Home / CEO / PESONA ISTRI RAHASIA CEO / BAB 9. TEMAN SEPUH

Share

BAB 9. TEMAN SEPUH

Author: QIEV
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Yakin, Bos!" tegasnya lagi. "Dia sudah masuk dalam pengawasan saya baik di sini dan ketika kembali nanti," imbuh sang informan

Andaru mengangguk-angguk puas meski hatinya tidak yakin sampai kapan rencana ini akan bertahan. "Oke lanjutkan."

Sebagai menantu almarhum, sudah menjadi kewajiban Andaru untuk berbakti dengan membantu urusan keluarga Yara. Terlebih dia mampu melakukan itu. Meskipun niatan sebelum menikah, sang CEO mengatakan sebaliknya.

Pandangannya tertuju ke sekeliling sebelum bangkit. Dia melihat jam tangannya lalu meraih rokok dari atas meja dan keluar meninggalkan resto masih dengan ponsel yang menempel di telinga.

"Jam berapa eksekusi?" tanya Andaru lagi. Jemarinya menekan remote sambil terus melangkah mendekati mobil.

"Setelah makan siang," sahutnya cepat. "Tapi, saya sudah minta dia bekerja mulai malam ini, Bos," sambung sang informan.

Pimpinan Garvi Corp telah duduk di belakang kemudi dan menutup pintu mobilnya, tanda harus mengakhiri sambungan udara dengan si pria di ujung sana.

"Bagus. Tetap waspada," pesan Andaru.

Namun, ketika mulai menyalakan mesin dan kakinya akan menginjak pedal gas, ucapan pria di seberang membuat langkah Andaru terjeda.

"Bakal makin waspada kalau ada bonus lagi, Bos," kekehnya tanpa dosa.

Dia berdecak, menggeleng kepala sambil mengelus dada. "Ck, sekalian kamu carikan Aspri yang nggak mata duitan," kesal Andaru memutus panggilan sepihak.

Mulutnya ikut menggembung, membuang napas panjang bermuatan aura negatif petang itu, Sesaat sebelum Porsche Baxter perlahan meninggalkan resto. Membaur dengan kemacetan Jakarta ditemani semburat sinar jingga senja dari balik awan yang mulai redup di penghujung hari.

Aryan Garvi sedang duduk menonton televisi di ruang keluarga saat Yara datang. Dia sekilas melihat kecanggungan gadis itu, menoleh ke kanan kiri kala baru memasuki apartemen cucunya.

Pendiri Garvi Corp berpura tidak mengetahui kedatangan Yara dan bergeming. Fokus melihat ke arah televisi meski bola matanya sesekali melirik.

"Assalamualaikum." Yara menghampiri Aryan dan berdiri di sisi sofa.

Dewi dan seorang wanita berseragam hitam, sibuk membawa koper marun tua entah milik siapa, menuju lantai dua.

Sepuh Garvi tersenyum melihat Yara. "Wa alaikumussalaam, baru pulang Nduk?" tanya Aryan. "Duduk sini, Yara." Jemari tua itu menepuk sisi sofa kosong di sampingnya.

Putri Jaedy tersenyum seraya mengangguk, dia lantas membungkukkan badan, meraih tangan kakek Aryan untuk salim.

Ingin duduk sejenak menemani sang sepuh, tapi panggilan maid membuat Yara mengurungkan niat sebab wanita itu seakan menunggunya.

"Salam kenal, Nyonya. Saya Dedeh," ucap maid, wanita paruh baya yang menyapanya. Dia sedikit membungkuk di hadapan Yara.

Yara mengangguk dengan tatapan lembut, mulai rindu ibunya lagi. Mungkin, usia wanita ini juga sebaya sang mama, pikir Yara.

"Salam kenal juga, saya Kakak," jawab Yara asal, cengengesan seperti biasa sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf V.

Aryan menoleh, dia tertawa geli mendengar celotehan cucu menantunya. "Dedek dan Dedeh itu beda, Nduk."

Kakek Andaru itu sampai menepuk lengan sofa karena candaan Yara. "Sekretaris kok rodo nganu," kekehnya lagi.

