Share

BAB 4. TAWARAN

Author: QIEV
last update Last Updated: 2023-09-26 22:12:47

["Ayahmu meninggalkan utang milyaran. Dalam perjanjian kerja menyatakan, bahwa pewaris mempunyai kewajiban untuk melanjutkan piutang tersebut.]

[Mamamu shock dan jatuh sakit, pulanglah, Sayang, karena menghilang pun percuma. Aku akan tetap menemukanmu."]

Yara membaca pesan susulan setelah dirinya tenang. Ingatannya kembali ke masa menjelang kelulusan.

Dia pernah mendengar tanpa sengaja, bahwa ayahnya memiliki simpanan khusus, juga sebuah asuransi jaminan hari tua bilamana terjadi satu musibah dengan keluarga Jaedy.

Dalam klausa dua polis itu, tersebut nama Yara dan Jazli sebagai penerima dana manfaat. Yara menduga, total uang pertanggungan itu tidak dapat dicairkan sebab dirinya menghilang.

"Dia gila, tega sekali. Jangan-jangan, Aba tiada karena dia apa-apakan!" gumam Yara masih menggigit ujung kukunya. "Darimana dia tahu nomerku?"

Kepala Yara berdenyut nyeri memikirkan bagaimana cara mencairkan dana itu jika memang kecurigaannya terbukti.

Dokumen asli miliknya telah berubah. Pihak asuransi tentu akan menuduh dia sebagai penipu, bahkan bisa saja dirinya malah ikut terjerat kasus hukum.

Tak kunjung mendapat solusi, Yara pun terlelap. Tidurnya sangat nyenyak hingga melewatkan salat malam, bahkan subuh pun kesiangan.

Ini adalah hari Minggu. Saking lelahnya, dia hanya menghabiskan weekend dengan tidur sepanjang hari. Bangun hanya untuk salat dan makan, nonton film sebentar lalu memejam kembali.

Keesokan pagi, Yara merasa lebih bugar. Dia siap menyongsong hari berat. Tepat pukul tujuh, gadis ayu keluar kamar seraya menenteng snack box.

Yara berlari kecil menuju depan gang agar ojolnya lebih mudah mendapatkan titik penjemputan.

Saat sedang berkonsentrasi menunggu pergerakan driver ojol di tepi jalan, tiba-tiba suara seseorang dari arah belakang, mengejutkannya.

"Pagi, Sayang?"

Retina coklat tua itu melebar. Yara seketika membeku. Otaknya buntu, bahkan jemari tangan ikut diam tak berani bergerak.

Mimpi buruknya telah datang.

"Mau kuantar?" bisiknya dari belakang tubuh Yara.

Posisi mereka sungguh sangat dekat. Tubuh sang gadis bagai robot, kaku. Sekedar menoleh pun tak sanggup. Jantungnya seakan berhenti berdetak, membuat napas serasa tidak terhembus.

Yara dipaksa menghadapi trauma kelamnya.

Bak mendapat hadiah dari kediaman Yara, pria tersebut lalu mengendus tengkuk gadis yang tertutup hijab itu.

Putri Jaedy bisa merasakan bahwa lelaki ini tengah tersenyum setelah menghidunya. Sang lelaki pun lalu memutari tubuh Yara dan menatap wajah ayu yang sedang menegang.

"Mau pakai make-up ataupun tidak, kamu tetap cantik di mataku. Ayo kita pulang, menyelamatkan usaha keluarga bersama-sama. Kasihan mamamu ... aku janji takkan lagi mengganggumu."

Dia berdiri tegap memasukkan kedua tangan ke saku celana sembari tersenyum menawan kala memandang wajah ayu gadis idamannya. Intonasi suaranya juga lembut bukan main.

Jika saja situasinya normal, mungkin Yara akan mudah luluh dan jatuh dalam pelukan lelaki bertubuh atletis itu. Wajah tampan dengan garis rahang tegas, mata sekelam malam juga bibir sensual, menyempurnakan tampilan sang pria. Dapat dibayangkan oleh Yara, betapa hangat rengkuhannya di malam hari.

Yara menepis semua itu, dia sadar semua hanya tipuan yang coba dilakukan sang pria.

Perlahan, usai bisa menguasai diri, Yara memundurkan langkahnya meski berat dan hanya setengah jengkal, saat pria itu mendekat.

