Home / Pernikahan / Satu Malam Bersama Adik Ipar / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Satu Malam Bersama Adik Ipar: Chapter 171 - Chapter 180

225 Chapters

SMBAI ~ BAB 171

Rania yang mencari Rafka sejak tadi merasa terkejut saat mendengar suara suaminya berteriak kencang. Wanita itu segera berlari untuk menemui Rafka. “Mas Rafka ada apa? Kenapa berteriak-teriak seperti itu?” tanya Rania khawatir. “Aku melihat Papa, Ran. Dia juga sedang di restoran yang sama dengan kita,” jawab Rafka menjelaskan. “Papa?” Rania tidak mengerti. “Iya, Ran. Papa Ferdi. Mungkinkah selama ini dia ada di kota yang sama dengan kita?” “Mas Rafka yakin?” “Aku sangat yakin, Rania.” Rafka pun terdiam untuk sesaat. Padahal tadi ia sempat memanggil nama papanya. Tetapi mengapa lelaki paruh baya itu tidak menghentikan mobilnya? Rafka yakin jika sang papa mendengar teriakkannya. “Ya sudah, tidak apa-apa. Lebih kita pulang, mandi, terus ke rumah Mama,” ajak Rafka kemudian. Rania mengusap lembut lengan suaminya beberapa kali. “Sabar ya, Mas.” “Terima kasih, Sayang.” Setelah tiba di rumah Rania dan Rafk segera mandi. Mereka mandi bersama agar tidak menghabiskan waktu. Juga agar l
Read more

SMBAI ~ BAB 172

Hari yang dinanti-nanti telah tiba. Rafka mengantarkan Rania pergi ke rumah Delvin untuk mengunjungi tantenya sekaligus membicarakan tentang pernikahan Aluna. Adik Rania itu pun juga ikut. Bahkan mereka juga mengajak Bayu. Karena masalah waktu dan acara pernikahan termasuk mendadak, akhirnya mereka sepakat untuk menyewa jasa wedding organizer yang sudah terpercaya. Tentunya Resti sudah memiliki kenalan yang bisa merekomendasikan vendor yang tepat. “Lega rasanya,” ungkap Aluna sambil memamerkan senyumnya kepada Bayu meski lelaki itu justru terlihat tegang. “Rania, Aluna, sebaiknya kalian menginap di sini ya malam ini? Tante masih kangen sama kalian. Pengen ngobrol-ngobrol tentang banyak hal.” Rania tidak langsung menjawab. Ia melirik ke arah Rafka. “Kalau Aluna sih mau-mau aja, Tante. Nggak tau kalau Mbak Rania. Kan ada suaminya. Hehehe.” Aluna justru menyindir kakak iparnya. Rafka yang menyadarinya langsung angkat bicara. “Tentu saja boleh, dong. Siapa yang melarang?” sahut Rafk
Read more

SMBAI ~ BAB 173

Tanpa terasa kehamilan Rania sudah menginjak usia empat bulan lebih. Setelah disibukkan dengan acara pernikahan Aluna satu bulan yang lalu, kini ia merasa lega karena tinggal berdua bersama Rafka kembali. Setidaknya tidak ada lagi yang dikhawatirkan olehnya. Tiga hari sesudah sah menjadi istri Bayu, Aluna tinggal bersama Bayu di sebuah rumah kontrakkan yang cukup besar. Awalnya Aluna memang tidak terima sebab rumahnya tidak sebesar milik Rafka. Tetapi lama-lama ia kasihan juga terhadap perjuangan suaminya dan luluh dengan perlakuan Bayu terhadapnya. Pagi itu Rania dan Rafka berduaan di dalam kamar setelah selesai mandi. “Sayang, bagaimana kalau hari ini kita periksa ke dokter?” tanya Rafka seraya mendekati sang istri yang sedang menyisir rambut panjangnya. “Memangnya Mas tidak berangkat ke kantor, ya?” jawab Rania balik bertanya. Sebenarnya Rania sangat senang. Namun ia takut menganggu waktu kerja suaminya dan tidak mau pekerjaan Rafka jadi terbengkalai. “Mas memiliki teman seor
Read more