"Yang penting ayu, Kek." Dia jadi ikutan tertawa. "Pinter itu nomer urut sekian," imbuh Yara, nyengir memamerkan giginya yang putih dan rapi.

Baru satu hari mengenal cucu menantunya tapi Aryan sudah dibuat tertawa keki akibat celotehan Yara. Kali ini, dia merasa cocok dengan istri pilihan Andaru. Hatinya berharap, pernikahan mereka akan langgeng.

Kebahagiaan kecil Yara tak berlangsung lama. Jantungnya mulai berdegup kencang manakala mendengar pintu apartemen dibuka seseorang.

"Assalamualaikum." Suara berat terdengar.

"Wa alaikumussalaam," jawab ketiganya. Dedeh ikut menyahuti sebab dia masih di sana.

"Mari, Nyonya. Kita ke atas," ajak Dedeh, menunjuk dengan jempolnya ke arah tangga.

Andaru menyalami sang kakek dan duduk disampingnya. Dia lalu melihat ke arah Yara yang masih berdiri mematung. "Ehhemm!"

Yara tidak peka, justru berbalik badan dan meminta pada Dedeh agar menunjukkan letak dapur lebih dulu. Dia haus, ingin minum air dingin dari kulkas sembari melihat persediaan bahan makanan untuk membuat kudapan bagi anak jalanan esok pagi.

'Aku gak sempat belanja, apalagi ke kostan buat ngambil baju, laptop dan bahan-bahan masakan. Kira-kira besok diizinkan bikin cemilan di sini nggak, ya?' batin Yara, saat mengekori Dedeh.

"Yara!" panggil Andaru, menggeleng pelan saat istrinya menjauh.

"Biarkan dulu. Dia capek, Daru," bela Aryan yang paham maksud sang cucu.

Yara berhenti lalu berbalik badan. "Ya?"

Andaru menolak pembelaan Aryan untuk istrinya. "Enak aja. Nggak boleh lupa meskipun sepele."

"Jangan galak-galak nanti Yara kabur, kamu yang kelimpungan," timpal Aryan lagi, menepuk lengan cucunya dengan remote TV.

Bola mata Andaru memutar malas. Masih duduk di sofa, dia memiringkan badan lalu mengangkat tangan kanannya ke arah Yara dengan wajah datar.

Yara mengerjap, mencerna sikap Andaru. Dua detik kemudian, bibirnya membentuk huruf O dan berjalan kembali ke arah sofa. "Bilang aja, salim, gitu!"

Mulai kesal karena ucapannya kerap dibantah, Andaru berdecak. Dia ingin Yara bersikap manis padanya di depan Aryan.

Sang CEO lalu bangun dan menarik lengan istrinya menaiki tangga menuju lantai dua. "Ikut!"

"Eehh! ... aku haus!" teriak Yara.

"Mbak, tolong antarkan air minum ke kamar," titahnya dengan suara keras agar maid mendengar.

Langkah panjang Andaru membuat Yara terseret hingga salah satu sepatunya lepas, bahkan tas tangan pun jatuh di atas anak tangga.

"Daru! ya ampun, kasihan anak orang," seru Aryan lantang bergegas jalan ke arah tangga. "Daru!"

Pintu master bedroom terbuka, Andaru menghempaskan tubuh ramping Yara ke tempat tidur.

"Aahh!" pekik Yara saat badannya terduduk di sisi ranjang lalu jatuh terlentang di atas kasur.

Andaru mendekat, dia meraih kedua pergelangan tangan Yara dan menahannya di atas kepala dengan tangan kiri . Kaki kanan pun ikut bertumpu di sisi ranjang, hampir menindih tubuh Yara.

"Kalau di rumah, perlakukan aku layaknya istri melayani seorang suami," bisiknya, menepuk pipi Yara dengan tangan kanan.

Kedua netra saling bersitatap tegang. Bukankah tidak ada perjanjian di antara mereka. Ingin membantah tetapi Yara memilih diam. Bukan karena takut, hanya saja dia sadar diri belum menggosok gigi setelah lunch tadi. Juga tak ingin Andaru mengejek jika napasnya bau.

"Mengerti?" Tubuh atletis itu menjauh. Dia menyeringai sambil melepas bajunya di hadapan Yara yang masih melentang.

