Home / Romansa / Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder / Bab 70. HIDUP ITU REALISTIS

Share

Bab 70. HIDUP ITU REALISTIS

Author: Purple Rain
last update Huling Na-update: 2024-03-05 22:43:32

Untuk apa pulang, jika tidak ada ruang untuk berbagi. Gempitanya redam setelah apa yang diinginkannya terkabul dengan mudah, tapi kenapa Marissa seakan tidak suka. Ia meremas kertas yang beberapa waktu lalu sampai ke tangannya.

“Marissa,”

Lekas ia mengangkat tangan kanannya, menandakan jika Marissa tidak menerima bentuk protes atau apapun saat ini.

Semesta memang lucu, ketika mempertemukan dua insan tanpa rasa menjadi sebuah asa. Begitu pula cara memisahkannya, hingga Marissa tidak bisa mengekspresikannya dengan tawa sekalipun.

“Maafkan aku,” Ruth mundur kembali, ia berbalik arah dan meninggalkan Marissa dalam kesunyian.

Ia sempat menoleh setelah berjalan beberapa langkah. Ruth melihatnya masih dalam posisi yang sama, Marissa mematung dengan tatapan yang— entah.

Tanpa mediasi ataupun kehadirannya dalam persidangan. Pihak pengadilan langsung mengabulkan permohonan gugatan cerai yang dilayangkan beberapa waktu lalu, tapi kenapa Marissa tidak terlihat senang atau bahagia?

‘Kamu pas
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 71. ADA APA DENGAN KOTA ADANA?

    Srettt ….!Suara kartu kredit unlimited digesek tanpa ragu. Ruth meniup napas dari arah mulut untuk meredam gejolak emosi yang tiba-tiba saja membuat kepalanya hampir meledak. Tagihan yang tertera di atas nota saat ia menghadap meja resepsionis rumah sakit mengharuskannya mendapatkan uang yang tidak sedikit dalam waktu singkat.“Berapa nomor aksesnya?” tanya Ruth seakan tidak memperdulikan kondisi Marissa yang menahan sakit. Dengan kesadaran yang sisa separuh, Marissa melirik pada tangan Ruth yang tengah memegang black card miliknya. “Cepat Marissa! Sudah tidak ada waktu lagi, demi bayi yang ada dalam kandunganmu.” Kata Ruth yang mendesaknya di hadapan perawat dan dokter obgyn.“Nona,” salah satu perawat mencoba untuk menghentikan aksi bar-bar Ruth yang dinilai anarkis pada pasien mereka.“Jangan sekalipun menghalangi! Kalau tidak, maka pasien ini urung melakukan tindakan operasi.” Ancam Ruth tidak main-main.“R-Ruth,” sepotong kata itu terdengar serak di dalam ruangan operasi.Ruth

    Huling Na-update : 2024-03-08
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 72. PILIHAN YANG SULIT

    “Ruth? Ruth Asmeer Khalif?” Deniz mengulang ucapan dari resepsionis rumah sakit dengan dahi berkerut.Ia menoleh ke samping di mana Sam tengah berdiri di sisinya. Sam menggeleng saat kedua mata mereka saling bersirobok. “Apa Tuan muda mengenalnya?” tanya Sam dengan setengah berbisik.Deniz menggeleng lemah, “Tidak.” Jawabnya singkat sambil memasang wajah penuh kekecewaan.Deniz tiba di kota Adana tepat menjelang malam hari, musim dingin sempat menunda penerbangannya ke kota tersebut hampir dua jam. Ia yang baru menginjakkan kaki ke kota wisata tersebut langsung menuju ke rumah sakit swasta dengan petunjuk Sam.“Bekukan!”“Tapi Tuan muda,”“Tidak ada kata— tapi. Kamu mau mereka menguras uangku begitu saja?” Deniz membalikkan badan dan langsung mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Sam.“Tidak Tuan, maafkan saya.” Sam menelan salivanya dengan pandangan tak tenang.Sam menghela napas perlahan setelah Deniz menurunkan jari telunjuk dari hadapannya. Ia melihat pria itu berkac

    Huling Na-update : 2024-03-09
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 73. PART TIME

    Hampir 6 tahun Marissa terbiasa hidup berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat yang lain. Sengaja ia memilih hidup terpisah dengan Ruth sejak kejadian di malam itu, Marissa mencoba peruntungan baru dalam kehidupannya.“Tapi kamu akan membutuhkan tenaga orang lain untuk membantu merawat putrimu,” saran Ruth waktu itu.“Tidak, aku bisa sendiri Ruth.” Jawabnya tanpa ragu sedikitpun.“Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Tapi dengan modal yang tidak seberapa besar ini, bagaimana kamu akan menghidupi putrimu Marissa?” “Aku bisa, tenang saja.” Ucapan Marissa seperti keputusan yang mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Dan Ruth pun tidak bisa berbuat apapun selain mengiyakan, lalu ia meninggalkan Marissa dan putrinya pada sebuah rumah kecil di pinggir kota Adana.“Huft, ….” Marissa memegang buku tabungan dengan helaan napas kuat.Perempuan itu duduk di meja makan setelah ia memeriksa nominal dalam rekeningnya. “Tinggal segini, aku harus mencari kerja tambahan.” Marissa bermonolog dengan dir

