Home / Pernikahan / Membalas Suami Perhitungan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Membalas Suami Perhitungan : Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Barbar Tapi Pintar

Rasa curiga ini sangat menyiksa, setiap saat terus dibayangi rasa takut. Takut kejadian yang sama terulang kembali. Ditambah lagi tidak ada yang percaya ceritaku, untuk bertanya pada Pohan tidak bisa juga, kata kakak iparnya, dia kehilangan kontak dengan Pohan. Mungkin Pohan memang sengaja menghilangkan diri. Hari itu aku ke rumah Bu Kades lagi, niatnya ingin menyelidiki, kebetulan Pak Kades tidak ada di rumah, kata Bu Kades lagi pergi mengukur lahan yang mau dijual orang. "Bosan di rumah terus, Bu, pengen main ke sini," begitu alasanku pada Bu Kades. "Oh, gak apa-apa, aku justru senang," kata Bu Kades. "Bu, sebenarnya aku mau minta bantuan lagi ini,' kataku kemudian. "Bantuan apa lagi, suamimu kan sekarang kaya, bisa sewa pengacara,' katanya. "Begini, Bu, yan
Read more

Tak Selamanya Ibu Tiri Itu Kejam

Apakah Bu Kades bisa dipercaya?  Dia bilang biarpun suami sendiri jika salah tetap salah, rasanya aku kurang percaya jika ada istri yang mau jebloskan suami sendiri.  Pasangan Kades dan Bu Kades belum dikaruniai keturunan. Mereka tidak punya anak setelah menikah belasan tahun. Bu Kades bukan asli desa ini dia dari kota. Pak Kades dulu pergi merantau, pulang-pulang sudah bawa istri, kemudian mencalonkan diri jadi kepala desa, dan menang. Yang bisa kulakukan kini hanya menunggu, menunggu Bu Kades yang bongkar, karena dia sudah janji. Aku kini makin waspada, tak keluar rumah kecuali ada hal penting. Ini saran dari Pak Ardiansyah. Pagi itu aku terkejut melihat kedatangan Erianto ke rumah. Dia tampak lesu, aku tak mempersilahkan masuk, kutemui di luar saja. "Ada apa lagi?" tanyaku. "Aku data
Read more

Mulai Terungkap

Ada yang bilang tidak ada seorang suami yang bela istri di depan keluarganya. Dulu aku juga berpendapat seperti itu, akan tetapi sekarang aku berubah pikiran. Pak Ardiansyah suamiku inilah bahkan membelaku di depan anaknya sendiri. Aku tersanjung sekaligus terharu. Hari itu aku pergi ke rumah sakit, rasa penasaran telah membuat aku nekat ingin bicara dengan Ijul dan Basron. Konon Basron mengalami patah kaki, sedangkan Ijul pangkal pahanya ada luka besar akibat kuhantam dengan dodos. "Pasien ini tidak boleh dijenguk," kata  seorang perawat saat aku bertanya. "Tolonglah, Bu, ada yang mau kubicarakan," kataku kemudian. "Maaf, tidak boleh," katanya. Bagaimana caraku biar bisa menjenguknya, ditambah  lagi ada lagi polisi yang menjaga, perawat pula yang tak memperbolehkan. Rumah sakit ini ada
Read more

Ujian Beruntun

Aku jadi tak berani mendekat ke rumah Bu Kades, bersama warga lainnya hanya menonton dari jauh. beberapa polisi berjaga di luar. "Ada apa?" tanyaku pada orang di sebelahku yang ikut menonton. "Nggak tahu, aku baru datang," jawabnya. Tak tahan menanggung rasa ingin tahu, aku coba mendekat dan bertanya lagi ke orang lain. "Katanya penggrebekan, apa yang digrebek aku gak tahu,' begitu jawaban orang tersebut.  Akhirnya ada juga yang mau cerita. "Pak Kades yang ada di mobil itu," katanya seraya menunjukkan mobil di depan rumah Bu Kades. "Dia kenapa?" "Tadi ditangkap polisi,  "Oh,"  Beberapa saat kemudian
Read more

Jangan Mati, Baba

Aku benar-benar tidak tahu di mana Pak Adriansyah menyimpan uang untuk gaji karyawan tersebut. Saat aku bilang tidak tahu perampok itu malah menempelkan pisau ke dadaku. Aku gemetar, tidak tahu harus berbuat apa lagi. "Cepat!" teriak perampok itu lagi. Salah satu perampok lalu membuka paksa pintu mobil, aku lalu diseret keluar dari mobil tersebut. Sopir kami juga disuruh turun dengan ancaman pisau. Aku heran kenapa jalan sepi sekali tidak ada lewat satu pun kendaraan. Sudah sekitar lima menit kejadian tidak ada yang lewat sama sekali.  Aku dan suami serta sopir itu lalu didudukkan di pinggir jalan di tepi jurang. Satu orang mengawasi kami dengan parang yang panjang, tiga lagi memeriksa mobil kami. Mobil sudah digeledah tapi uang gaji itu tak ditemukan juga. Perampok itu sepertinya marah, pak Ardiansyah di pukul perampok bagian kepalanya, sambil ditanya di mana men
Read more