SMBAI ~ BAB 174

Rania melakukan pemeriksaan USG. Meski rasanya sungkan dengan Dave, tetapi ada Rafka yang setia menemani di sampingnya. “Bagaimana Dave?” tanya Rafka penasaran. “Selamat, Rafka. Rania mengandung bayi kembar. Kemungkinan besar jenis kelaminnya perempuan. Dan kondisinya baik.” Rafka tersenyum bahagia mendengar hal itu. Meski sesungguhnya menginginkan anak laki-laki. “Jangan lupa untuk tetap meminum secara rutin vitaminnya.” Dave menjelaskan kepada Rania. “Terima kasih, Dokter Dave.” Rania ikut tersenyum bahagia. Seraya menyandarkan kepalanya pada tubuh Rafka. Lelaki tampan itu mengusap lembut kepalanya sambil menanti resep dari dokter. “Setelah ini mau ke mana?” tanya Dave seraya memberikan resep obat dan vitamin kepada Rafka. “Sebenarnya ingin menemani istriku berbelanja di mall,” jawab Rafka jujur. “Tidak apa-apa. Mungkin lain kali kita bertemu lagi. Ibu-ibu hamil yang mengantri di luar juga masih banyak,” ungkap sang dokter. “Siap, Dokter Dave. Kami pamit dulu.” Rafka dan
Read more

SMBAI ~ BAB 175

Rania yang menyaksikan pertengkaran Rafka dengan Ferdi sungguh merasa bersalah. “Sudah, Mas. Cukup. Lebih baik Rania pergi saja.” Rania segera berlalu pergi. Tanpa terasa air matanya mengalir deras seiring langkahnya yang semakin cepat. Wanita itu merasakan sakit pada kepalanya. Seakan dunia berputar-putar memenuhi pandangannya. Hingga detik berikutnya wanita itu sudah tak sadarkan diri. Rafka segera berjalan cepat membopong tubuh Rania untuk dibawa ke rumah sakit. Tadi Dave mengatakan jika kondisi Rania baik-baik saja. Tetapi kenapa harus pingsan? Membuat Rafka mendadak gelisah dibuatnya. Tanpa diduga Ferdi juga ikut pergi ke rumah sakit. Ia mengikuti mobil Rafka dari belakang. Sepertinya lelaki paruh baya itu tidak merasa bersalah sama sekali. “Bagaimana keadaan Rania, Raf?” tanya Ferdi ingin tahu. “Dia masih diperiksa di dalam oleh dokter.” “Aku minta maaf. Apakah istrimu sedang hamil?” Ferdi bertanya lagi. “Iya, Pa. Rania sedang hamil anakku. Asal Papa tahu saja. Mas Amar y
Read more

SMBAI ~ BAB 176

“Biar mas saja yang bukakan pintunya.” Tanpa menjawab pertanyaan dari Rania, Rafka segera pergi ke depan untuk membukakan pintu. “Kenapa tidak ada laporan dari Rio?” Rafka melupakan sesuatu. Rania pun segera menyusul kepergian Rafka. Padahal lelaki itu sudah melarangnya agar tidak banyak bergerak dulu setelah pingsan tadi siang. “Nadia, Fariz?” Rania tidak menyangka jika mereka berdua yang datang. Ia pikir mama mertuanya. “Bu Rania, sudah sehat?” sapa Nadia ramah. Rania tersenyum dan mengangguk. “Kami ke sini untuk mengantarkan pesanan Pak Rafka,” jelas Nadia.Rania langsung melihat ke arah Rafka. Lelaki tampan itu menepuk keningnya. “Maaf, Rania. Tadi aku minta tolong kepada Nadia untuk memilihkan pakaian yang sesuai dengan tubuh kamu. Kamu tidak apa-apa ‘kan?” Sebenarnya Rafka takut jika Rania marah. Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Hanya Nadia dan Fariz yang bisa diandalkan untuk saat ini. “Sebetulnya Rania tidak masalah, Mas. Tetapi takut merepotkan Nadia dan Fariz. Ran
Read more

SMBAI ~ BAB 177

Keesokan harinya Rania bangun lebih pagi. Wanita itu menata kembali beberapa hiasan kamar agar tidak terlihat membosankan. Ia sengaja menyusun dengan tampilan yang berbeda. Setelah selesai beres-beres kamar dan semua tampak rapi, Rania mengganti pakaiannya dengan baju renang. Ia bersiap menuju kolam renang seorang diri. Pelan-pelan Rafka membuka kedua matanya. Ia meraba samping kanannya dan tidak mendapati sang istri ada di dekatnya. “Sayang?” Rafka mengedarkan pandangannya dan sedikit terkejut melihat suasana kamarnya yang terasa lain. “Rania ke mana?” Rafka menyibak selimut yang masih melekat di tubuhnya. Dengan perlahan ia turun dari ranjang dan berjalan menuju jendela. Netranya melirik ke arah kolam renang dan mendapati sang istri sedang berbaring menikmati sinar mentari. “Istriku terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu. Sebaiknya aku segera menyusulnya.” Rafka bersemangat turun ke bawah. Ia langsung menghampiri Rania dan memberikan sebuah kecupan di keningnya. Mem
Read more

