Semua Bab Satu Malam Bersama Adik Ipar: Bab 191 - Bab 200

225 Bab

SMBAI ~ BAB 191

"Eh, maaf Bu Rania. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Saya mau ke toilet dulu." Dimas langsung berlari ke belakang. Padahal Rania sangat membutuhkan jawaban darinya. Wanita itu merasa sangat penasaran. Ia memutuskan untuk keluar dari restorannya. “Sepertinya aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri. Biar aku tidak penasaran lagi. Memangnya bos baru itu mirip dengan siapa? Sampai-sampai karyawannya histeris seperti itu.” Rania berjalan dengan cepat. Tiga langkah keluar dari area restoran, wanita itu dikejutkan dengan sosok lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Tepatnya lelaki itu sudah berada di jalan yang sama dengan Rania.'Mas Rafka? Benarkah itu kamu?' batin Rania tak percaya. Ia dapat merasakan hatinya menjerit memanggil nama Rafka. Apakah ini maksud dari mimpinya semalam dan beberapa hari yang telah berlalu itu? Lutut Rania terasa lemas. Kepalanya mendadak pusing. Namun wanita itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak oleng di tempat. Beberapa detik lamanya Rania masih d
Baca selengkapnya

SMBAI ~ BAB 192

“Lalu ke mana dia sekarang? Kenapa tidak menemuimu?” tanya Dave penuh selidik. Rania menghirup nafas sepenuh dada. Ia merasakan seperti ada beban yang sangat berat sedang menikam tubuhnya. “Itu masalahnya, Dave. Dia tidak mengenaliku. Aku tadi memarahinya karena menemukan buku diary milikku yang hilang. Dia juga membacanya.” “Mungkin mereka hanya mirip, Ran. Kamu terlalu merindukan Rafka. Padahal di sini ada aku yang selalu ada untukmu.” Rania terdiam mendengar ucapan dari Dave. Setiap kali membahas tentang Rafka, ia selalu bersikap seperti itu. Membuatnya merasa kesal. “Maafkan aku, Dave.” “Ya sudah. Lebih baik kita pulang saja sekarang. Apa kamu tahu jika Alsha dan Alma sedang menunggumu di rumah? Kamu bilang hanya ke restoran sebentar,” ungkap Dave mengingatkan. “Kok kamu bisa tahu, Dave?” tanya Rania tidak mengerti. Dave berdiri dari duduknya dan segera mengajak Rania untuk kembali ke restoran. Dokter tampan itu sengaja membuatkan minuman hangat untuk Rania agar merasa le
Baca selengkapnya

SMBAI ~ BAB 193

Semenjak menikah dengan Bayu, Aluna tidak pernah merasakan bahagia. Suaminya tersebut hanya bekerja dengan gaji yang sangat kecil. Wanita itu tidak bisa untuk hanya sekedar shopping di mini market terdekat. Aluna pun hanya bisa makan seadanya. Apalagi setelah kepergian Rafka, ia tidak pernah mendapatkan uang tambahan lagi. “Pokoknya aku mau kerja!” ucap Aluna sewot. Suami pulang kerja bukannya disediakan minuman atau cemilan, tetapi justru diajak berdebat. “Terus gimana nasib Nabila, Lun? Apa kamu tidak kasihan sama dia?” tanya Bayu dengan nada rendah. Ia tidak mau sang istri tersinggung akan ucapannya. “Besok kamu libur ‘kan? Anterin aku ke rumah Bapak. Nabila aku titipkan saja sama Bapak. Biar sekolah di sana. Lumayan gratis.” “Kamu yakin? Nggak bakalan nyesel?” Bayu merasa tak tega dengan Nabila meskipun gadis kecil itu bukanlah anak kandungnya. Aluna terdiam. Ia kemudian pergi ke belakang. Membuatkan teh hangat untuk Bayu karena tenggorokannya terasa kering. “Sama Bapak akan
Baca selengkapnya