Kelopak mata bulat Yara masih setia tak berkedip. Dia terlalu shock.

Saat itu, seorang gadis tiba-tiba menyapanya dan menggamit lengan Yara.

"Selamat pagi, Nona. Mari.”

Yara hanya menoleh, tanpa respon. Tubuhnya pasrah digelandang seorang perempuan tak dikenalnya masuk ke dalam sebuah mobil mewah.

Melihat mangsanya lari, pria itu mendengus kesal menatap kepergian sang gadis. Tatapannya yang semula lembut kini berubah kental dengan aura permusuhan.

Tangannya mengepal geram, tahu bahwa langkahnya takkan mudah dalam mengintimidasi Yara, perempuan yang dulu dia kenal bernama Jiera.

Rencananya kali ini mungkin gagal, tetapi pria itu tak lantas menyerah.

"Jiera! Aku pasti mendapatkanmu lagi."

Sementara, di dalam mobil lain yang tengah menempuh perjalanan, gadis yang tadi menggelandang Yara duduk di balik kemudi. Dia terus menanyakan kondisi Yara yang masih bungkam sejak tadi.

"Apakah Anda baik saja, Nona? Maaf saya terlambat."

Yara masih belum bisa mencerna situasi. Dia hanya beberapa kali mengerjap. Setelah lima menit berlalu, kesadarannya baru muncul.

"B-baik. S-siapa, Anda?"

Kewaspadaan kembali melingkupinya. Yara bahkan mendekap tas dan box snack di depan dada. Tak lagi memikirkan isinya yang mungkin akan berantakan.

"Dewi. Malaikat penolong Anda pagi ini." Gadis penolong itu tersenyum sembari menoleh sekilas ke arah Yara yang duduk di belakangnya.

"H-haaah. Ehm, terima kasih. Tolong turunkan saya di depan sana saja."

"Saya akan mengantar Anda hingga tujuan. Kita hanya berhenti beberapa detik di tikungan tempat Anda membagikan itu."

Dewi menunjuk dengan jempolnya ke arah box yang Yara dekap.

Bagai dihipnotis, Yara mengangguk saja sembari menunduk melihat kotak besar yang dia dekap.

"Nah, sampai. Tidak perlu keluar, silakan ulurkan dari jendela saja, Nona."

Pintu mobil yang dikunci Dewi secara sentral membuat Yara terpaksa mengikuti anjuran Dewi.

Wajah anak jalanan yang ceria seraya melambai dan memanggilnya kakak adalah mood booster Yara setiap pagi.

"Dadah Kak Yara, bahagia dan banyak rezeki untuk Kakak." Tak lupa, mereka menghaturkan doa yang hampir sama setiap pagi.

Sebuah sapaan sederhana dari anak-anak itu mampu menemani keseharian Yara yang merasa sepi selama dalam pelarian. Senyum manis Yara juga lambaian tangannya dinanti mereka.

Kaca mobil pun kembali naik, perjalanan berlanjut hingga menuju kantor GC.

Namun, ada yang berbeda di kantor hari ini.

Sepanjang hari, Yara dianggap tiada oleh Andaru yang biasanya amat gemar mengerjainya.

Hingga waktunya pulang, Yara celingukan di lobby melihat sekitar. Dia berharap sosok yang dia takutkan tidak mengejarnya hingga ke sini.

Setelah dirasa aman, dia lalu bergegas menuju halte bus.

Hatinya lega begitu dia tiba di depan gerbang kost. Namun, betapa terkejutnya Yara manakala mendapati seorang pria tengah bicara dengan ibu kost di depan kamarnya.

‘Nggak! Nggak! Dia nggak boleh melihatku lagi!'

Yara panik, dia langsung berlari memanggil taksi yang kebetulan melintas, menuju rumah salah satu kenalannya di sini. Akan tetapi, nasib malang menimpa. Orang yang diharapkannya tak ada di tempat, membuat Yara tidak lagi punya tujuan untuk bersembunyi.

Akhirnya, dia memutuskan kembali ke kantor dan berniat bermalam di mushala lantai dasar. Dia akan kembali ke kostan besok petang, berharap situasi sudah lebih aman.

‘Yara? Ngapain dia balik lagi?’

**

“Bos, ada yang aneh dengan Yara.”

