Lena langsung saja pergi, tanpa menunggu jawaban dariku lagi. Tinggal Sinta dan tas ransel yang mungkin berisi pakaian. "Melly mana, Tante?" tanya Sinta dengan polosnya."Itu di dalam," jawabku. Merry anak bungsuku lalu keluar rumah. Dia mengajak Sinta masuk, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi."Eh, anak si Tamina ini?" kata Ibuku begitu melihat anak tersebut dengan dekat."Iya, Mak, dia boru Sinaga," kataku kemudian."Lo, kok bisa, bukannya ayahnya orang Medan, " tanya ibuku lagi.Aku lalu mengajak Ibuku bicara, minta pendapatnya apa yang harus kulakukan. "Wah, rumit sekali ya, Taing, Musuh justru menitipkan anaknya padamu," kata ibu."Itulah, Mak, tapi aku gak tega, lihatlah wajah polosnya, dia gak tau apa-apa," kataku lagi."Kembali berpulang padamu, Taing, mampu gak? jika gak mampu mengurusi anak ini, Jangan paksakan, jangan sampai anak ini ikut merasakan perbuatan orang tuanya," kata ibuku lagi."Jadi kuberikan sama siapa, Mak?""Berikan pada keluarganya, kan masih ada kakak si
Baca selengkapnya