Semua Bab PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Bab 11 - Bab 20

115 Bab

BAB 11. MASUK JEBAKAN

"Jiera?" ulangnya lagi, merangsek mendekati seseorang di hadapannya..Sang gadis berusaha bertindak senatural mungkin. Tangan kanannya terangkat mengacungkan keranjang sampah ke arah pria itu, lalu perlahan melangkah mundur.Kepalanya menggeleng samar, sorot mata wanita berhijab navy itu memicing tajam ke arah pria yang berdiri tak jauh darinya."Pergi! atau aku teriak," ancamnya seraya mengatupkan gigi, agar suaranya kian tegas."Pulang dulu yuk. Sebentar," bujuk sang pria, lembut seperti biasa.Suara yang disinyalir membawa angin buaian tak bakal mempan padanya. Perawakan sempurna lelaki dewasa nan maskulin di hadapan tentu sangat manjur membius gadis manapun untuk tunduk dengan mudah, terkecuali Yara. Pikirnya.Gadis cantik itu sebisa mungkin meminimalisir suara yang keluar dari mulutnya. Dia terus berusaha melangkah mundur hingga teras meski tertatih akibat batu kerikil yang tersebar di halaman kost, sesekali menusuk alas kakinya."Jiera!" sebutnya lagi.Tatapan tajam keduanya buya
Baca selengkapnya

BAB 12. SHOCK

"Sesuai keinginan kita, Bos." Bimo menceritakan perkembangan rencana mereka. "Meski lebih cepat dari prediksi," imbuhnya. "Ehm, dia bakal baik saja, kan?" tanya sang CEO, tersirat kekhawatiran dalam nada bicaranya."Semoga baik saja, Bos. Anak itu punya sedikit basic bela diri," imbuh Bimo.Andaru lega. "Oke. Jangan sampai membahayakan keluarga Yara," titahnya, lalu mematikan panggilan.Andaru masih berdiri di balkon kamar. Dia tengah berpikir, kisruh keluarga Yara hampir mencapai puncak sebentar lagi. Dia akan mengawal ini sampai tuntas sehingga misinya juga tercapai."Bisa-bisanya aku berpikir dia bakal menyerahkan diri dengan mudah." Andaru menyunggingkan senyum. "Apa ketampananku ini kurang memikatmu? Yara Falmira," gumamnya penuh percaya diri.Dia mengibaskan tangan seakan menepis pikiran konyolnya, sembari berbalik badan dan masuk ke kamar.Yara merasa percakapan Andaru dengan seseorang berkaitan dengannya. Dia sesekali melirik ke arah pria yang masih berada di balkon itu.Ponse
Baca selengkapnya

BAB 13. MASA LALU BERDATANGAN

Brak. Pintu kamar itu menutup. Mendengar suara keponakan laki-lakinya, dia tergopoh keluar kamar."Mbak! Mbak!" sebut sang pria, pura-pura peduli pada Jamila."Mama!" seru Jazli, tak menghiraukan kicauan pamannya. Dia mengangkat tubuh Jamila meski tertatih. "Bentar Ali panggil dokter, ya," imbuh sang putra.Jamila mengangguk pelan, dia memegangi lengan Jazli erat. "Aku saja yang panggil dokter, Li." Pria itu lantas pergi, meminta salah satu pekerja memanggil dokter pribadi Jamila.Jazli membaringkan tubuh ibunya ke ranjang. Menyeka keringat dari dahi Jamila, memasang selang oksigen, lalu menyalakan pendingin ruangan. Setelah nafas sang mama kembali teratur, Jazli duduk di sisi ranjang. Dia memijat lembut tangan dan kaki Jamila, masih belum berani bertanya tentang kejadian barusan.Tak lama, dokter pun tiba. Kedua pria itu menepi sesaat, agar wanita berjas putih leluasa memeriksa pasien."Mama gimana, Dok?" tanya Jazli, saat melihat dokter muda itu selesai."Shock ringan, lusa wajib
Baca selengkapnya

