Home / CEO / PESONA ISTRI RAHASIA CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of PESONA ISTRI RAHASIA CEO: Chapter 41 - Chapter 50

115 Chapters

BAB 41. MANISNYA GARVI

Yara mengamati polah Andaru sejak tadi. Dia tak mengerti apa yang dibicarakan pria itu. "Kalau sedang serius, ayahmu memang sangat tampan," gumam nyonya Garvi, melirik ke arah perutnya yang masih rata.Pembicaraan dengan Bimo masih berlangsung hingga beberapa menit ke depan. Dia menyadari bahwa seseorang tengah menatapnya. Andaru pun mengakhiri panggilan dengan asistennya itu. Lelaki itu menutup buku catatan dan menyimpan temuannya dalam file rahasia. Selepasnya, dia menghampiri Yara yang sedang menekan tombol remote mengatur posisi tempat tidur agar nyaman bersandar."Ra," sebutnya saat duduk di kursi samping ranjang. Yara tak menjawab, hanya diam melihatnya dan menunggu dengan sabar apa yang akan pria ini ucapkan. "Mulai sekarang, jangan maksa pergi tanpa izinku," pinta Andaru. "Di luar sana, banyak bahaya untukmu," ujarnya lagi, menjeda kalimat menunggu reaksi wanita di hadapan.Putri Jaedy masih enggan menanggapi. Bukankah Anton sudah lama menghilang tanpa kabar. Bahkan sang mam
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

BAB 42. SEKELUMIT KISAH

"Jangan Mas. Ayah malu," ucapnya pasrah.Lelaki sepuh itu lalu menceritakan awal mula mengapa usaha yang dia rintis puluhan tahun silam kini berada di ujung tanduk. Selain karena sumber daya manusia yang tidak memiliki regenerasi cepat, teknologi miliknya pun telah usang sehingga lambat memenuhi kebutuhan pasar. Penggilingan padi dan jagung terbesar dan satu-satunya di wilayah Jogjakarta memang sudah seharusnya mempunyai tambahan gudang serta peralatan mumpuni. Dari kesepuluh pabrik miliknya, baru sebagian yang telah berganti dengan mesin-mesin canggih. Tenaga ahli, ajakan pembaruan teknologi silih berganti mengajukan diri tetapi ditolak dengan alasan tidak dapat memberi upah secara pantas.Sempat terjadi pergolakan demo karyawan karena pengurangan tenang kerja dalam jumlah lumayan. Aka tetapi, sang majikan mampu meredamnya meski menjadi borok bagi management.Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang telah bekerja dengannya sejak puluhan tahun silam. Karena itulah, dia memper
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

BAB 43. MY SWEETYARA

Yara mendecih, dia akhirnya menggeser tuts kesamping, menjawab panggilan Fay meski belum tahu apa yang akan dikatakan. "Ya Fay," sapa Yara dengan nada lembut."Raaaaaa, lu dimana? sama siapa? semalam berbuat apa?" cecar Fay sambil tertawa. "Sorry sorry ... lu sakit, Ra?" sambungnya di sela sisa kekehan.Yara ikut tertawa, dia jadi ingat penggalan lirik lagu kangen band. "Di rumkit, ada pak Bos dan lainnya barusan jenguk ... aku nggak kenapa-kenapa," ulas Yara, menyebutkan satu per satu jawaban untuk Fay di ujung sana.Entah mengapa, Andaru yang masih berdiri di nakas menyiapkan vitamin, tersenyum ketika Yara menyebut dirinya ada disitu.Yara tak ingin Andaru berprasangka, dia menekan tombol pengeras suara saat jemari kekar itu menyodorkan wadah kecil berisi satu butir tablet warna pink. Cucu mantu Aryan mendongak melihat ke arah pria yang berdiri disamping, seraya membuka telapak tangan. "Apa?" sebutnya tanpa suara."Vitamin," balas Andaru, berbisik dan duduk di hadapan Yara. "Raaa!
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