SMBAI ~ BAB 194

Beberapa menit telah berlalu. Alsha sudah tertidur dengan lelap. Rania mencium keningnya sejenak kemudian kembali ke kamarnya sendiri. Wanita itu segera mengecek ponselnya kembali. Apakah pesannya sudah dibalas oleh Nina atau belum. Rupanya Rania suda tidak bisa melihat profil milik Nina lagi. Ia sudah diblokir oleh sahabat suaminya itu. “Apa yang terjadi? Kenapa Nina memblokir akun milikku?” Rania semakin tak tenang. Ia pikir akan mendapatkan sebuah informasi dari wanita itu. Namun sekarang ia justru bertambah rasa penasaran yang ia miliki. Lagi-lagi kepala Rania terasa pusing saat memikirkan banyak hal. “Lebih baik aku tidur saja sekarang. Aku tidak boleh jatuh sakit. Jangan sampai membuat Alsha dan Alma jadi khawatir.” Keesokan harinya Rania bangun kesiangan. Matanya masih terasa berat. Ia baru saja menyingkap selimutnya dan mendapati putri kembarnya berlarian menghampirinya. Ternyata Alsha dan Alma sudah rapi dengan seragam sekolahnya. “Mama ... kenapa belum bangun?” Alsha te
Baca selengkapnya

Bab 195. Mirip Dengan Rafka

Alsha berdiri di dekat dedaunan. Dadanya bergerak naik turun karena kelelahan. Namun tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan mengajaknya sembunyi dibalik dedaunan itu. Hampir saja Alsha menjerit. Namun seorang anak lelaki yang sepertinya lebih tua dari Alsha menempelkan jari telunjuk di bibirnya. “Ssstt ... biarkan lelaki jahat itu pergi dulu. Kita aman di sini.” Alsha mengangguk paham. Ia bisa melihat jika seseorang di dekatnya itu tulus menolongnya. Beberapa waktu kemudian, lelaki dewasa tadi telah pergi. Alsha pun keluar dari tempat persembunyiannya. “Minum ini. Pasti kamu sangat haus.” Seseorang di dekatnya itu mengulurkan botol minuman yang dikeluarkan dari dalam tasnya. “Terima kasih.” Alsha terlihat sangat senang. Kedua sudut bibirnya terangkat hingga menampilkan senyumannya yang begitu manis. “Rumah kamu di mana? Aku antar pulang ya?” Anak lelaki itu mengulurkan tangannya. “Perkenalkan nama aku Dito.” Alsha meraih uluran tangan Dito. Ia hendak menyebutkan naman
Baca selengkapnya

Bab 196. Dua Gadis Kecil

Rania melihat nama yang tertera pada layar notifikasi di handpone-nya. Ternyata pesan dari Aluna. Sudah lama Rania tidak berkunjung ke rumah adiknya. Ia bahkan tidak sempat meneleponnya karena sibuk bekerja demi menghilangkan kesedihan yang masih sering hinggap di hatinya. [Mbak gimana kabarnya sekarang? Kapan pulang kampung? Bapak kangen dijengukkin sama Mbak Rania.] “Jadi kamu sekarang sedang bersama Bapak, Lun? Mbak juga kangen sama Bapak. Sampaikan maaf Mbak karena belum bisa menjenguk Bapak di kampung. Nanti kalau si kembar sudah liburan, Mbak usahakan pulang kampung.” Beberapa detik kemudian ponsel Rania berdering kembali. Namun kali ini berganti dengan sebuah panggilan telepon dari Aluna. Baru saja Rania mengangkat telepon tersebut, Aluna langsung berbicara pada intinya. “Mbak, Aluna mau ngomong serius nih.” “Ada apa sih, Lun? Mbak pikir Bapak yang mau bicara.” Rania menghela nafas berat. Ia tahu jika Aluna selalu butuh uang lebih. Berapapun nominal yang dimiliki oleh adi
Baca selengkapnya

Bab 197. Menyerah

“Kita makan dulu yuk Sayang,” ajak Rania kepada Alsha dan Alma. “Tanggung ini, Ma.” Jawaban dari Alma membuat Rania tak bersemangat. Ia segera menghirup udara kuat-kuat. Mereka benar-bener membutuhkan sosok seorang ayah. Tetapi hati wanita itu belum bisa menerima Dave sebagai pengganti Rafka. Apalagi ia telah dipertemukan dengan sosok lelaki yang begitu mirip dengan wajah suaminya. “Dave ... ajak anak-anak makan malam dulu, ya?” lirih Rania berbisik kepada Dave. Hanya itu yang bisa Rania ucapkan kepada dokter tersebut. Lelaki itu tampak tersenyum senang. Dave menganggukkan kepalanya. Kali ini ia merasa dibutuhkan oleh Rania kembali. “Alsha dan Alma ... sekarang waktunya kita makan dulu. Nanti dilanjut lagi ya, anak-anak?” Dave mengusap kepala mereka satu persatu dengan lembut. “Siap, Pak Dokter!” “Siap, Om Dave!” Alsha dan Alma berucap bersamaan. Kemudian mereka saling berpandangan karena cara memanggil nama yang berbeda. Alma tidak suka jika Alsha memanggil seperti itu. “Suda
Baca selengkapnya