Rupanya, Bimo memergoki sekretaris Andaru menuju mushala karyawan. Dia membuntuti gadis itu dan mengintip sekilas, lalu berlalu pergi.

Andaru tak acuh, tapi dia memberikan sebuah tugas pada Bimo.

"Kerjakan!"

Bimo terkekeh. Ekspresi dan tindakan bosnya sungguh di luar prediksi. "Oke. Siap menjalankan misi. Bonus jangan lupa, Bos."

"Ndasmu, duit terooosss!"

Andaru berlalu pergi usai Bimo bergegas menjalankan misinya.

Namun, baru beberapa langkah, panggilan seorang pria menahannya.

"Daru!"

Andaru menoleh, menghampiri sang empu suara berat tadi. "Kek, kok ke sini?"

"Mana dia?" cecar Aryan Garvi, mengabaikan pertanyaan cucunya.

"Mushala. Lihat saja sendiri, tapi dia lagi ngambek. Aku tunggu di rumah, Kek."

Andaru meninggalkan lelaki senja itu sendirian, membiarkan kakeknya menemui si dia yang tengah berada di musala.

Aryan Garvi, sang pendiri Garvi Corp menuju lokasi yang Andaru sebutkan. Dia mengambil wudhu lalu salat sunah di sana.

Suara lembut gadis mengaji terdengar saat Aryan mengucap salam. Dia duduk sejenak menikmati suguhan yang membuat hatinya tentram.

Tak lama, Aryan bangkit mencari sumber suara.

Kakek Aryan menyembulkan kepala di balik tirai pembatas. "Siapa namamu?"

Yara mendongak. Celingukan ke kanan kiri mencari sosok lain, barangkali bukan dia yang diajak bicara.

"Iya, kamu, cah ayu."

"Saya Yara. Anda mencari seseorang, atau tersesat?” Yara bangkit dan menutup mushaf di tangannya. “Mari saya antar ke divisi tujuan."

Kakek Aryan tersenyum mendengar kalimat Yara. "Ndak usah. Saya kira tadi suara speaker Qur'an."

Yara mengerjap beberapa kali, mengangguk samar lalu melanjutkan mengaji guna menghalau gelisah.

Bada Maghrib, dia berniat mencari makan sekaligus meminta izin pada satpam agar tak mematikan lampu mushala dengan alasan lembur.

Namun, Yara dibuat terkejut saat melihat pria sore tadi muncul di depan lobby, sedang berbincang dengan satpam.

"Ya Allah ucapan dia gak main-main. Tolong, selamatkan aku."

Yara mengintip dan bersembunyi di balik tembok frontline.

"Terima tawaranku, kita menikah. Secepatnya."

Yara terlonjak kaget. Dia berbalik badan dan melihat sosok pimpinannya—Andaru, berdiri tak jauh darinya, masih lengkap dengan setelan kerja.

"Naik!" titahnya lagi seraya memberi isyarat agar Yara mengikutinya.

Sesampainya di ruangan atas. Andaru menyodorkan banyak dokumen yang membuat Yara membelalak. Namun, pria itu justru tersenyum menawan sambil berdiri menyandar pada meja seraya bersedekap.

"A-anda ...." Yara menunduk, mengepal geram. Sungguh pilihan sulit, karena sama-sama memiliki risiko.

Andaru menatap tajam gadis berhijab navy yang duduk di sofa. "Yes, or No? Ini tawaran terakhir, Yara!"

Comments (4)
goodnovel comment avatar
QIEV
Tim suksesnya Yara ini...
goodnovel comment avatar
QIEV
Wakakakak tim yesss
goodnovel comment avatar
Siti Chotijah
aqqquuuuu......yesss.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 5. DEAL!