BAB 14. KETAHUAN

Yara tiba tepat saat Andaru menuju lift. Dia menunggu gadis itu turun dari mobil lalu menyeret lengannya."Lepas!" Yara memukul punggung Andaru dengan tas tangan."Siput, lamban!" gerutunya, terus berjalan tak melepas cekalan.Keduanya lalu saling diam ketika telah di dalam kotak besi yang perlahan naik. Andaru hanya melirik wanita yang berdiri disampingnya, mencuri pandang penampilan Yara malam ini. Mereka pergi terpisah sehingga tidak memperhatikan satu sama lain.Ingin bertanya perihal Dean tapi mulut sang CEO terkunci rapat. Begitupun Yara, hendak menegaskan siapa sosok cantik nan menggoda di pesta tadi, akan tetapi dia terlalu malas menerima cibiran Andaru setelahnya.Saling bungkam dan gengsi, menyertai perjalanan pasangan Garvi menuju lantai 15. Yara berjalan lebih dulu saat pintu lift terbuka. Dia bergegas menuju unit mereka guna mengambil alih kamar mandi sebelum Andaru masuk. Tubuhnya lelah, dan besok dia harus bangun lebih pagi.Tiada percakapan lagi setelah keduanya berada
Baca selengkapnya

BAB 15. ANCAMAN

"Lepaskan!" seru Jazli, berdiri di depan pintu seraya menunjuk ke arah pamannya. Sejak sang paman pergi pagi tadi, dia memeriksa kamarnya tapi tak menemukan gadis yang Jamila ceritakan. Ternyata, pria ini memiliki satu ruang rahasia dalam biliknya. Pantas saja saat itu, Jiera sulit ditemukan dan Jaedy murka kala menemukan foto vulgar putrinya.Pelakunya terlalu pintar dan sangat mengerti seluk beluk isi rumah serta watak sang ayah, hingga semudah itu diperdaya dan Jiera menjadi korban.Jazli juga meminta orang untuk membuntuti beliau tapi sepanjang hari ini, tidak ditemukan lokasi penyekapan si gadis."Kamu mau ikutan, Li?" ucapnya sambil melirik si gadis. "Aku dulu tapi, ya. Itung-itung kamu latihan sebelum sah." Jazli menatap geram, tangannya mengepal disamping tubuh hingga otot leher pria kalem ini menegang. Rasa jijik menjalar membayangkan kelakuan bejat pamannya. Namun, dia harus menyelamatkan gadis ini lebih dulu."Mbak. Mbaaakkk!" panggil Jazli pada asisten rumah tangga mereka
Baca selengkapnya

BAB 16. KEKACAUAN

"Yara!" seru Andaru ikut lari mengejar istrinya keluar unit.Di dalam lift, Andaru memegang dahi yang terasa pusing akibat benturan. Dia tak menduga, sosok ramping itu memiliki keberanian dan tenaga cukup kuat untuk ukuran badannya.Yara berpapasan dengan kakek Aryan saat baru keluar dari lift. Dia tetap berlari dan mengabaikan sepuh Andaru itu ketika melewatinya."Nduk!" panggil Aryan, memutar badan seiring cucu menantunya menjauh.Tak enak hati, Yara berhenti, menoleh sekilas lalu berbalik badan menghampiri beliau. Dia meraih tangan Aryan dan salim dengan tergesa kemudian kembali lari keluar lobby."Raaa!" panggil Andaru baru keluar dari lift, hampir menabrak kakeknya.Aryan menahan lengan sang cucu. "Kejar pake mobil kakek!" ucapnya seraya menyerahkan kunci pada Andaru.Sang CEO mengejar Yara yang sudah naik taksi, dia menduga wanitanya akan menuju Bandara. Dalam perjalanan tersebut, Andaru melakukan panggilan pada Bimo agar menyiapkan dokumen yang sudah dia siapkan sejak kemarin.
Baca selengkapnya

BAB 17. INILAH AKU

Letusan senpi membuat ketakutan Yara kian menjadi. Dia tak fokus dan tersandung batu hingga terjatuh. "Jangan! jangan!" tangannya mengibas ke depan. Isakan Yara terdengar.Dia merangsek mundur di tengah ilalang saat Anton terus mendekatinya. Lelaki itu terkekeh mengacungkan senjata ke arah Yara. "Jangan ... sentuh ....!" geram Andaru. Dia melepas sepatu dan melempar ke arah pria yang berdiri beberapa puluh meter darinya. "Istriku!"Duk. Tepat mengenai kepala Anton. Dia mengaduh dan menoleh. Bersamaan dengan itu, sebuah bogem mendarat di rahang kanannya.Buk. Pukulan Andaru tepat sasaran. Anton tersingkir jatuh ke samping. Dia lantas membantu Yara berdiri. "Awasss!" teriak Yara. Buk. Kali ini, Andaru yang tersungkur menimpa Yara sebab pukulan Anton mengenai tengkuknya. "Awhh!" cicit Yara, punggungnya membentur tanah keras.CEO Garvi Corp bergegas bangun, bersiap balik badan menangkis serangan susulan tapi tiba-tiba suara dua pria mengalihkan perhatian Anton yang akan memukul Andaru
Baca selengkapnya

