Semua Bab Membalas Suami Perhitungan : Bab 51 - Bab 60

62 Bab

Helen Minta Hotel

"Baba, aku takut," kataku pada suami, saat itu juga kami lagi duduk-duduk di teras rumah. "Apa yang kau takutkan?" Tanya Pak Ardiansyah, sambil mengelus perutnya, perban di perut suamiku sudah dibuka, lukanya juga sudah mengering. "Kenapa Baba tiba-tiba tulis surat wasiat?" Tanyaku kemudian."Hanya untuk jaga-jaga, karena sepertinya Helen lagi bermasalah," kata Pak Ardiansyah."Kata orang, orang yang menulis surat wasiat Itu karena mau meninggal," kataku lagi. "Aku belum siap kehilangan, Baba," sambungku kemudian."Tenang saja, aku akan hidup 1000 tahun lagi," jawab Pak Ardiansyah sambil tertawa."Kenapa tidak coba bantu masalahnya, Baba?" Kataku lagi."Sebenarnya sudah pernah kubantu, tapi jika sudah kecanduan judi, sangat sulit untuk berubah,"Pak Ardiansyah lalu bercerita, saat memutuskan untuk tinggal di desa. Pak Ardiansyah menjual semua asetnya. Dia membagi kepada kedua anaknya. Berbentuk hibah, setelah itu dengan uang yang tersisa baru Pak Ardiansyah datang ke desa, beli pab
Baca selengkapnya

Penipu Yang Tertipu

Aku rasanya tidak sanggup untuk berdiri lagi, aku terduduk dengan HP masih di telinga.  "Halo, Ibu masih di sana?" Kata penelpon lagi dari seberang. "Iya, Pak, sekarang suami saya ada di mana?" tanyaku kemudian. "Di rumah sakit, Suami  ibu dalam kondisi kritis, silakan bicara dengan dokter yang menangani," kata Pria yang mengaku polisi itu lagi. "Saya dokter Kevin, Ini lagi di rumah sakit, butuh penanganan segera,  butuh darah sekitar 6 kantong, harus operasi sesegara mungkin, supaya nyawanya bisa tertolong," kata seorang yang mengaku dokter. "Saya akan ke sana, Pak," kataku kemudian. "Silahkan, Bu, tapi saya khawatir akan terlambat, karena jarak yang jauh,"  "Jadi bagaimana, Pak?" 
Baca selengkapnya

Ular Dalam Celana

Pertama aku dibawa ke rumah praktek bidan, akan tetapi setelah bidan itu memeriksa, katanya dia tidak sanggup lagi. Bersama bidan tersebut dan juga ibu-ibu geng penjemput anak sekolah. Aku dibawa ke rumah sakit. Rumah sakit sangat jauh dari desa kami. Untunglah bidan ikut, sehingga aku bisa ditangani di tengah perjalanan. Sampai di rumah sakit, aku langsung diarahkan ke ruangan bersalin. Ternyata tidak memungkinkan lagi untuk bersalin normal. Aku akhirnya diputuskan harus operasi.  Aku suruh Supir untuk mencoba menghubungi suami, akan tetapi kata supir itu selalu Helen yang diterima, dan Helen tidak memperbolehkan ayahnya bicara. Ada apa denganmu, Helen? Supir juga sudah memberitahu kalau aku masuk rumah sakit dan akan operasi. Akan tetapi Helen tetap tidak mau menyambungkan dengan ayahnya. Aku justru makin khawatir terjadi apa
Baca selengkapnya

Rebutan Kuburan

Ini cobaan apa lagi ya, Allah? Baru saja aku operasi tanpa didampingi suami, ini suamiku terkena serangan jantung. Aku tak bisa melihatnya. Keadaanku yang masih punya bayi berumur 10 hari tidak memungkinkan untuk pergi ke rumah sakit yang jaraknya 3 jam perjalanan naik mobil.  Aku memanggil semua saudara, Kakak ipar, juga menghubungi Bu Kades. Meminta mereka untuk pergi ke rumah sakit, menjenguk suamiku yang lagi sakit. Orang-orang di kantor pun aku kabari.  Aku hanya bisa berdoa, semoga suamiku sembuh. Sekarang aku merasa cobaan untukku terlalu berat. Kadang juga aku merasa ini adalah karma bagiku karena telah melawan suami pertamaku dulu. Ingat suami pertama, Dia justru nongol di depan pintu. "Aku turut berduka cita, Taing," kata Erianto. Dia tidak masuk, hanya berdiri di pintu, saat itu aku lagi duduk di sofa. Sedangkan anak-anak bermain di halaman.
Baca selengkapnya

Sumpah Darah

Ternyata jika tak direkam percakapan di wa itu tidak akan kelihatan.  Aku lupa merekamnya, akhirnya hanya aku yang mendengar  perkataan almarhum suami. Seandainya dia katakan lewat tulisan, mungkin bisa jadi bukti. Hanya dua jam jenazah suamiku disemayamkan di rumah, selanjutnya dibawa lagi untuk dimakamkan di Medan. Tempat pemakaman keluarga mereka, aku legowo, karena kata Kak Syarifah ini permintaan almarhum suami semasa hidupnya. Tinggal aku bersama empat anak, miris sekali hidupku. Akan tetapi banyak tetangga yang bilang aku justru beruntung. Nikah satu tahun dapat harta berlimpah.  Suamiku memang meninggalkan banyak harta di sini. Di depan rumahku saja ada dua mobil. Mobil Pajero dan mobil double cabin.  Kebunku yang 4 hektar sebagiannya sekarang sudah jadi perumahan. Perusahaan juga masih laporan padaku. Aku jadi janda kaya raya.
Baca selengkapnya