    "Darimana Anda tahu semua ini?" tatap Yara nanar ke arah Andaru, dia tak percaya dengan data di tangannya. "Nggak mungkin, 'dia' bilang semua aman, tapi ini-" gumam Yara, menggeleng samar.Seringai penuh kemenangan Andaru kian lebar melihat respon sekretarisnya itu. Dia lalu duduk di hadapan Yara seraya menyandarkan punggung serta menopang kaki, seakan mengukuhkan posisinya sebagai pemegang kendali."Deal, kan?" ujarnya.Yara mendongak, meletakkan dokumen tadi di atas meja. Putri Jaedy tidak ingin terlalu kentara bahwa dia terintimidasi oleh Andaru. "Deal apanya?" balas Yara ikut bersedekap disertai tatapan remeh.Cemas, tapi Yara ingin memastikan bahwa dirinya sedang tak melakoni peran dalam pepatah, lepas dari kandang harimau lalu masuk ke mulut buaya darat berdasi bagai sosok di hadapan. "Ekspresi wajahmu itu sudah menjawab semua. Akad akan dilangsungkan besok siang bada duhur. Untuk hal lain, kau baca dulu ini," ucap Andaru dengan muka datar saat menyerahkan satu map ke atas meja.

    Last Updated : 2023-10-13
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 6. KEJUTAN

    "Wa alaikumussalaam, Maa-maaa," balas Yara terbata. "Aku nggak mimpi, kan?" Anggukan samar serta senyum Jamila-ibu kandungnya, yang membentangkan kedua lengan, langsung Yara sambut. "Ma-maa!" Dia memeluk erat disertai isakan. "Mama!" sebut Yara berkali-kali."Anakku sayang," balas Jamila. Mendekap sang putri bungsu teriring tetes bening membasuh pipi. "Mama rindu." Jemari yang mulai mengeriput lalu mengusap lembut mulai dari kepala hingga punggung Yara. "Alhamdulillah, kita masih bisa bertemu." Wajah senja itu kemudian terbenam di pundak anak gadisnya.Kedua wanita melebur tangis serta kerinduan. Para pria yang berdiri di sana hanya mengulas senyum samar menyaksikan adegan tersebut. Andaru tahu sebagian kisah masa lalu istrinya itu. Tempo hari, dia meminta Bimo diam-diam menjemput keluarga Yara.Pelukan itupun perlahan terurai. Jamila merangkum wajah ayu putrinya dengan kedua telapak tangan. Memeta setiap inci rupa yang dirindukan. "Cantiknya anak mama." Dia lalu membubuhkan kecupan d

    Last Updated : 2023-10-14
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 7. KELEMAHAN TERBESAR

    Bimo buru-buru menjawab panggilan yang menggantung tadi. "Tolong minta nomer ponselnya," ucap sang asisten.Sedetik kemudian, senyum mengembang menghias wajah Bimo ketika panggilan berakhir. Otaknya tanggap menyusun sebuah rencana untuk mengetahui motif pria itu."Saatnya misi pengalihan." Seringai tipis sang asisten masih terukir saat memasuki mobilnya.Suasana di ruang privat perlahan terasa akrab. Ekspresi Andaru pun berubah-ubah. Kadang tertawa, tersenyum bahkan mengejek Yara saat Jamila dan Jazli menceritakan masa kecil sang istri yang tidak diperoleh dari informannya."Oh, ternyata nyandu sama risoles?" Bibirnya membentuk huruf O seiring mata yang melebar melihat ke arah Jamila. "Pantas bekalnya sama setiap hari," kekeh Andaru.Risoles, kudapan favorit Yara sejak kecil. Jamila kerap mengajak putrinya belajar membuat kulit serta varian isi agar hasil masakan cantik dan nikmat. Karena hal itulah, Yara sangat ahli dalam membuat camilan satu ini.Kangen masakan mama, alasan yang mela

    Last Updated : 2023-10-16
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 8. ALASAN

    "Shiitt!" umpatnya.Dia menatap tajam ke arah dua orang satpam seraya menunjuk wajah mereka satu per satu. "Awas kalian!" ancamnya, sebelum berbalik badan menjauh.Langkahnya panjang dan tergesa menuju mobil. Dering ponsel yang membuatnya stres, sejenak berhenti tepat saat dia menarik gagang pintu. Namun, beberapa detik kemudian, benda itu berbunyi lagi.Sang pemilik netra sekelam malam, duduk dibalik kemudi mengatur napas agar terdengar wajar saat bicara. Dia perlahan menggeser tombol hijau setelah menghembus panjang. "Ya?" "Dimana?" suara berat terdengar di ujung sana, bersiap-siap melampiaskan emosi. "Jakarta." Dia menunggu respon lawan bicaranya sebelum melanjutkan. Tidak terdengar jawaban apapun, membuatnya bicara lagi, "Aku sedang berusaha, sabarlah," timpalnya mencoba mengulur waktu. "Satu pekan atau pesanan ditarik, sekaligus uang ganti rugi dan wanprestasi." Matanya membelalak. Dia buru-buru bicara, "Tunggu-" Tut. Terlambat, panggilan itu diputus sepihak. Pria di telepo