Gadis itu membuang wajah ke samping saat Andaru melucuti satu per satu pakaiannya sepanjang langkah menuju kamar mandi.

Yara mendesis, bangun perlahan dan melihat baju yang berserakan di lantai. "Sabar," gumamnya, mulai memunguti semua pakaian Andaru yang berceceran, lalu menumpuknya di sudut ruangan.

Maghrib hingga isya, dilewati biasa saja. Mereka beribadah masing-masing. Yara masih memakai setelan kerjanya sebab dia tidak membawa baju ganti. Gadis itu duduk di sofa sambil berdzikir.

"Bajumu di sebelah kanan." Andaru berlalu pergi keluar kamar.

Yara bergegas membersihkan diri mumpung kondisi sepi. Melihat kamar mandi yang begitu luas, dia begidik ngeri dan buru-buru keluar dari sana.

Karena kelelahan dan bingung tidak tahu ingjn mengerjakan apa, akhirnya Yara melewatkan makan malam dan tertidur di sofa.

Maid mengantar menu sehat ke kamar saat Yara sudah memejam, sehingga makanan itu masih utuh di serving table.

Andaru masuk ke kamar menjelang tengah malam. Dia mendekati sofa dan melihat isi pinggan masih utuh. Tatapannya lalu beralih, tertuju pada gadis ayu yang sudah terlelap.

"Cantik. Benarkah masa lalumu begitu kelam, Yara?"

Semalam, tidurnya sangat pulas sampai membuat Yara bangun kesiangan. Dia tidak menjumpai siapapun di dalam kamar. Hingga menjelang sarapan, suasana apartemen begitu sepi.

"Masih pada olah raga, Nyonya. Silakan duluan," kata Dedeh, hendak menarik kursi ketika melihat majikannya turun.

Yara menggeleng, menahan lengan Dedeh. Dia melihat jam tangannya lalu bergegas keluar apartemen.

"Nyonya!" panggil Dedeh lagi.

Yara menoleh, lalu binar matanya berkaca-kaca. Dedeh membawa sesuatu untuknya.

"Nggak tahu rasanya enak atau tidak." Dedeh menyerahkan box snack berisi risoles pada Yara.

"Makasih banyak. A-aku berangkat ya, Mbak." Yara terbata, lalu meraih tangan Dedeh dan menciumnya sebelum membuka pintu. Membuat maid tadi terkejut.

Langkah Yara mantap, dia menyeka butir haru di ujung netra.

Saat berdiri di depan lift, tiba-tiba Andaru memanggilnya. Lelaki itu mengatakan bahwa dia harus bersiap jika siang nanti bertemu seseorang.

"Siapa?" tanya Yara.

Andaru hanya mengendikkan bahu dan berlalu pergi.

.

.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
QIEV
Makasih ayanggku
goodnovel comment avatar
Hariantini Banati
wooow mantap
goodnovel comment avatar
Nur Azizah Cirebon
slalu kereen pokoe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 10. MISI PENGALIHAN

    "Dih, aneh," gerutu Yara melihat sikap Andaru tadi. Pintu lift terbuka, dia masuk dan disambut senyum beberapa penghuni di dalamnya. Seperti biasa, Dewi telah menunggunya di lobby apartemen. Gadis itu berjalan di depan sang nyonya muda menuju mobil. Kali ini, pakaian Dewi lebih kasual, sehingga mereka terlihat bagai rekan kerja.Yara memilih duduk di depan agar tidak terkesan bossy dan berharap dapat menjalin pertemanan. Yara hanya memiliki satu sahabat sejak kuliah. Fay, berada di divisi yang berbeda dengannya. Dari gadis itulah, dia mendapat informasi lowongan pekerjaan di Garvi Corp.Meski satu gedung, mereka jarang bersua karena kesibukan masing-masing. Sebelum tidur biasanya para gadis saling berkirim chat. Namun, beberapa hari ini dunia Yara teralihkan akibat seseorang, juga Andaru."Silakan, Nona." Dewi menurunkan kaca mobil bagian kiri."Eh!" Lamunan Yara buyar. Pandangan nyonya muda Garvi menyapu sekitar. Rupanya dia tak menyadari kapan mobil mereka berangkat dan kini tela

