTOR

"Napa?" tanya Fay, disela kunyahan salad hingga menimbulkan suara berdecak. Tatapannya masih tajam menelisik Yara.Gadis ayu pun jadi serba kikuk, tak berani menatap balik manik mata sipit dibalik kacamata minus itu. Dia hanya mengeluarkan suara gumaman. "Ehmm, ehmmm." Faysa Faradiba meletakkan garpu, sedikit menghentak ke atas meja. "Ngomong yang bener!" kata Fay, mencondongkan wajah hingga membuat Yara terkejut dan memundurkan tubuhnya. "Kayak pidato pejabat keilangan script ... ehmm ... ehmm." Yara terkekeh. "Kenapa jadi galakan lu, sih." Istri rahasia Andaru itu memilih bangun dan pergi dari mejanya. Dia tidak menghabiskan menu yang dipesan akibat mood makan mendadak hilang.Pikiran Yara terdistraksi oleh isi pesan dari sang manager. Dia bukan takut pada reaksi sekitar, melainkan tanggapan Fay. Sahabat semata wayangnya itu semoga mau mendengarkan penjelasan lebih dulu tanpa ikut menghakimi."Lu utang pengakuan dosa sama gue!" Fay mensejajari langkah Yara yang lebih dulu meningga
Baca selengkapnya

BAB 33. PESONA YARA DI MATA STEFAN

Fay mengangkat telapak tangan kiri ke samping -atas, isyarat agar Yara berhenti bertanya. Dia tengah sibuk dengan rasa panas dan pedas yang menjalari setiap rongga mulut hingga bibirnya."Kelakuan, sok kuat pedes padahal bocil!" ejek Yara, terkekeh menyenggol lengan kiri Fay yang bertengger di meja sedang menopang wajah nan bersimbah keringat."Diam, ah!" decak Fay. Bibirnya menganga megap-megap bagai mulut ikan koi kekurangan oksigen.Sambil menunggu sahabatnya usai bertempur dengan rasa gerah. Yara mengetik pesan di grup chat Yaraobun. Dia akan meluncurkan promo baru untuk awal bulan nanti.Sebuah strategi penjualan, bakal memisahkan orderan grosir dan eceran serta take away antre di tempat. Sistem PO H-1 untuk kulakan, line khusus ecer, juga relaunching kemasan vacuum siap seduh untuk pelanggan yang akan keluar kota.Dia ingin fokus pekan ini, stay di ruko guna mewujudkan semua itu. Usulannya disambut baik para karyawan, mereka juga meminta tenaga bantuan satu orang lagi sebagai OB
Baca selengkapnya

BAB 34. KEKESALAN ANDARU

Stefan melihat Fay yang gelagapan, pun menyaksikan Yara diam di sana beberapa detik. Tapi ketika dirinya mengikuti arah pandang kedua gadis, tidak tampak satupun sosok di sumbernya.Wanita ayu yang sempat tertegun itu langsung duduk di tempat semula. Yara mengangkat gelas kopinya, menghidu dalam aroma Robusta dan Arabika dalam espresso machiatto iced miliknya lalu mencecap pelan penuh penghayatan. "Nggak ada lawan, emang juara espresso shotnya." Yara memuji kualitas racikan khas Barista cafe-cafe milik Stefan, dengan menyatukan telunjuk dan jempolnya ke udara."Kalian kenapa tadi?" tanya Stefan, mengabaikan pujian Yara. Dia melihat bergantian ke arah dua gadis.Fay mengangkat-turunkan bahunya, dia malah melempar pandangan ke Yara yang masih menikmati kopinya. "Au, nggak jelas siapa," ucapnya, seraya bersandar pada punggung sofa."Aneh nih berdua," kekeh Stefan, dia lalu menyodorkan tablet miliknya pada Yara. "Ra, konsep open stage at satnight for Steffren member, oke nggak?" tanya sa
Baca selengkapnya