Kopi Campur Racun

PoV Helen Namaku Helena Syah, dari lahir sudah kaya raya, punya orang tua yang kaya, Kakek nenek yang kaya. Papa keturunan Arab, Ibuku orang Batak, akan tetapi wajah dan postur tubuhku lebih condong seperti orang Arab. Dari lahir aku sudah terbiasa hidup mewah. Saat sekolah saja punya pengasuh khusus. Hidupku berjalan seperti di atas kertas, tak ada rintangan berarti. Sekolah, kuliah, kerja, nikah. Semua sepertinya mudah. Setelah punya anak dua dan berumur 29 tahun, entah kenapa aku mulai bosan menjalani kehidupan yang normal-normal. Aku mulai mencari tantangan. Suamiku juga selalu sibuk, anakku juga terlalu baik-baik, bener-bener hidup yang membosankan. Pertama aku coba bergaul dengan orang-orang di luar pertemanan yang biasa selama ini. Ikut mereka mendaki gunung , berkemah, akan tetapi tetap juga aku tidak menemukan tantangan. Ak
Baca selengkapnya

Warisan Yang Jadi Pertengkaran

Ternyata benar kata pepatah, jika kita kaya saudara kita akan banyak. Semenjak aku jadi janda yang kaya raya, hampir tiap hari selalu saja ada tamu yang datang, bahkan sepupu jauh yang selama ini tidak pernah bertemu tiba-tiba datang mengaku saudara. Tentu saja aku sambut dengan baik.  Erianto, mantan suamiku itu jadi dilema tersendiri bagiku. Di satu sisi aku tak ingin dekat-dekat dengannya lagi. Seperti kata pepatah buanglah mantan pada tempatnya. Akan tetapi dia selalu datang. Tak pernah lagi minta duit memang. Tapi dia selalu baik kepada anak-anak. Yang memang anaknya. Seperti hari itu ada jadwal panen di kebun, aku yang sudah tiga minggu setelah melahirkan, coba berjalan keluar rumah, melihat-lihat orang yang panen. Ternyata ada Irianto. Aku melihat dia lagi melangsir sawit yang sudah selesai dipanen. Kasihan juga melihatnya, kebun ini dulu dibukanya semenjak dari lahan gambut, sampai jadi lahan
Baca selengkapnya

Bongkar Makam

Pengacara itu menatapku dengan tetapan tajam, mungkin dia tidak menyangka aku bisa bicara seperti ini. Untuk beberapa saat dia masih terdiam. "Bagaimana, katakan saja begitu pada Helen," kataku lagi. "Kamu memang pintar-pintar bodoh, jika dia mengaku tentu saja dia di penjara, bisa saja di penjara seumur hidup dengan tuduhan pembunuhan berencana, Untuk Apa lagi harta yang banyak jika di penjara seumur hidup," kata pengacara tersebut.  "Kamu tahu juga rupanya," kataku kemudian. Pria itu kembali bicara melalui HP, sepertinya bicara dengan Helen yang entah di mana. Beberapa Saat kemudian. "Ini tawaran terakhir dari Helen, seluruh harta yang tersisa dibagi dua, setengah untukmu setengah untuk klien saya, ini orang terakhir, kita tak perlu lagi ke pengadilan cukup seluruh harta di
Baca selengkapnya

Yang Pergilah Dan Yang Datang

Pengacara itu menatapku dengan tetapan tajam, mungkin dia tidak menyangka aku bisa bicara seperti ini. Untuk beberapa saat dia masih terdiam. "Bagaimana, katakan saja begitu pada Helen," kataku lagi. "Kamu memang pintar-pintar bodoh, jika dia mengaku tentu saja dia di penjara, bisa saja di penjara seumur hidup dengan tuduhan pembunuhan berencana, Untuk Apa lagi harta yang banyak jika di penjara seumur hidup," kata pengacara tersebut.  "Kamu tahu juga rupanya," kataku kemudian. Pria itu kembali bicara melalui HP, sepertinya bicara dengan Helen yang entah di mana. Beberapa Saat kemudian. "Ini tawaran terakhir dari Helen, seluruh harta yang tersisa dibagi dua, setengah untukmu setengah untuk klien saya, ini orang terakhir, kita tak perlu lagi ke pengadilan cukup seluruh harta di
Baca selengkapnya

Desa Janda

Sebagai janda kaya raya dengan tiga anak, usia yang masih 30-an tahun, banyak juga yang coba menggoda dan melamarku. Mulai dari yang masih brondong sampai yang sudah tua sudah pernah mencoba untuk mendekatiku. Akan tetapi aku selalu menolak. Padahal jujur dalam hati, aku masih butuh laki-laki. Aku mau menikah jika ada yang lebih baik dari Pak Ardiansyah, atau minimal sebaik Pak Ardiansyah. Sampai hari ini belum ada, 3 tahun lebih sudah aku menjanda.  Ternyata sendiri itu lelah juga, biarpun banyak harta biarpun aku bisa menyuruh siapa saja, akan tetapi jika malam tiba aku tetap kesepian. Aku butuh tempat curhat. Suatu hari aku lagi sibuk di depan rumah mengurus taman bunga, depan rumahku memang ku sulap jadi taman bunga. Terdengar suara salam di pintu pagar. Seorang asisten Rumah tanggaku langsung berlari kecil membuka pintu tersebut. "Siapa, Bu?" Aku berteriak be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status