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 11. MASUK JEBAKAN

    "Jiera?" ulangnya lagi, merangsek mendekati seseorang di hadapannya..Sang gadis berusaha bertindak senatural mungkin. Tangan kanannya terangkat mengacungkan keranjang sampah ke arah pria itu, lalu perlahan melangkah mundur.Kepalanya menggeleng samar, sorot mata wanita berhijab navy itu memicing tajam ke arah pria yang berdiri tak jauh darinya."Pergi! atau aku teriak," ancamnya seraya mengatupkan gigi, agar suaranya kian tegas."Pulang dulu yuk. Sebentar," bujuk sang pria, lembut seperti biasa.Suara yang disinyalir membawa angin buaian tak bakal mempan padanya. Perawakan sempurna lelaki dewasa nan maskulin di hadapan tentu sangat manjur membius gadis manapun untuk tunduk dengan mudah, terkecuali Yara. Pikirnya.Gadis cantik itu sebisa mungkin meminimalisir suara yang keluar dari mulutnya. Dia terus berusaha melangkah mundur hingga teras meski tertatih akibat batu kerikil yang tersebar di halaman kost, sesekali menusuk alas kakinya."Jiera!" sebutnya lagi.Tatapan tajam keduanya buya

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 12. SHOCK

    "Sesuai keinginan kita, Bos." Bimo menceritakan perkembangan rencana mereka. "Meski lebih cepat dari prediksi," imbuhnya. "Ehm, dia bakal baik saja, kan?" tanya sang CEO, tersirat kekhawatiran dalam nada bicaranya."Semoga baik saja, Bos. Anak itu punya sedikit basic bela diri," imbuh Bimo.Andaru lega. "Oke. Jangan sampai membahayakan keluarga Yara," titahnya, lalu mematikan panggilan.Andaru masih berdiri di balkon kamar. Dia tengah berpikir, kisruh keluarga Yara hampir mencapai puncak sebentar lagi. Dia akan mengawal ini sampai tuntas sehingga misinya juga tercapai."Bisa-bisanya aku berpikir dia bakal menyerahkan diri dengan mudah." Andaru menyunggingkan senyum. "Apa ketampananku ini kurang memikatmu? Yara Falmira," gumamnya penuh percaya diri.Dia mengibaskan tangan seakan menepis pikiran konyolnya, sembari berbalik badan dan masuk ke kamar.Yara merasa percakapan Andaru dengan seseorang berkaitan dengannya. Dia sesekali melirik ke arah pria yang masih berada di balkon itu.Ponse

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 13. MASA LALU BERDATANGAN

    Brak. Pintu kamar itu menutup. Mendengar suara keponakan laki-lakinya, dia tergopoh keluar kamar."Mbak! Mbak!" sebut sang pria, pura-pura peduli pada Jamila."Mama!" seru Jazli, tak menghiraukan kicauan pamannya. Dia mengangkat tubuh Jamila meski tertatih. "Bentar Ali panggil dokter, ya," imbuh sang putra.Jamila mengangguk pelan, dia memegangi lengan Jazli erat. "Aku saja yang panggil dokter, Li." Pria itu lantas pergi, meminta salah satu pekerja memanggil dokter pribadi Jamila.Jazli membaringkan tubuh ibunya ke ranjang. Menyeka keringat dari dahi Jamila, memasang selang oksigen, lalu menyalakan pendingin ruangan. Setelah nafas sang mama kembali teratur, Jazli duduk di sisi ranjang. Dia memijat lembut tangan dan kaki Jamila, masih belum berani bertanya tentang kejadian barusan.Tak lama, dokter pun tiba. Kedua pria itu menepi sesaat, agar wanita berjas putih leluasa memeriksa pasien."Mama gimana, Dok?" tanya Jazli, saat melihat dokter muda itu selesai."Shock ringan, lusa wajib