BAB 35. KEBENARAN LAINNYA

Yara membungkuk, mengambil satu lembar kertas yang menutup kakinya. Barisan kata yang perlahan dia eja dalam hati akhirnya berujung pada sebuah rasa penasaran.Dia mengambil satu kertas yang lainnya. Lagi, hingga beberapa lembar. Pandangan mata Yara beralih bergantian dari benda di tangan dan Andaru."Paham?!" tegas sang pria, menatap penuh sindiran.Putri Jaedy diam, urung menarik knob pintu lalu membereskan kekacauan di lantai, memunguti kertas satu per satu. Dia membawa tumpukan lembaran itu ke sofa, duduk di sana, dan membaca semua isi kertas hingga tuntas.Emosi Andaru pun ikut mereda. Dia mengekori istrinya menuju sofa dan menunggu reaksi susulan Yara.Wanita cantik itu merapikan semua kertas ke dalam map tanpa bicara apapun. Dia lalu menyodorkan ke hadapan suaminya. "Terima kasih." Tatap Yara pada wajah tampan di depannya. Dia menghela napas dan sejenak menunduk sebelum melanjutkan bicara. "Tapi, ini semua kesalahan dan aku ingin memperbaikinya," tutur Yara pelan.Dahi Andaru m
Baca selengkapnya

BAB 36. KEMBALINYA SANG PANGERAN

"Den Mas, mau makan malam dimana? kamar atau ruang makan?" tanya seorang wanita paruh baya yang mengenakan kebaya dan jarik, berdiri di ambang pintu.Melihat kepulan asap pekat, dia lalu masuk ke dalam, menyalakan penyedot asap rokok yang memenuhi ruangan."Ngapunten, Den Mas," ucapnya sembari mendekat ke majikan mudanya membawa sebuah benda. "Tekan remote ini, biar hawane sejuk, nggih," jelas wanita bertubuh tambun, menunjuk tombol warna merah di remote exhaust.Pria yang termenung di sisi ranjang itu menoleh, meletakkan benda di tangannya pada permukaan kasur. "Di ruang makan aja, Mbok," ujarnya, mengukir senyum. "Iya, maaf aku lupa," imbuhnya saat melihat asisten rumah tangga ayahnya menunjukkan sesuatu.Rasa asing menyergap sanubari, meski dirinya telah tinggal di sini hampir dua pekan. Banyak hal yang berubah di rumah ini. Bukan hanya dari segi interior klasik ornamen Jawa nan megah, tapi juga ditunjang fasilitas mewah dan canggih sesuai perkembangan teknologi terkini.Wajah tamp
Baca selengkapnya

BAB 37. THE REAL YARA

"Kalau menyetujui permintaan kamu, aku nggak ada bedanya denganmu," jawab Arin, menolak tantangan Yara.Wajah ayu itu melongok lagi, dari balik dinding kubikelnya. "Heleh, bilang aja takut, Mbak," kekeh Yara lagi.Arin tak terima, dia lantas mendekati meja juniornya. Berdiri berkacak pinggang menyimpul senyum miris. "Casing terlihat salihah tapi kelakuan minus ... emang lagi trend, sih," cibirnya.Yara tak menanggapi lagi, ocehan Arin jelas menyiratkan kecemburuan sosial terhadapnya. Tapi Yara teringat satu hal. Seseorang akan mudah terpantik emosi jika wilayahnya mulai dijamah orang asing. Putri Jaedy akhirnya mencoba peruntungan dengan memancing reaksi Arin. "Mbak, maaf kalau aku nyerobot wilayahmu di sini. Nggak ada maksud apapun." Yara menatap lekat wajah wanita yang berdiri disampingnya. "Nanti bagi job deh," imbuh sang nyonya.Air muka Arin sontak berubah. Dia memandang serius paras ayu yang juga melihatnya. Dia lalu berbalik badan kembali ke meja dan mendudukkan bokong sintaln
Baca selengkapnya

