Rania tidak mau ambil pusing. Ia pun berkata, “Ya sudah, Bi. Rania makan dulu ya? Nanti malah lupa lagi kalau ngobrol terus.” “Hehehe. Maafkan kami ya, Bu Rania. Selamat makan. Kami mau balik ke belakang.” Bi Yati segera undur diri. Ia mengajak Bi Murni agar tidak mengganggu Rania lagi. Rania pun hanya tersenyum. Ia makan dengan pelan-pelan. Dan setelah itu menyeruput segelas susu khusus ibu hamil yang selalu disiapkan oleh Bi Murni. “Bi, Rania berangkat dulu ya?” pamit Rania kepada Bi Yati dan Bi Murni setelah menyelesaikan sarapan paginya. “Hati-hati Bu Rania.” Bi Yati melihat kepergian Rania dari pintu utama. Pagi ini Rania diantarkan oleh Rio kembali. “Rio, nanti sore kamu nggak usah jemput, ya? Aku ada urusan dengan Dokter Dave.” Rio menganggukkan kepalanya. “Bu Rania makin dekat saja sama pak dokter. Apa nanti Pak Rafka tidak cemburu ya?” celetuk Rio memberanikan diri. “Semua ini ‘kan memang atas ide Mas Rafka, Rio. Aku juga tak habis pikir. Harusnya Mas Rafka itu menyedia
Baca selengkapnya