    Last Updated : 2023-10-16
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 9. TEMAN SEPUH

    "Yakin, Bos!" tegasnya lagi. "Dia sudah masuk dalam pengawasan saya baik di sini dan ketika kembali nanti," imbuh sang informanAndaru mengangguk-angguk puas meski hatinya tidak yakin sampai kapan rencana ini akan bertahan. "Oke lanjutkan."Sebagai menantu almarhum, sudah menjadi kewajiban Andaru untuk berbakti dengan membantu urusan keluarga Yara. Terlebih dia mampu melakukan itu. Meskipun niatan sebelum menikah, sang CEO mengatakan sebaliknya.Pandangannya tertuju ke sekeliling sebelum bangkit. Dia melihat jam tangannya lalu meraih rokok dari atas meja dan keluar meninggalkan resto masih dengan ponsel yang menempel di telinga."Jam berapa eksekusi?" tanya Andaru lagi. Jemarinya menekan remote sambil terus melangkah mendekati mobil."Setelah makan siang," sahutnya cepat. "Tapi, saya sudah minta dia bekerja mulai malam ini, Bos," sambung sang informan.Pimpinan Garvi Corp telah duduk di belakang kemudi dan menutup pintu mobilnya, tanda harus mengakhiri sambungan udara dengan si pria di

    Last Updated : 2023-10-18
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 10. MISI PENGALIHAN

    "Dih, aneh," gerutu Yara melihat sikap Andaru tadi. Pintu lift terbuka, dia masuk dan disambut senyum beberapa penghuni di dalamnya. Seperti biasa, Dewi telah menunggunya di lobby apartemen. Gadis itu berjalan di depan sang nyonya muda menuju mobil. Kali ini, pakaian Dewi lebih kasual, sehingga mereka terlihat bagai rekan kerja.Yara memilih duduk di depan agar tidak terkesan bossy dan berharap dapat menjalin pertemanan. Yara hanya memiliki satu sahabat sejak kuliah. Fay, berada di divisi yang berbeda dengannya. Dari gadis itulah, dia mendapat informasi lowongan pekerjaan di Garvi Corp.Meski satu gedung, mereka jarang bersua karena kesibukan masing-masing. Sebelum tidur biasanya para gadis saling berkirim chat. Namun, beberapa hari ini dunia Yara teralihkan akibat seseorang, juga Andaru."Silakan, Nona." Dewi menurunkan kaca mobil bagian kiri."Eh!" Lamunan Yara buyar. Pandangan nyonya muda Garvi menyapu sekitar. Rupanya dia tak menyadari kapan mobil mereka berangkat dan kini tela

    Last Updated : 2023-10-19
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 11. MASUK JEBAKAN

    "Jiera?" ulangnya lagi, merangsek mendekati seseorang di hadapannya..Sang gadis berusaha bertindak senatural mungkin. Tangan kanannya terangkat mengacungkan keranjang sampah ke arah pria itu, lalu perlahan melangkah mundur.Kepalanya menggeleng samar, sorot mata wanita berhijab navy itu memicing tajam ke arah pria yang berdiri tak jauh darinya."Pergi! atau aku teriak," ancamnya seraya mengatupkan gigi, agar suaranya kian tegas."Pulang dulu yuk. Sebentar," bujuk sang pria, lembut seperti biasa.Suara yang disinyalir membawa angin buaian tak bakal mempan padanya. Perawakan sempurna lelaki dewasa nan maskulin di hadapan tentu sangat manjur membius gadis manapun untuk tunduk dengan mudah, terkecuali Yara. Pikirnya.Gadis cantik itu sebisa mungkin meminimalisir suara yang keluar dari mulutnya. Dia terus berusaha melangkah mundur hingga teras meski tertatih akibat batu kerikil yang tersebar di halaman kost, sesekali menusuk alas kakinya."Jiera!" sebutnya lagi.Tatapan tajam keduanya buya

    Last Updated : 2023-10-20
  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 12. SHOCK