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 14. KETAHUAN

    Yara tiba tepat saat Andaru menuju lift. Dia menunggu gadis itu turun dari mobil lalu menyeret lengannya."Lepas!" Yara memukul punggung Andaru dengan tas tangan."Siput, lamban!" gerutunya, terus berjalan tak melepas cekalan.Keduanya lalu saling diam ketika telah di dalam kotak besi yang perlahan naik. Andaru hanya melirik wanita yang berdiri disampingnya, mencuri pandang penampilan Yara malam ini. Mereka pergi terpisah sehingga tidak memperhatikan satu sama lain.Ingin bertanya perihal Dean tapi mulut sang CEO terkunci rapat. Begitupun Yara, hendak menegaskan siapa sosok cantik nan menggoda di pesta tadi, akan tetapi dia terlalu malas menerima cibiran Andaru setelahnya.Saling bungkam dan gengsi, menyertai perjalanan pasangan Garvi menuju lantai 15. Yara berjalan lebih dulu saat pintu lift terbuka. Dia bergegas menuju unit mereka guna mengambil alih kamar mandi sebelum Andaru masuk. Tubuhnya lelah, dan besok dia harus bangun lebih pagi.Tiada percakapan lagi setelah keduanya berada

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 15. ANCAMAN

    "Lepaskan!" seru Jazli, berdiri di depan pintu seraya menunjuk ke arah pamannya. Sejak sang paman pergi pagi tadi, dia memeriksa kamarnya tapi tak menemukan gadis yang Jamila ceritakan. Ternyata, pria ini memiliki satu ruang rahasia dalam biliknya. Pantas saja saat itu, Jiera sulit ditemukan dan Jaedy murka kala menemukan foto vulgar putrinya.Pelakunya terlalu pintar dan sangat mengerti seluk beluk isi rumah serta watak sang ayah, hingga semudah itu diperdaya dan Jiera menjadi korban.Jazli juga meminta orang untuk membuntuti beliau tapi sepanjang hari ini, tidak ditemukan lokasi penyekapan si gadis."Kamu mau ikutan, Li?" ucapnya sambil melirik si gadis. "Aku dulu tapi, ya. Itung-itung kamu latihan sebelum sah." Jazli menatap geram, tangannya mengepal disamping tubuh hingga otot leher pria kalem ini menegang. Rasa jijik menjalar membayangkan kelakuan bejat pamannya. Namun, dia harus menyelamatkan gadis ini lebih dulu."Mbak. Mbaaakkk!" panggil Jazli pada asisten rumah tangga mereka

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 16. KEKACAUAN

    "Yara!" seru Andaru ikut lari mengejar istrinya keluar unit.Di dalam lift, Andaru memegang dahi yang terasa pusing akibat benturan. Dia tak menduga, sosok ramping itu memiliki keberanian dan tenaga cukup kuat untuk ukuran badannya.Yara berpapasan dengan kakek Aryan saat baru keluar dari lift. Dia tetap berlari dan mengabaikan sepuh Andaru itu ketika melewatinya."Nduk!" panggil Aryan, memutar badan seiring cucu menantunya menjauh.Tak enak hati, Yara berhenti, menoleh sekilas lalu berbalik badan menghampiri beliau. Dia meraih tangan Aryan dan salim dengan tergesa kemudian kembali lari keluar lobby."Raaa!" panggil Andaru baru keluar dari lift, hampir menabrak kakeknya.Aryan menahan lengan sang cucu. "Kejar pake mobil kakek!" ucapnya seraya menyerahkan kunci pada Andaru.Sang CEO mengejar Yara yang sudah naik taksi, dia menduga wanitanya akan menuju Bandara. Dalam perjalanan tersebut, Andaru melakukan panggilan pada Bimo agar menyiapkan dokumen yang sudah dia siapkan sejak kemarin.