Bab 198. Kabar Terbaru

Rania melihat Alsha masih mengerjakan tugas sekolah seorang diri. “Sayang, belum selesai ngerjain PR-nya? Kakakmu mana?” tanya Rania lembut seraya ikut duduk di samping Alsha dan mengecek pekerjaannya. “Katanya Kak Alma sudah ngantuk, Ma. Makanya istirahat duluan.” Rania manggut-manggut. Ia bangga melihat tulisan Alsha yang sangat rajin. Semua jawaban atas pertanyaan dari tugas-tugas sekolah itu juga disampaikan dengan baik. Hingga wanita itu menyadari jika Alsha juga mengerjakan tugas milik Alma. Mungkin itu yang membuatnya belum selesai mengerjakannya. “Lain kali jangan mau kalau disuruh mengerjakan tugas milik kakak kamu. Nanti jadi kebiasaan dan pasti Alma akan malas mengerjakan semua tugas sekolah. Dia akan bergantung juga memanfaatkan kamu Alsha. Itu yang membuatnya tidak mau berpikir lebih dan tertinggal.” “Tapi, Ma. Alsha tidak bisa untuk menolak. Nanti kalau Kak Alma marah bagaimana?” Alsha berucap dengan sedih. Tangan kanan Rania segera mengusap pelan kepala putrinya be
Baca selengkapnya

Bab 199. Sangat Mirip

Beberapa hari telah berlalu. Rania masih sibuk membuat menu baru di restorannya. Dalam sekejap saja restoran tersebut sangat ramai karena wanita itu memberikan diskon besar-besaran untuk menu-menu terbaru yang sudah siap. Rania tersenyum lega. Tidak salah ia mendatangkan koki handal dari sebuah kota yang cukup terkenal. Wanita itu juga bahagia melihat anak buahnya bekerja dengan lebih semangat. Namun di saat Rania sedang memeriksa bahan-bahan yang mulai tipis stoknya, ia dikejutkan dengan bunyi ponsel yang berdering terus-menerus. Awalnya wanita itu sempat mengabaikannya, lama kelamaan ia penasaran juga dengan siapa yang sedang telepon. Tertera nama ibu guru yang menjadi pendamping dalam lomba kemah yang diikuti oleh Alsha dan Alma di sekolahnya. Kening Rania tampak berkerut. Ia penasaran mengapa ibu guru tersebut menghubunginya. Rania pun cepat-cepat mengangkat telepon itu. “Mama, lama sekali angkat teleponnya?” “Alma? Ada apa?” Sepertinya Rania merasakan kekhawatiran pada Alma
Baca selengkapnya

Bab 200. Mengabaikan Alsha

“Tentu saja, boleh.” Lelaki itu tersenyum tulus seraya merentangkan kedua tangannya. Alsha segera mendekap erat lelaki yang telah menolongnya sambil memejamkan kedua matanya. Entah mengapa perasaan kini sangat bahagia. Sementara Rania yang menyaksikan kehangatan mereka berdua ikut terharu. Tetapi ia tidak mau Alsha terlalu berharap kepada lelaki itu. “Alsha ....!” teriak Rania kemudian. Saking semangatnya ia berlari hingga tidak memperhatikan keadaan sekitarnya. Rania tak sadar ada sebuah lubang di dekatnya. “Augh ... sakit!” Rania berteriak kesakitan. Kaki kanannya terperosok ke dalam lubang itu. Rasanya sangat perih. Ia merasakan ada sesuatu yang menusuk mengenai kakinya tersebut. “Mama!” Alsha pun ikut cemas. “Om, itu Mama saya. Sepertinya Mama sedang terluka.” “Baiklah, anak manis. Kamu tunggu di sini sebentar. Om akan menolong mama kamu.” Lelaki mengusap kepala Alsha sebelum benar-benar pergi. Setelah itu ia segera berlari untuk menolong Rania. Rania masih terlihat kesaki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status