    "Sesuai keinginan kita, Bos." Bimo menceritakan perkembangan rencana mereka. "Meski lebih cepat dari prediksi," imbuhnya. "Ehm, dia bakal baik saja, kan?" tanya sang CEO, tersirat kekhawatiran dalam nada bicaranya."Semoga baik saja, Bos. Anak itu punya sedikit basic bela diri," imbuh Bimo.Andaru lega. "Oke. Jangan sampai membahayakan keluarga Yara," titahnya, lalu mematikan panggilan.Andaru masih berdiri di balkon kamar. Dia tengah berpikir, kisruh keluarga Yara hampir mencapai puncak sebentar lagi. Dia akan mengawal ini sampai tuntas sehingga misinya juga tercapai."Bisa-bisanya aku berpikir dia bakal menyerahkan diri dengan mudah." Andaru menyunggingkan senyum. "Apa ketampananku ini kurang memikatmu? Yara Falmira," gumamnya penuh percaya diri.Dia mengibaskan tangan seakan menepis pikiran konyolnya, sembari berbalik badan dan masuk ke kamar.Yara merasa percakapan Andaru dengan seseorang berkaitan dengannya. Dia sesekali melirik ke arah pria yang masih berada di balkon itu.Ponse

    Last Updated : 2023-10-21

Latest chapter

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 115. JUAN ALMEER

    "Dikit lagi, Sayang. Raaa," bisik Andaru di telinga Yara. "Ara-ku adalah ibu hebat, semangat sambut adek," imbuhnya dengan nada bergetar, antara tega dan tidak.Sesuai arahan dokter, Yara menarik napas pendek sebelum memulai lagi. Dia tetap tenang tanpa teriakan atau jeritan. Hanya hembusan lirih dari mulutnya meski sakit hebat terasa berdenyut di bawah sana. Tatapan mata Yara kini tak lepas dari manik mata elang yang jua tengah memandangnya. Anggukan, belaian dari Andaru juga bisikan salawat di telinga membuat Yara memiliki kekuatan lebih.Air mata sang CEO ikut menetes manakala Yara terisak. "Mas ridho, 'kan?" lirih Yara."Banget, Ra, banget," balasnya sangat pelan dan terisak tak melepas pandangan mereka."Yuk, lagi Bu. Tarik napas pelan, sambil bilang aaahh ya, lembut aja ... lembut." Perintah dokter pada Yara kembali terdengar.Pimpinan Garvi lantas ikut membimbing Yara dan tak lama. "Oeeekkk!" "Mamaaaaaa," lirih Yara lemas dan langsung didekap Andaru. "Alhamdulillah. Ibunya p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 114. SURPRISE

    Aryan yang sedang berada di teras dengan Yono, memperhatikan mobil Andaru berhenti sejenak untuk menurunkan Dewi lalu melaju kembali."Lah, kenapa jalan lagi?" tanya Aryan pada aspri Yara yang tergesa memasuki rumah Dewi berhenti, membungkuk ke arah Aryan sekilas. "Nona kontraksi, Tuan besar. Bos Daru langsung ke rumah sakit lagi," beber Dewi. Setelah itu dia berlari ke dalam menuju kamar Andaru. Seketika Aryan ikut panik, dia meminta Yono menyiapkan mobil karena akan menyusul pasangan Garvi, konvoi dengan Dewi.Selama di perjalanan, panggilan seluler tak Andaru hiraukan karena terfokus pada Yara yang beberapa kali mendesis kesakitan. "Mo, tolong call kakak, Didin dan mama." Andaru memberi perintah saat mobil mulai masuk ke teras IGD. "Baik, Bos." Bimo mengangguk dan ikut turun ketika Andaru mulai menarik tuas pintu.Sang CEO pun gegas, berlari ke sisi kiri mobil dan membuka pintunya. Dia menggamit pinggang Yara dan menarik perlahan sembari tetap meminta Yara agar mengatur napas.

