All Chapters of Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder: Chapter 61 - Chapter 70

97 Chapters

Bab 61. GIVE ME MORE!

“Aku sudah tidak mau bertemu dengannya, jangan memaksaku.” Marissa duduk di kursi sofa dengan wajah penuh kebencian. “Mereka membutuhkan kesaksianmu, Marissa.” Ujar Deniz yang telah menarik kursi lain agar bisa duduk di hadapannya. “Kesaksian seperti apa? Aku hampir mati di sana dan tidak tahu menahu soal bibi May seperti yang kamu bicarakan,” jawab Marissa yang memang tidak mengetahui asal usul kejadian di Antalya. “Kamu marah padaku karena aku memasukkan Joanna ke dalam penjara?” Deniz pun berusaha bicara dari hati ke hati. “Marah padamu? Untuk apa?” Marissa balik bertanya. Marissa menatap Deniz dengan kedua alis ditautkan, “Seharusnya aku mati saja,” gumamnya saat mengalihkan pandangan ke tempat lain. “Marissa, kenapa ngomong seperti itu?” Deniz meraih tangannya, tapi perempuan itu buru-buru menepis. Ia enggan disentuh oleh suaminya dengan banyak alasan, salah satu alasannya adalah suasana hati Marissa sedang tidak baik hari ini. Deniz menghela napasnya dengan berat, “Maafkan
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 62. PRIA DUNGU

Kota Ankara terasa asing baginya kini, ia terlihat tidak nyaman saat berada di keramaian. Buru-buru Marissa masuk ke dalam mobil untuk menghindar dari kejaran paparazzi yang terus saja mendesaknya. “Nona! Bisakan anda meluangkan sedikit waktu?” “Nona, tolonglah kami!” “Bisa Anda ceritakan, apa yang anda alami selama berada di kota Antalya?”Pertanyaan demi pertanyaan terus saja memberondong perempuan itu. Mereka mengikuti ke mana Marissa melangkahkan kakinya. Para pemburu berita itu tidak melepas sedetik pun untuk mendapatkan informasi yang akurat. “Sialan! Ke mana perginya Alex saat begini?” gerutu Deniz setelah berhasil masuk ke dalam mobil. “Cepat minggir atau kalian aku tabrak!” teriak Deniz dari dalam mobil agar mereka tidak menghalangi jalan. “Kamu tidak apa-apa?” ia menoleh ke arah samping, di mana istrinya memilih untuk melihat ke luar jendela mobil. Tidak ada sahutan dari Marissa dan Deniz tahu jika saat ini suasana hati perempuan itu sedang tidak baik-baik saja. “Se
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Bab 63. RENCANA GILA MARISSA

“Gila Marissa, ini gila!” Joshua gusar saat mendengar pengakuan dari perempuan di hadapannya itu. “Sttt ….” Marissa meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir yang kini dipoles dengan warna plum.“Jangan keras-keras! Nanti Deniz curiga,” lanjutnya dengan perasaan cemas.Ia mendekatkan kursinya agar bisa mengobrol lebih intens dengan Joshua. Marissa merasa jika hubungannya dengan Deniz harus memiliki kejelasan, dan ia pun meminta pendapat pada teman dekatnya yang mengerti benar tentang masalahnya selama ini—Joshua.“Lalu apalagi, Josh? Jika aku berada di dekatnya, dia akan selalu terlibat dalam masalah. Kamu tahu itu bukan?” tutur Marissa dengan sikap yang tidak kalah gusarnya dengan Joshua. “Setelah apa yang kalian lakukan bersama hingga sejauh ini, dan kamu akan menyerah begitu saja?” Joshua memundurkan wajahnya dengan dahi yang berkerut. “Tidak, Josh. Sampai kapanpun kamu tidak akan mengerti, karena ….” Marissa tidak melanjutkan kalimatnya. “karena apa? Dengan bersikap sep
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Bab 64. AKU PERGI