BAB 44. PEWARIS YANG HILANG

Lelaki tua itu menoleh manakala suara seseorang memintanya masuk. Padahal dia masih menikmati bau tanah yang disapu angin jelang waktu Maghrib tiba. "Ndoro, mari masuk. Teh rempah Baba Arb, sudah siap," ucap Wartini, berdiri merunduk di ambang pintu gebyok berukiran bunga dan dedaunan.Dia menoleh. "Sebentar lagi, belum tung Maghrib," balasnya pelan, masih sambil mengayunkan pelan kursi goyang favoritnya.Pandangan lelaki sepuh berkutat pada layar gawai yang pengaturan cahayanya sengaja dia redupkan. Semata tak ingin orang lain melihat dan mengasihani atas derita kerinduannya.Kepala pelayan wanita di rumah bersejarah ini, membungkuk lalu mundur perlahan meninggalkan sang juragan. Ada rasa iba bila Wartini memergoki tuannya dirundung murung.Mantan raja itu tidak sepenuhnya bersalah. Karena hal tersebut, kasusnya ditutupi dari khalayak dan hanya beberapa abdi dalem inggil saja yang tahu, itupun sudah banyak yang meninggal. Sumpah tutup mulut mengharuskan mereka membawa rahasia keluarg
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

BAB 45. MENCARI SANG IDAMAN

Andaru mencoba melacak dan mengalihkan mereka dari sasaran. Dia melirik ke arah Dewi yang baru saja masuk ke ruangan agar membantunya.Gadis berkuncir kuda, paham bila tuan mudanya membutuhkan bantuan. Dia mendekat ke sofa tanpa di komando."Tahan mereka hingga satu menit," ujar Andaru, menunjuk ke laptopnya pada asisten pribadi Yara, saat dia bangkit."Baik, Tuan." Dewi merenggangkan jemari hingga berbunyi pretek. Senyum dingin tersungging, dia sudah lama tidak berselancar. Gadis itu pun duduk dan memainkan kelihaiannya di atas keyboard.Andaru merekrut Dewi atas usulan seseorang yang sangat dia percayai. Sang CEO lantas menghubungi 'dia' sebab melihat betapa ekstrem usaha mereka untuk masuk ke dalam wall yang dia bangun.Tombol panggilan cepat dia tekan, nada sambung pun terdengar satu kali, tepat kala dia duduk di ekstra bed."Yes, Bos!" suara khasnya terdengar."Fa, cek IP address yang aku kirimkan. Mereka mengubah-ubah posisi dengan durasi cepat, sepertinya bukan sembarang orang,
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

BAB 46. TERKONEKSI

"Tapi Anda kan tidak tahu beliau dimana," cegah Budi, memasang wajah datar. "Baiknya ditunda sampai mereka mengabari bahwa nona itu bersedia," imbuh sang ajudan."Pasti mau, kan aku bayar," katanya percaya diri, sambil tersenyum lebar. "Zaman sekarang itu yang penting duit." Budi merunduk, lalu bicara dengan nada pelan. "Maaf, Gusti. Tidak semua urusan bisa selesai dengan uang. Beberapa orang enggan tunduk demi idealisme dan ego sentrisnya," tutur Budi, sekilas melihat ke arah Brotoyudho yang tampak kian kecewa.Tidak ada lagi percakapan pagi itu. Ponsel sang pengawal pribadi, dia kembalikan dan memintanya keluar kamar.Bukan marah padanya, tapi ucapan Budi justru menyadarkan lagi kesalahan yang pernah dia usung dan elukan di masa lalu. ABS-asal bapak senang, menjadi jargon para penjilat kekuasaan untuk menghalalkan segala cara. Hampir saja, dia melakukan hal serupa.Suasana pagi di joglo tidak ada yang istimewa. Hari ini meja makan di ruangan megah itu kosong, masing-masing penghuni
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

BAB 47. PERLINDUNGAN BERLAPIS

Rematan jemari kanan Yara terasa kuat mencengkram kemeja Andaru. Mimpi itu terasa nyata, sampai dia gelisah.Tidak ada pembicaraan, Andaru hanya mendekapnya erat sembari mengusap lembut punggung Yara naik turun. "Istighfar." Andaru berbisik pelan. "Kita pulang setelah dokter visit," lanjutnya, mengurai pelukan mereka.Rona wajah putri bungsu Jaedy sudah lebih baik, tidak pucat seperti tadi. Yara tanpa sadar meraba bibirnya, memastikan bahwa barusan hanyalah bunga tidur yang berasal dari tiupan setan."Digantiin sama aku aja." Andaru mendekatkan wajahnya, menyentuh apa yang tadi istrinya raba.Tidak ada napsu, hanya pagutan lembut sebagai penghapus kegelisahan."Feel better?" Senyum usil sang CEO mulai muncul, dia betul-betul harus pandai memanfaatkan keadaan jika ingin membuat Yara tetap bertahan di sisinya.Cucu Aryan tahu, sisa trauma masih menjadi penghalang cinta tumbuh di hati Yara. Sikap manis gadis itu dia nilai hanya sebagai refleksi atas segala suguhan yang dia berikan. Bah
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