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 113. BYE AFREEN

    Andini mengirimkan pesan pada Andaru berisi berita tentang Afreen yang tengah sakit dan dalam kondisi koma saat ini. Dia ingin menjenguknya esok hari bila diizinkan. Pesan telah terkirim, sang designer pun mematikan ponsel lalu bersiap tidur.Andini baru sekilas membaca balasan DM dari pria yang dia kenali. Tadi, pikirannya langsung terpusat pada sang sahabat sekaligus mantan istri Andaru itu, sehingga dia belum mencerna dengan benar informasi dari Chris.Bada subuh, Andaru meminta Yara mengambilkan ponsel, setelah berhasil mengaji dua halaman di mushaf kesayangan. "Bacain aja Ra, kalau ada pesan. Sandinya tanggal lahir kamu," kata Andaru masih duduk di sofa."Lah, nanti ketauan sama aku dong," balas Yara yang berdiri disamping nakas lalu berjalan menghampiri suaminya. "Ketauan apaan? ... ponsel dan hatiku bersih dari para hama," sahut Andaru sambil merentang lengan menyambut istrinya."Ya kali pake aplikasi discord juga," kekeh Yara, keki dengan berita viral di aplikasi goyang.And

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 112. HAPPINESS

    Dua hari berlalu, Andaru bersiap pulang dengan Yara ke Jakarta. Dia sedang duduk di lantai, memakaikan kaus kaki Istrinya ketika Brotoyudho menegur sang cucu menantu, dan ikut bergabung dengan mereka."Mas, kakek barusan dapat telpon dari pengacara kalau Andra sedang diajukan pindah rutan," ujarnya setelah mendaratkan bokongnya disamping Yara.Andaru mendongak sekilas lalu kembali fokus merapikan jempol kaki Yara agar masuk ke lubangnya. "Terus?" Brotoyudho menatap lembut sang cucu mantu. "Makasih ya, Mas." Andaru bergeming, dia enggan menanggapi. Semua itu dilakukan untuk mejauhkan Anton dari Yara sekaligus agar Brotoyudho leluasa menjenguk setiap hari bila sang paman dipindahkan ke Jogja.Mereka akan intens pergi pulang Semarang Jakarta, rasanya segan jika menolak ajakan Jamila untuk mengunjungi pria bejat itu karena alasan masih satu kota dan jaraknya dekat dengan kediaman Jaedy, sementara Yara masih sedikit trauma."Kenapa, Kek?" tanya Jazli ikut duduk di lantai menghadap punggu

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 111. MENANTU JAEDY

    Jazli berdecak sebal karena usaha melabuhkan stempel di pipi Faiqa digagalkan seorang bocah yang mengetuk kaca mobilnya dari luar.Faiqa tertawa kecil melihat wajah suaminya menahan kesal. Dia lantas menurunkan kaca mobil dan menyapa pelaku penggerebekan kemesraan mereka."Kamu pulang, Dek?" tanya Faiqa pada seorang remaja pria yang sumringah.Kopiah yang tak terpasang dengan benar di kepala, rambut jabrik basah menyembul di sana sini, tak lupa senyuman manis di wajah bulat, membuat paras remaja pria itu terlihat lucu. Tampan tapi berpenampilan slebor. Faiqa mengelus pipinya yang chubby, lalu membenarkan rambut dan letak kopiahnya saat dia meminta salim."Iya, dijemput jiddah-nenek. Mbak lagi apa?" tanyanya malu-malu seraya mengintip ke sosok di sebelah sang kakak.Jazli menekan tombol di pintu lalu keluar dari balik kemudi. Dia berdiri dan menyandarkan satu lengan di atas kap mobilnya. "Faisal, ya?" Lelaki muda yang masih memakai sarung itu berdiri tegak, melempar pandang ke arah p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 110. PENGUKUHAN

    Andini menggerutu kala masuk ke mobil dan meninggalkan cafe tadi. Dia kira ketika meminta bertemu dengannya tadi, mereka bakal membahas pekerjaan, tapi malah unfaedah."Gue dah diwanti Dadar buat jauhin lu. Bisa digorok kalau bantuin lagi, Af. Lagian salah lu ngapa buang waktu gitu aja padahal effort Dadar buat pertahanin lu dulu nggak main-main." "Dadar rela nyusulin kemanapun lu transit meski harus pergi pulang di hari yang sama. Lu nggak komit dan malah puter fakta kalau ini salah Dadar. Kurang apa abang gue itu ... sekarang dia bucinin neng geulis, aaah so sweet, mukanya girang mulu saban hari. Gue nggak mau mereka pisah," omel Andini, menghela napas berat sembari mencengkeram erat stir mobil.Tiiin. Suara klakson dari belakang. Andini terkejut, buru-buru melaju pelan. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor CBR 250R berhenti di sebelah Honda Civic yang Andini kendarai, dia mengetuk kaca mobilnya dua kali. Tuk. Tuk."Menepi di depan, ban kiri Nona kempes parah," katanya lantang