SMBAI ~ BAB 178

Empat bulan kemudian. Rania bercermin di depan kaca besar yang berada di dalam kamar. Ia senyum-senyum memperhatikan tubuhnya yang semakin gemuk karena mengandung beban yang begitu berat. “Mas, sepertinya sebentar lagi calon buah hati kita akan terlahir ke dunia. Rania sudah tidak sabar menantikannya.” Rafka mengeratkan tubuhnya dari belakang. Jemarinya mengelus lembut perut sang istri yang sudah terlihat sangat besar. “Mas juga sudah tidak sabar untuk menjadi seorang papa, Sayang.” Bibir Rafka mengecupi tengkuh leher Rania. Membuat wanita itu merasa kegelian. Namun sesaat kemudian terdengar bunyi ponsel milik Rafka. Terpaksa ia menghentikan aktivitasnya dan mengecek beberapa pesan yang masuk. Raut wajah Rafka berubah seketika. Terlihat gurat wajah penuh kesedihan di sana. Rafka hampir saja melupakan hal yang penting dalam hidupya. Ia belum memberitahukan hal itu kepada Rania. Sang istri yang menyaksikan dari tadi, seketika menghampiri Rafka dan ikut duduk di tepi ranjang kebesar
Read more

SMBAI ~ BAB 179

Di siang hari, Rania menanti sang suami memberikan kabar. Tetapi ternyata Rafka mengatakan jika tidak bisa mengajaknya makan bersama. [Maaf ya, Sayang. Kamu tidak apa-apa ‘kan?] Bunyi pesan kekhawatiran dari Rafka. “Tidak apa-apa, Mas. Rania baik-baik saja. Yang penting Mas Rafka jangan lupa makan siangnya ya? Pokoknya nggak boleh telat makan dan nggak boleh sakit.” Rania berkata panjang lebar pesannya kepada Rafka. Ia tidak mau sang suami kenapa-napa karena gara-gara terlalu fokus menyelesaikan garapannya. [Pasti, Sayang. Emuach. Miss you so much.] Pesan terakhir dari Rafka membuat Rania tersenyum lucu. Rasanya ia ingin mendapatkan ungkapan rindu setiap waktu meskipun jika tidak berhubungan jarak jauh. Rania pun beranjak dari posisinya. Ia berjalan ke depan toko. Dilihatnya ada kurir pengantar makanan yang celingukan mencari pemesan makanan. “Cari siapa, Mas?” tanya Rania ramah. Sebagai pemilik restoran ia harus tetap menjalin hubungan baik kepada siapapun itu. “Saya mencari I
Read more

SMBAI ~ BAB 180

Rania menggeleng lemah sambil tersenyum. “Aku tadi sudah makan, Sa. Dapat kiriman dari Mas Rafka.” Rania kembali tersenyum senang. “Kalian memang sangat serasi. Pasti Rafka cinta berat sama kamu. Apalagi usia kandunganmu sudah matang.” Tisa berbicara sambil memasukka makanan ke dalam mulutnya. “Tapi sebentar lagi dia mau pergi, Sa. Jujur aku takut.” “Pergi? Maksudnya?” Tisa terlihat bingung. “Mas Rafka ada pertemuan dengan klien penting di luar negeri. Kurang lebih selama tiga hari. Pasti bakalan rindu berat.” “Astaga! Pergi untuk urusan kantor? Harusnya kamu justru bangga sama suami kamu, Ran. Pasti ia ingin membuktikan bahwa perusahaannya adalah yang terbaik.” Rania hanya manggut-manggut. Apapun alasannya ia sangat takut jika Rafka tidak kembali. Takut kecantol wanta bule yang lebih cantik darinya. Tisa melihat jam di tangannya.”Maaf ya, Ran. Aku nggak bisa lama-lama di sini. Masih ada urusan.” Tisa berdiri dari duduknya. “Terima kasih sudah mau ke sini, Sa. Sering-seringlah
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status