BAB 48. FIRASAT

Bada subuh, menantu Jaedy mengabarkan pada mertuanya tentang kehamilan Yara. Dia meminta doa dari Jamila untuk kesehatan keluarga serta kelanggengan rumah tangga mereka."Jiera mana, Mas?" tanya Jamila, sumringah saat wajahnya memenuhi layar handphone."Ada, bentar, Ma."Andaru menghampiri nyonya Garvi yang masih mengaji di atas sajadah sembari bersandar di pangkal ranjang. Dia ikut duduk disampingnya, menyandar manja di bahu Yara sementara tangan kiri memegang ponsel.Paras wanita muda yang menuruni kecantikan Jamila itu tersenyum manis ketika tampilan ponsel menyoroti ibunya. Sang mama terlihat lebih segar akhir-akhir ini. Sinar mata mereka serupa cerahnya, pun masih sama-sama belum melepas mukena. "Maaaaaaa," seru Yara, melambaikan tangan ke depan layar."Nduk, alhamdulillah." Jamila mulai berkaca-kaca, dia teringat almarhum Jaedy. Jika suaminya masih hidup, tentu sangat bahagia menerima kabar ini. "Di ja-gaa, ya. Nurut sama suamimu," lirihnya terbata, menitikkan air mata.Yara jad
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

BAB 49. MENGHILANGNYA YARA

Pesan masuk ke ponsel Yara. Dari manager agency.["Ra, ada tawaran buat lu. Pria lansia pengen ketemu sekedar ngobrol sambil ngopi santuy di Kopitiam MTA."]Ting. Beberapa menit kemudian.["Ra, gimana? ... kata manager beliau, kalian dah pernah ketemu. Gue tunggu jawaban lu, ya."]Android di atas nakas kamar berkedip dan bergetar beberapa kali. Nyonya Garvi lupa membawa ponselnya karena terburu-buru tadi. Sementara di Mall Pondok Indah, Dewi menahan dua orang yang dia curigai."Tolong berhenti sebentar," ujarnya, berjalan menghampiri para wanita di lawang pintu. "Kenapa, Mbak?" tanya wanita muda, yang mengenakan hijab lebar dan gamis panjang, menoleh ke arah Dewi. Asisten Yara itu lantas berjongkok di depan wanita sepuh yang duduk di kursi roda, dia berpura salim untuk merasakan kelenturan kulit aslinya. Tatapan teduh dan heran, diberikan oleh sang nenek pada Dewi, dia pasrah mengikuti kemana tangannya ditarik."Nggak apa, hanya ingat nenekku ... maaf," ucap Dewi, tersenyum ke ar
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

BAB 50. SAMA BERJUANG

"Namanya-," jeda Brotoyudho karena melihat supirnya berjalan mendekat."Ndoro," sebutnya. Berdiri merunduk sambil mengacungkan jempol ke arah luar. "Monggo, mobil sudah siap," imbuh pria muda yang memakai seragam serba hitam.Sang pemilik joglo mengangguk, bersiap bangun dibantu Budi. "Nggak penting siapa namanya," kekeh Brotoyudho. Dia berjalan melewati putranya yang masih duduk. Tangan tua itu lalu menepuk bahu Andra dua kali. "Jaga rumah baik-baik ... ayah pergi dulu," kata pria sepuh sambil lalu.Gusti Raden Mas Andra hanya mengangguk, menoleh hingga badannya ikut miring kesamping melihat sang ayah meninggalkan ruang keluarga.Dia lalu memilih kembali ke kamar, berkutat dengan segala kepentingan pribadi. Kali ini, keinginannya tercapai, memang anak buah Budi pintar tapi harus disupport oleh banyak hal darinya. Senyum manis tercipta di wajah tampan, dia pun bersiap pergi ke suatu tempat guna berjumpa dengan seseorang. "Akhirnya." ***Aryan gelisah, ponsel Andaru belum juga aktif
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status