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 17. INILAH AKU

    Letusan senpi membuat ketakutan Yara kian menjadi. Dia tak fokus dan tersandung batu hingga terjatuh. "Jangan! jangan!" tangannya mengibas ke depan. Isakan Yara terdengar.Dia merangsek mundur di tengah ilalang saat Anton terus mendekatinya. Lelaki itu terkekeh mengacungkan senjata ke arah Yara. "Jangan ... sentuh ....!" geram Andaru. Dia melepas sepatu dan melempar ke arah pria yang berdiri beberapa puluh meter darinya. "Istriku!"Duk. Tepat mengenai kepala Anton. Dia mengaduh dan menoleh. Bersamaan dengan itu, sebuah bogem mendarat di rahang kanannya.Buk. Pukulan Andaru tepat sasaran. Anton tersingkir jatuh ke samping. Dia lantas membantu Yara berdiri. "Awasss!" teriak Yara. Buk. Kali ini, Andaru yang tersungkur menimpa Yara sebab pukulan Anton mengenai tengkuknya. "Awhh!" cicit Yara, punggungnya membentur tanah keras.CEO Garvi Corp bergegas bangun, bersiap balik badan menangkis serangan susulan tapi tiba-tiba suara dua pria mengalihkan perhatian Anton yang akan memukul Andaru

Latest chapter

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 115. JUAN ALMEER

    "Dikit lagi, Sayang. Raaa," bisik Andaru di telinga Yara. "Ara-ku adalah ibu hebat, semangat sambut adek," imbuhnya dengan nada bergetar, antara tega dan tidak.Sesuai arahan dokter, Yara menarik napas pendek sebelum memulai lagi. Dia tetap tenang tanpa teriakan atau jeritan. Hanya hembusan lirih dari mulutnya meski sakit hebat terasa berdenyut di bawah sana. Tatapan mata Yara kini tak lepas dari manik mata elang yang jua tengah memandangnya. Anggukan, belaian dari Andaru juga bisikan salawat di telinga membuat Yara memiliki kekuatan lebih.Air mata sang CEO ikut menetes manakala Yara terisak. "Mas ridho, 'kan?" lirih Yara."Banget, Ra, banget," balasnya sangat pelan dan terisak tak melepas pandangan mereka."Yuk, lagi Bu. Tarik napas pelan, sambil bilang aaahh ya, lembut aja ... lembut." Perintah dokter pada Yara kembali terdengar.Pimpinan Garvi lantas ikut membimbing Yara dan tak lama. "Oeeekkk!" "Mamaaaaaa," lirih Yara lemas dan langsung didekap Andaru. "Alhamdulillah. Ibunya p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 114. SURPRISE

    Aryan yang sedang berada di teras dengan Yono, memperhatikan mobil Andaru berhenti sejenak untuk menurunkan Dewi lalu melaju kembali."Lah, kenapa jalan lagi?" tanya Aryan pada aspri Yara yang tergesa memasuki rumah Dewi berhenti, membungkuk ke arah Aryan sekilas. "Nona kontraksi, Tuan besar. Bos Daru langsung ke rumah sakit lagi," beber Dewi. Setelah itu dia berlari ke dalam menuju kamar Andaru. Seketika Aryan ikut panik, dia meminta Yono menyiapkan mobil karena akan menyusul pasangan Garvi, konvoi dengan Dewi.Selama di perjalanan, panggilan seluler tak Andaru hiraukan karena terfokus pada Yara yang beberapa kali mendesis kesakitan. "Mo, tolong call kakak, Didin dan mama." Andaru memberi perintah saat mobil mulai masuk ke teras IGD. "Baik, Bos." Bimo mengangguk dan ikut turun ketika Andaru mulai menarik tuas pintu.Sang CEO pun gegas, berlari ke sisi kiri mobil dan membuka pintunya. Dia menggamit pinggang Yara dan menarik perlahan sembari tetap meminta Yara agar mengatur napas.

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 113. BYE AFREEN

    Andini mengirimkan pesan pada Andaru berisi berita tentang Afreen yang tengah sakit dan dalam kondisi koma saat ini. Dia ingin menjenguknya esok hari bila diizinkan. Pesan telah terkirim, sang designer pun mematikan ponsel lalu bersiap tidur.Andini baru sekilas membaca balasan DM dari pria yang dia kenali. Tadi, pikirannya langsung terpusat pada sang sahabat sekaligus mantan istri Andaru itu, sehingga dia belum mencerna dengan benar informasi dari Chris.Bada subuh, Andaru meminta Yara mengambilkan ponsel, setelah berhasil mengaji dua halaman di mushaf kesayangan. "Bacain aja Ra, kalau ada pesan. Sandinya tanggal lahir kamu," kata Andaru masih duduk di sofa."Lah, nanti ketauan sama aku dong," balas Yara yang berdiri disamping nakas lalu berjalan menghampiri suaminya. "Ketauan apaan? ... ponsel dan hatiku bersih dari para hama," sahut Andaru sambil merentang lengan menyambut istrinya."Ya kali pake aplikasi discord juga," kekeh Yara, keki dengan berita viral di aplikasi goyang.And