Antara Hidup Dan Mati

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, aku terus menyuruh supir untuk cepat. Tentu saja tidak bisa karena jalan yang berkelok-kelok dan sempit. Sementara itu Pak Ardiansyah sepertinya sudah pingsan, berkali-kali kudekatkan telinga ke dadanya . Aku takut sekali jantungnya berhenti berdetak. Tangannya pun sudah mulai dingin.  " Ya Allah, tolong selamatkan suamiku,"  kataku kemudian.  Saat kami sampai di rumah sakit Pak Ardiansyah langsung diangkat ke ranjang. Aku terus berdiri di sampingnya sambil memegangi tangan Pak Adriansyah. Ternyata Pak Ardiansyah kembali sadar bibirnya seperti bergerak-gerak, mungkin dia mau bicara, aku kembali mendekatkan telinga ke mulutnya.  "Jaga anak kita, Taing," kata Pak Adriansyah. Ketika memasuki ruangan gawat darurat aku sudah tidak boleh mendampingi Pak Ardiansyah lagi. Seorang per
Read more

Sekejam-kejamnya Ibu Tiri

"Pulang saja dulu, Taing, lihat dulu anak-anak," begitu kata Pak Ardiansyah. "Anak-anak ada yang urus, Pak," kataku kemudian. "Udah, aku di sini juga banyak yang urus, kamu istirahat dulu, tenangkan pikiran, kamu lagi hamil itu, jaga anak kita," kata Pak Ardiansyah. "Iya, Pak,";jawabku kemudian. Aku memang harus istirahat. Bahkan untuk ganti celana pun aku tak punya di sini. Keluarga yang datang dari desa tak ada yang ingat bawa pakaianku.  "Aku pulang dulu, Kak," kataku pada Kak Syarifah. "Iya, Jamilah, tenang saja, ada kami kok yang urus," kata Kakak' iparku tersebut. "Aku akan datang besok lagi," kataku lagi. "Sebaiknya tidak usah, lihatkami ini belasan orang kami di sini yang urus, kami  nginap di kota ini unt
Read more

Harta, Wanita dan Penjara

Aku lalu teringat perkataan Pak Ardiansyah, jika dia mati aku yang urus perusahaan jangan dikasih bahkan kepada anaknya sendiri. Ini suami belum mati,  Helen sudah coba menguasai. Tidak akan, tidak akan kubiarkan  dikuasai anak tiriku sendiri. Akan kupertahankan tempat ini karena ini amanah bagiku. "Aku katakan sekali lagi ya, silakan pergi baik-baik dari tempat ini," kataku pada Helen. "Kau yang pergi," jawab Helen, sambil menunjuk pintu. Aku akhirnya kehilangan kesabaran, kupanggil security, akan tetapi security ini tidak berani mengusir, karena memang Helen mirip dengan ayahnya.  "Pak tolong usir dia dari sini," perintahku pada security. "Tapi, Bu, dia kan anaknya Pak Bos," jawab security tersebut. Helen malah balik menyuruh security itu untu
Read more

Anak Sambung

*** Aku tak habis pikir, Ada apa dengan supir kami ini? Kenapa dia sepertinya  mau khianati kami?  "Jadi ke mana uang satu milliar itu?" tanya polisi. "Ibu ini melemparkannya ke jurang," kata Zulham. "Bohong lagi!" teriakku kemudian. "Benarkah Ibu melemparkan uang ke jurang?" Tanya polisi tersebut. "Aku melemparkan pupuk Pak, bukan uang," jawabku. "Katanya itu uang, Pak," kata Zulham  lagi. "Aku berbohong waktu itu, aku bilang uang, biar mereka turun mengambilnya," kataku kemudian. "Berarti Ibu bohong ya?"  "Iya," "Apa yang menjamin jika Ibu tak bohong lagi h
Read more

Taing Jadi Pewaris

"Papa, aku datang jauh-jauh karena sayang sama papa, Aku tak ingin papa jatuh dipelukan wanita itu," kata Helena Syah. "Helen, tolong pahami keadaan papa, Papa hanya butuh ...," Pak Ardiansyah tak melanjutkan perkataannya. Aku tahu ke mana kira-kira arah pembicaraan suamiku ini.Pak Ardiansyah masih di kursi roda, kubiarkan ayah dan anak itu berdebat, kucari tempat duduk. "Papa, semenjak wanita ini datang banyak kejadian yang menimpa Papa, tidakkah papa berpikir?" Kata Helen lagi."Tolonglah,Papa, jika memang butuh istri, aku bisa carikan yang lebih baik yang tak banyak masalah, yang tak hanya mengincar harta seperti wanita ini," Helen sangat langsung bicaranya."Sudahlah, Helen, Papa menghargai usahamu, tapi papa harus menolak," kata Pak Ardiansyah."Baiklah, Pa, aku katakan sekali saja aku berikan pilihan untuk papa, pilih wanita ini atau kami?" kata Helen."Jangan suruh papa memilih, Helen," kata Pak Ardiansyah."Papa harus memilih!" Helen membentak."Baiklah, Aku sayang anak-
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status