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   109. PREPARE FOR PUBLIC

    Faiqa berbaring miring ketika sisi tempat tidurnya melesak. Jangan tanya bagaimana rasa hati, dadanya bergemuruh, keringat dingin muncul membasahi anak rambut yang tertutupi bergo instan. 'Jangan deket-deket,' batinnya berharap malam ini tidurnya tidak diganggu Jazli. "Laila sa'idah, Ya zaujati. Aku sabar, kok, daripada nanggung," lirih Jazli, menggoda istrinya seraya tersenyum saat memandang punggung Faiqa. 'Kan, dia suka bikin aku panas dingin. Duh, Gus, dulu aba bakul gula, ya. Manis bener ... tidur aja, ah. Tutup telinga,' kata Faiqa dalam hati meski bibirnya melengkung sebaris senyum manis. Diwaktu yang sama, Fathan baru saja tiba di Semarang. Gadis ayu itu duduk di kursi roda sebab kaki dan bahu kirinya masih cedera. Tidak ada sisa jejak kesedihan di wajah Dian. Selama perjalanan pulang, Fathan menceritakan tentang pilihan Jazli yang jatuh pada Faiqa dan lelaki itu langsung mengucap ijab sebelum mencari sang kakak. "Bukan takdir, meski hati kecil tak menampik bahwa Gus A

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 108. CEMBURUNYA NYONYA SAHEEL

    Mengawali perjalanan ke Yordania karena ikut pesawat charter sahabat Haikal, dilanjutkan ke Rusia lalu Ukraina, ternyata berdampak pada kebugaran fisik Faiqa yang naik turun. Pun setelah di nyatakan boleh pulang oleh dokter, tubuhnya masih di dera lemas. Apalagi, luka terbuka kemarin mendapat tambahan jahitan membuat lengannya terasa kebas."Kira-kira kalau langsung dari sini pulang ke Indo tanpa transit, aman nggak, Dek?" tanya Jazli ketika mengemas isi koper Faiqa."Menurut Kakak, gimana? aku ikut aja, deh," jawabnya pelan, masih malu-malu meski sudah hampir tiga hari mereka berada dalam satu ruangan yang sama sepanjang hari."Kok, aku? tanganmu 'kan kudu pake arm sling selama perjalanan, Ya eini habibati. Ngilu nggak?" balas Jazli, kembali menghampiri ranjang Faiqa. dan duduk di sisinya "Jadwal penerbangan masih dibatasi kata bang Wafa. Apa kita ke Rusia dulu? tapi tetep kena 17 jam, belum dari sini ke sana. Bisa 24 jam di jalan. Gimana?" 'Duh, kebiasaan dia itu manggil pake isti

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 107. AYAH & IBU BAYI

    Dalam sebuah hadis dan surah At Thaariq dijelaskan bahwa tulang sulbi menjadi salah satu jalan yang dilalui oleh manusia saat akan lahir ke dunia. Saat manusia mati, semua bagian dari tubuhnya akan tercerai berai, kecuali satu organ tubuh, yakni tulang sulbi. Dari tulang tersebut, manusia diciptakan dan kelak akan dibangkitkan kembali.Faysa melihat sisi lembut sang pimpinan, dia ikut naik ke ambulance dan duduk di ujung pintu seraya mendekap tas Yara dan miliknya. "Raaa, lu kenapa, sih?" cicit Faysa sambil melepas heel Yara dan menentengnya.Andaru mendengar kecemasan Fay, dia lantas menyodorkan amplop yang teremat di tangannya pada gadis itu. "Ini, Ara-ku hamil lagi," ujar sang CEO.Faysa terkejut saat menerima kertas dari Andaru. Dia melihat dua garis merah samar di benda itu. "Yoloo, mau punya bayi," gumamnya.Dia seketika ingat perbincangan mereka saat di dalam lift. Ketika Yara mengakui bahwa Andaru adalah suaminya dan ingin lekas mengandung kembali. Faysa jadi trenyuh, pantas

DMCA.com Protection Status