Marissa keluar dari dalam mobil begitu saja, ia meninggalkan Deniz yang masih duduk termangu. Pria itu merasa heran dengan perubahan sikap, Marissa. Namun sampai di mana Deniz mengejarnya hingga ke dalam kamar, Marissa tetap memasang wajah yang masam.“Ada apa denganmu? A-Aku benar-benar tidak mengerti,” Deniz menarik tangan Marissa, perempuan itu pun menghentikan langkahnya.“Aduh, jangan kasar dong!” Marissa menepis tangan Deniz agar tidak menyentuhnya.“Apa aku telah melakukan kesalahan? Tolong jawab, Marissa!” kata Deniz dengan semburat wajah yang terlihat kacau.Marissa terpaku, ia menatap nyalang ke arah suaminya. Entah apa yang saat ini dipikirkan oleh perempuan itu, “Tidak, tidak ada.” Jawabnya dengan cepat.“Lantas? What’s wrong with you?” Deniz membuka kedua tangannya, ia meminta alasan yang tepat pada perempuan yang dinikahinya beberapa bulan lalu.“Kamu tahu, Deniz? Kamu terlalu baik untukku.” Jawabnya dengan saliva yang menggantung di kerongkongan.“Aku tidak pantas untuk
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 65. ARE YOU SERIOUS?

Sepi. Padahal waktu sudah menunjukkan tengah hari. Marissa berjalan menyusuri jalan setapak menuju sebuah outlet yang ada di hadapannya. Ia menyeret sebuah koper yang tentu saja berisi pakaian saat dirinya baru pertama kali berjumpa dengan Deniz. “Here we are,” gumamnya sebelum benar-benar membuka pintunya. Marissa menarik napas panjang dan menghembuskan secara perlahan, lalu memandang bangunan yang tidak berubah sejak beberapa tahun lalu. “Marissa ….!” teriak seorang perempuan yang sigap menyambut kedatangannya. Perempuan itu memeluk Marissa dengan hangat, lalu menatapnya dengan senyuman tipis. “Kamu datang sendirian?” tanya perempuan bernama Ruth itu dengan kelopak mata sedikit melebar. “Memangnya kamu melihat aku datang bersama siapa? Tenang saja, tidak ada yang mengikutiku.” Marissa menjawab dengan bibir dimanyunkan. “Hanya berjaga-jaga, siapa tahu ‘kan? Kamu tahu sendiri kalau orang-orang di sekelilingmu itu sangat— mengerikan.” Ujar Ruth dengan bahu digedikkan.“Termasu
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Bab 66. ANTARA WANITA DAN MINUMAN

“Jika kamu berhasil menjual satu potong baju minggu ini. Aku akan memberimu upah 10 persen dari harga baju tersebut, bagaimana?” Ruth pun menyetujui usul Marissa yang sepertinya tidak main-main jika soal pekerjaan. “Hem, menarik!” senyumnya mengembang dengan sempurna. “Hitung-hitung, kamu bantu temanmu ini.” Lalu ia meringis dan memperlihatkan sederet giginya. Ruth manyun, lalu menautkan kedua alisnya. “Memangnya kamu sudah berpikir masak-masak soal itu?”Marissa menghembuskan napas dengan kasar, “Mau bagaimana lagi?”“Kamu tidak merasa sayang apa?” selidik Ruth yang mendekatkan diri saat menatapnya. “Sayang kenapa?” Marissa mengernyitkan dahi saat membalas tatapan Ruth yang menurutnya sangat mengherankan. “Ada seorang pria mapan, tajir melintir dan sangat tampan. Dia bersedia menikahimu yang ….” Ruth tidak melanjutkan kalimatnya, ia melirik ke arah Marissa dari bawah kaki sampai atas kepala. “Itu hanya accident, Ruth.” Jawab Marissa sambil melengos.“Accident atau tidak, kenya
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Bab 67. SANTAI SAJA MARISSA

Hanya berselang beberapa minggu saja, galeri fashion milik Ruth sudah kembali ramai seperti sedia kala. Perempuan cantik berambut cepak tersebut melebarkan senyumannya saat melihat sekeliling. Tidak ada raut cemberut atau mengajukan protes karena dulu ia selalu menolak retur produk dari para pelanggan. “Jangan bengong! Bantu aku melayani mereka,” Marissa menyenggol bahu Ruth hingga perempuan itu tersadar. Ia menoleh pada Marissa yang baru saja melewati dirinya dan membaur dengan pelanggan di depan sebuah manekin. “Kenapa bisa?” bisik Ruth setelah mendekat. Marissa menoleh, ia memanyunkan bibirnya lalu mengedikkan kedua bahu. “Buktinya bisa ‘kan?” jawab Marissa singkat. Ia terlihat sangat ramah saat melayani para pembeli yang menurut Ruth sangat cerewet itu. Marissa bersikap profesional seolah dirinya sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut. “Hem, bagus deh.” Ujar Ruth sambil mengangguk pelan. Waktu sudah menunjukkan jam 1 siang. Ruth melirik jarum jam di pergelangan tangan kir
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 68. TESPEK