BAB 18. SALAH ASUHAN

"I-iinnii?" tandas Jaedy sekali lagi, menatap adiknya pilu.Andaru masih mengusap bahu, mendekap Yara beberapa saat. Kini, ritme helaan napas istrinya berubah halus. Sang CEO melirik ke wajah yang menunduk, lantas mengulas senyum, Yara tertidur setelah melepas ketakutannya."Baru dugaan psikolog tadi, Yara setidaknya harus terapi minimal 8 kali pertemuan," terang Andaru, sambil membenarkan letak kepala Yara agar nyaman bersandar di dadanya.Jaedy meraup wajah kasar, pantas jika dirinya pulang, Yara kerap menempel ketat padanya seakan enggan melakukan semua hal sendiri, meski di dalam rumah.Andaru perlahan bangkit, membopong tubuh ramping istrinya pindah menuju ranjang. Sedangkan Jazli dan Bimo kembali melihat coretan di lembaran tadi.Klaim asuransi milik Jaedy dengan pemegang polis Yara, akan segera dilengkapi sebab dokumen pendukung yang mereka butuhkan baru saja diselesaikan Andaru."Klaim bisa cair, Mas?" tanya Jazli kemudian. "Kan sekarang namanya Yara," sambungnya.Andaru menari
Baca selengkapnya

BAB 19. BANGKIT MENATA DIRI

"Ehm, entahlah." Jazli nampak ragu, dia mengendikkan bahu. "Banyak yang kami simpan, Mas. Satu-satunya jawaban akurat hanya dimiliki oleh adikku," ujarnya dengan mimik wajah sendu.Andaru tidak dapat memaksa, betul apa yang dikatakan sang kakak ipar. Kesediaan Yara untuk membuka lukanya perlahan adalah jawaban atas semua ini. Pimpinan Garvi sekalian pamit pada keluarga Yara sebab akan pulang ke Jakarta malam nanti. Dia berencana mampir ke pusara almarhum ayah mertuanya sebelum kembali ke hotel. Bada duhur, Andaru tiba di kamarnya. Dia melihat Yara bergumul dengan selimut, tak semangat seperti biasa. Dini mengatakan bahwa nyonya muda Garvi hanya tiduran di kasur sejak mereka pergi.Dia pun duduk di sisi ranjang, menepuk kaki istrinya dari atas selimut. "Ra, mau jalan?" tawar Andaru.Saat ini, dia mengesampingkan ego, tidak lagi memedulikan gengsi untuk sekedar membagi perhatian kecil. Andaru menggoyangkan pelan betis Yara. "Jajan atau nonton? yuk," imbuhnya."Engh?" Yara menoleh sejen
Baca selengkapnya

BAB 20. EMOSI ANDARU

"Aku temani," ucap Andaru, duduk disamping Yara dan menahan pinggangnya ketika dia hendak bangkit menghindar.Yara memiringkan tubuh menghadap sang suami. "Aku capek, Pak," tandas Yara melotot hingga matanya kian bulat, lalu berganti lirikan tajam ke arah wanita bersetelan formal yang duduk di hadapan mereka. "Lagian sudah malam," bisiknya seraya mengetatkan gigi."Aku ngerti, tapi beliau sudah nunggu kamu, Sayang," tegas Andaru, membuka telapak tangannya menunjuk pada sang terapis. "Sebentar saja untuk malam ini, oke?" bujuknya dengan nada manis.'Cih, Sayang! sandiwara.' Yara menghela napas, ingin mendebat Andaru tapi cemas kondisi pernikahan mereka yang kurang harmonis ikut terbongkar.Wanita paruh baya itu tersenyum ramah, dia memajukan posisi duduknya mengimbangi pasangan Garvi yang terlihat bersitegang."Selamat malam, Nyonya Garvi. Saya Lani, psikolog dari RSPP. Salam kenal," sapanya ramah sembari berdiri menyodorkan tangan untuk berjabat.Yara tak enak hati, dia pun bangun dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status