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 112. HAPPINESS

    Dua hari berlalu, Andaru bersiap pulang dengan Yara ke Jakarta. Dia sedang duduk di lantai, memakaikan kaus kaki Istrinya ketika Brotoyudho menegur sang cucu menantu, dan ikut bergabung dengan mereka."Mas, kakek barusan dapat telpon dari pengacara kalau Andra sedang diajukan pindah rutan," ujarnya setelah mendaratkan bokongnya disamping Yara.Andaru mendongak sekilas lalu kembali fokus merapikan jempol kaki Yara agar masuk ke lubangnya. "Terus?" Brotoyudho menatap lembut sang cucu mantu. "Makasih ya, Mas." Andaru bergeming, dia enggan menanggapi. Semua itu dilakukan untuk mejauhkan Anton dari Yara sekaligus agar Brotoyudho leluasa menjenguk setiap hari bila sang paman dipindahkan ke Jogja.Mereka akan intens pergi pulang Semarang Jakarta, rasanya segan jika menolak ajakan Jamila untuk mengunjungi pria bejat itu karena alasan masih satu kota dan jaraknya dekat dengan kediaman Jaedy, sementara Yara masih sedikit trauma."Kenapa, Kek?" tanya Jazli ikut duduk di lantai menghadap punggu

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 111. MENANTU JAEDY

    Jazli berdecak sebal karena usaha melabuhkan stempel di pipi Faiqa digagalkan seorang bocah yang mengetuk kaca mobilnya dari luar.Faiqa tertawa kecil melihat wajah suaminya menahan kesal. Dia lantas menurunkan kaca mobil dan menyapa pelaku penggerebekan kemesraan mereka."Kamu pulang, Dek?" tanya Faiqa pada seorang remaja pria yang sumringah.Kopiah yang tak terpasang dengan benar di kepala, rambut jabrik basah menyembul di sana sini, tak lupa senyuman manis di wajah bulat, membuat paras remaja pria itu terlihat lucu. Tampan tapi berpenampilan slebor. Faiqa mengelus pipinya yang chubby, lalu membenarkan rambut dan letak kopiahnya saat dia meminta salim."Iya, dijemput jiddah-nenek. Mbak lagi apa?" tanyanya malu-malu seraya mengintip ke sosok di sebelah sang kakak.Jazli menekan tombol di pintu lalu keluar dari balik kemudi. Dia berdiri dan menyandarkan satu lengan di atas kap mobilnya. "Faisal, ya?" Lelaki muda yang masih memakai sarung itu berdiri tegak, melempar pandang ke arah p

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 110. PENGUKUHAN

    Andini menggerutu kala masuk ke mobil dan meninggalkan cafe tadi. Dia kira ketika meminta bertemu dengannya tadi, mereka bakal membahas pekerjaan, tapi malah unfaedah."Gue dah diwanti Dadar buat jauhin lu. Bisa digorok kalau bantuin lagi, Af. Lagian salah lu ngapa buang waktu gitu aja padahal effort Dadar buat pertahanin lu dulu nggak main-main." "Dadar rela nyusulin kemanapun lu transit meski harus pergi pulang di hari yang sama. Lu nggak komit dan malah puter fakta kalau ini salah Dadar. Kurang apa abang gue itu ... sekarang dia bucinin neng geulis, aaah so sweet, mukanya girang mulu saban hari. Gue nggak mau mereka pisah," omel Andini, menghela napas berat sembari mencengkeram erat stir mobil.Tiiin. Suara klakson dari belakang. Andini terkejut, buru-buru melaju pelan. Tiba-tiba seorang pria mengendarai motor CBR 250R berhenti di sebelah Honda Civic yang Andini kendarai, dia mengetuk kaca mobilnya dua kali. Tuk. Tuk."Menepi di depan, ban kiri Nona kempes parah," katanya lantang