Marissa terlihat pucat saat ia turun dari lantai atas. Perempuan itu tidak memiliki semangat seperti hari-hari sebelumnya, “Kamu sakit?” tanya Ruth ketika meletakkan dua piring berisi omelet di atas meja makan.“I’m fine,” jawabnya singkat sambil menarik kursi dan duduk di hadapan sepiring makanan yang baru saja dihidangkan oleh Ruth.Ia memijat pangkal hidungnya setelah mencium aroma yang menurut Marissa sangat menyengat. Tangannya meraih segelas air putih dan, “Hoek,” ia merasa mual dan buru-buru membekap mulutnya sendiri.Marissa beranjak dari tempat duduk, ia berlari kecil menuju kamar mandi yang berada di lantai dasar. Sementara Ruth, ia tidak bisa melakukan apapun selain melihat Marissa yang tengah bingung dengan sendirinya.“Kenapa dengannya?” Ruth mengernyitkan dahi dengan kelopak mata dipicingkan.Ruth menyusul Marissa, ia mengetuk pintu kamar mandi untuk memastikan jika sahabatnya itu baik-baik saja. “Marissa, are you ok?” Terdengar bunyi kran air dinyalakan, sepertinya Mar
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 69. POSITIF

Marissa duduk termenung, ia melihat luar jendela dengan sebuah tespek yang ada dalam genggaman tangannya. Garis dua. Ya, ia positif hamil setelah mencoba lari dari dekapan Deniz. ‘Aku harus bagaimana?’ (tanya Marissa dalam hati).Gurat wajahnya terlihat mengeras, meski mau marah rasanya akan sia-sia. Marissa menahannya, menahan semua emosi yang hampir saja meledak di ujung ubun-ubun. Perlahan ia meremas celana berbahan spandek yang dikenakan, tapi kenapa tak juga membuat gemuruh di dadanya bisa reda saat itu juga?“Aku antar ke dokter, ya?” sentuhan di pundaknya membuyarkan lamunan Marissa seketika. Ia yang semula bertarung dengan pikirannya sendiri, mendadak harus mengendalikan perasaannya. Tanpa menoleh, Marissa menggeleng lemah. Tatapannya nanar ke luar jendela seakan ia tidak ingin terusik oleh apapun.“Biar bisa memastikan jika kamu dan calon bayimu,” Marissa beranjak dari tempat duduknya, sehingga meninggalkan bunyi berdecit akibat pergesekan kaki kursi dengan lantai keramik
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Bab 70. HIDUP ITU REALISTIS

Untuk apa pulang, jika tidak ada ruang untuk berbagi. Gempitanya redam setelah apa yang diinginkannya terkabul dengan mudah, tapi kenapa Marissa seakan tidak suka. Ia meremas kertas yang beberapa waktu lalu sampai ke tangannya. “Marissa,”Lekas ia mengangkat tangan kanannya, menandakan jika Marissa tidak menerima bentuk protes atau apapun saat ini. Semesta memang lucu, ketika mempertemukan dua insan tanpa rasa menjadi sebuah asa. Begitu pula cara memisahkannya, hingga Marissa tidak bisa mengekspresikannya dengan tawa sekalipun. “Maafkan aku,” Ruth mundur kembali, ia berbalik arah dan meninggalkan Marissa dalam kesunyian. Ia sempat menoleh setelah berjalan beberapa langkah. Ruth melihatnya masih dalam posisi yang sama, Marissa mematung dengan tatapan yang— entah. Tanpa mediasi ataupun kehadirannya dalam persidangan. Pihak pengadilan langsung mengabulkan permohonan gugatan cerai yang dilayangkan beberapa waktu lalu, tapi kenapa Marissa tidak terlihat senang atau bahagia? ‘Kamu pas
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status