BAB 38. DIAM-DIAM PEDULI

Andaru duduk menyandar di kepala ranjang melihat ke arah sofa, merasa bersalah telah membuat Yara demikian. Dia yang memaksa menikahi tapi belum memperlakukan istrinya dengan baik. Lelaki itu perlahan turun menuju sofa. Dia menekuk lutut, memandang lekat paras ayu yang terlelap. "Maaf, belum saatnya kamu muncul," ucap Andaru lirih, sambil menyingkap selimut dan membopongnya menuju tempat tidur."Dulu aku membebaskanmu tapi sekarang enggak." Dia menidurkan Yara di sisi kanan. "Jangan pernah selingkuh ya, Ra." Andaru mengecup jemari kanan Yara sebelum dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.Entah rasa apa yang hinggap di dada. Dia begitu kesal melihat tatapan Stefan yang melihat Yara penuh kelembutan. Lelaki itu tampan juga mapan. Terlebih saat mengetahui status Dean dan Yara dahulu, Andaru mulai cemas karena merasa terlalu lunak pada Yara."Apa aku sudah jatuh cinta padanya?" gumam Andaru, masih duduk di sisi ranjang. "Masa, sih? sama dia?" matanya menyipit, memandang paras lembut
Baca selengkapnya

BAB 39. LITTLE GARVI

Sang pimpinan tiba di lantai 5. Dia melangkah tegap, masih membopong Yara menuju ruang kesehatan bagi karyawan. Tenaga medis yang disiapkan perusahaan, sigap mengarahkan agar CEO mereka membaringkan pasien ke atas brangkar. Andaru meminta dokter wanita untuk menangani Yara. "Lekas periksa dengan teliti," ucap Andaru terengah. Kedua jemari lengan, mencengkeram di ujung ranjang sehingga bahu tegap itu sedikit membungkuk.Baru juga beberapa detik, dia sudah gelisah. "Gimana?" tanya Andaru tak sabaran, menatap bergantian antara dokter jaga dan istrinya. Wanita muda itu tersenyum, meminta suster memindai name card yang masih menggantung di leher Yara. Tak ingin banyak cakap, dia lantas menuju meja kerjanya. Selain sumpah profesi, diagnosa pasien adalah rahasia. Andaru mengikutinya dan duduk di depan wanita berjas putih. Dia melihat tulisan cacing itu terukir di atas selembar kertas yang kini di sodorkan padanya. "Dok, sekolah tinggi-tinggi dan mahal, tulisan nakes kok nggak pernah bagu
Baca selengkapnya

BAB 40. PROFIL BROTOYUDHO

"Jangan berpikiran macam-macam." Aryan menghampiri keduanya. "Daru nggak bermaksud apapun, murni menjaga kamu, Nduk," imbuhnya, ikut duduk di kursi samping ranjang Yara.Yara menoleh ke arah Aryan. Dia merasa pria sepuh ini lebih terbuka padanya dibanding Andaru. "Tadi siapa, Kek?" tanyanya pelan, sekilas melirik suaminya."Paman dan tantenya Daru, jenguk kamu. Nanti dikenalkan kalau jabang bayimu dah kuat diajak pergi-pergi," ucap tetua Garvi. Sumringah menyebut calon cicitnya.Yara mengerjap, suara yang sama dia dengar dua kali hari ini. Ketika dokter bicara pada Dewi tadi, karena dia hampir tidak dapat membuka mata sehingga tenaga medis itu menjelaskan kondisi Yara pada sang asisten. Kini, ucapan serupa barusan terdengar lagi dari sepuh suaminya. Dia melihat Andaru yang menunduk, asik menekan-nekan punggung tangan kanan Yara beberapa kali."A-aku kenapa?" tanya Yara, melihat ke arah suaminya. Dia menarik paksa tangan kanan yang sedang dimainkan Andaru.Cucu Aryan, mendongak. "Kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status