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   109. PREPARE FOR PUBLIC

    Faiqa berbaring miring ketika sisi tempat tidurnya melesak. Jangan tanya bagaimana rasa hati, dadanya bergemuruh, keringat dingin muncul membasahi anak rambut yang tertutupi bergo instan. 'Jangan deket-deket,' batinnya berharap malam ini tidurnya tidak diganggu Jazli. "Laila sa'idah, Ya zaujati. Aku sabar, kok, daripada nanggung," lirih Jazli, menggoda istrinya seraya tersenyum saat memandang punggung Faiqa. 'Kan, dia suka bikin aku panas dingin. Duh, Gus, dulu aba bakul gula, ya. Manis bener ... tidur aja, ah. Tutup telinga,' kata Faiqa dalam hati meski bibirnya melengkung sebaris senyum manis. Diwaktu yang sama, Fathan baru saja tiba di Semarang. Gadis ayu itu duduk di kursi roda sebab kaki dan bahu kirinya masih cedera. Tidak ada sisa jejak kesedihan di wajah Dian. Selama perjalanan pulang, Fathan menceritakan tentang pilihan Jazli yang jatuh pada Faiqa dan lelaki itu langsung mengucap ijab sebelum mencari sang kakak. "Bukan takdir, meski hati kecil tak menampik bahwa Gus A

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 108. CEMBURUNYA NYONYA SAHEEL

    Mengawali perjalanan ke Yordania karena ikut pesawat charter sahabat Haikal, dilanjutkan ke Rusia lalu Ukraina, ternyata berdampak pada kebugaran fisik Faiqa yang naik turun. Pun setelah di nyatakan boleh pulang oleh dokter, tubuhnya masih di dera lemas. Apalagi, luka terbuka kemarin mendapat tambahan jahitan membuat lengannya terasa kebas."Kira-kira kalau langsung dari sini pulang ke Indo tanpa transit, aman nggak, Dek?" tanya Jazli ketika mengemas isi koper Faiqa."Menurut Kakak, gimana? aku ikut aja, deh," jawabnya pelan, masih malu-malu meski sudah hampir tiga hari mereka berada dalam satu ruangan yang sama sepanjang hari."Kok, aku? tanganmu 'kan kudu pake arm sling selama perjalanan, Ya eini habibati. Ngilu nggak?" balas Jazli, kembali menghampiri ranjang Faiqa. dan duduk di sisinya "Jadwal penerbangan masih dibatasi kata bang Wafa. Apa kita ke Rusia dulu? tapi tetep kena 17 jam, belum dari sini ke sana. Bisa 24 jam di jalan. Gimana?" 'Duh, kebiasaan dia itu manggil pake isti

  • PESONA ISTRI RAHASIA CEO   BAB 107. AYAH & IBU BAYI

    Dalam sebuah hadis dan surah At Thaariq dijelaskan bahwa tulang sulbi menjadi salah satu jalan yang dilalui oleh manusia saat akan lahir ke dunia. Saat manusia mati, semua bagian dari tubuhnya akan tercerai berai, kecuali satu organ tubuh, yakni tulang sulbi. Dari tulang tersebut, manusia diciptakan dan kelak akan dibangkitkan kembali.Faysa melihat sisi lembut sang pimpinan, dia ikut naik ke ambulance dan duduk di ujung pintu seraya mendekap tas Yara dan miliknya. "Raaa, lu kenapa, sih?" cicit Faysa sambil melepas heel Yara dan menentengnya.Andaru mendengar kecemasan Fay, dia lantas menyodorkan amplop yang teremat di tangannya pada gadis itu. "Ini, Ara-ku hamil lagi," ujar sang CEO.Faysa terkejut saat menerima kertas dari Andaru. Dia melihat dua garis merah samar di benda itu. "Yoloo, mau punya bayi," gumamnya.Dia seketika ingat perbincangan mereka saat di dalam lift. Ketika Yara mengakui bahwa Andaru adalah suaminya dan ingin lekas mengandung kembali. Faysa jadi trenyuh, pantas

DMCA.com Protection Status