    Huling Na-update : 2024-03-10
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 74. HARUS MEMILIH

    “Aku tidak berbohong kepadamu, kamu tahu itu bukan?” tatapannya begitu tajam, seakan ia tidak melepas mangsanya kali ini.“Deniz, di sini kita akan bersenang-senang. Kenapa kamu ingin mengerjai perempuan ini?” bisik pria yang duduk di tengah sofa atau lebih tepatnya berada tepat di samping Deniz.Tentu saja kedua pria yang datang bersama Deniz tidak mengetahui hubungan di antara mereka berdua. “Jangan keterlaluan begini,” lanjut pria tersebut masih dengan setengah berbisik.Meski tidak mendapatkan respon dari Deniz, setidaknya mereka berusaha untuk mencegah sikap Deniz yang dinilai sedikit keterlaluan. “Bukankah kamu sudah terbiasa menghadapi klien seperti kami karena ini adalah pekerjaanmu?” ujar Deniz yang tidak mengalihkan pandangan sedikitpun.Marissa menelan salivanya, ia terpaku sejenak. “Katakan, apa yang harus saya lakukan?” Raut wajahnya terlihat tidak santai, Marissa merasa sedang dijebak. Setelah proses pelarian yang dilakukannya, kenapa ia bertemu dengan Deniz di tempat

    Huling Na-update : 2024-03-12
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 75. MUCIKARI

    “Siapa kamu? Kenapa berani membentakku?” Mike yang semula terdiam kini membalas dengan tatapan yang dingin.Dengan langkah perlahan, Deniz menuruni anak tangga. Ia membuang rokok filter yang masih tersisa banyak, lalu berhenti tepat di hadapan Mike.“Kamu tidak perlu tahu siapa aku,” dengan santai Deniz menjawab.Sementara itu, kedua kolega bisnis yang sejak awal menemaninya telah pergi setelah kejadian Marissa yang dramatis. Kolega bisnis sekaligus teman baik Deniz itu sangat menyayangkan sikap Deniz yang berlebihan, hingga Deniz harus memberikan alasan pada yang tepat. “Aku mengenalnya, dia pantas mendapatkan semua itu.” Tetap saja Carlos dan temannya tidak membenarkan permasalahan pribadi yang terjadi di antara keduanya.“Ada masalah apa dengan Tuan? Kenapa repot-repot mengurusi urusan kami?” tanya Mike yang menyadari, jika pria di hadapannya adalah salah satu dari tamu yang telah memesan jasa— Marissa.“Jika ada kaitannya dengan perempuan itu, maka urusanmu akan menjadi urusanku.”

    Huling Na-update : 2024-03-13
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 76. HARUS BAGAIMANA LAGI?

    “Ke mana saja kalian, hah?!” cecar Ruth saat melihat Marissa dan Mike datang di waktu yang sama. Marissa berhenti di sebelah lemari brankas yang terdapat di sudut lorong rumah sakit, napasnya terlihat memburu. “Sorry, dia mabuk.” Jawab Mike sambil melirik ke arah Marissa. “Hah, kok bisa?” Ruth mengernyitkan dahinya, lalu menatap Mike dan Marissa secara bergantian. Bagi Ruth, saat ini bukan waktunya bercanda. Ia harus mendapatkan penjelasan yang tepat sebagai penebus rasa bersalah mereka. “Aku kerja sama dia malam ini, Ruth.” Sahut Marissa setelah napasnya kembali terkendali. “What?!” Ruth sedikit memekik. “Jangan terkejut seperti itu, kamu tahu kan kalau aku butuh duit.” Ujar Marissa yang merasa tidak melakukan kesalahan sedikitpun. “Kamu masih punya aku, Marissa. Bukankah kita sepakat akan mengurus Elizabeth bersama?” ia protes akan tindakan Marissa yang menurutnya sudah kelewat batas. “Aku masih sehat, Ruth. Aku bisa cari uang sendiri dan aku tidak mau merepotkan siapapun,”

    Huling Na-update : 2024-03-14
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 77. JANGAN MEMBANTAH!

    Tangisnya memang sudah mengering, tapi rasa sesak di dada masih memenuhi ruang hati Marissa. Ia duduk di sebelah bed pasien sambil memegang tangan putrinya. Tatapan matanya kosong, bahkan ia tidak menyadari saat Ruth datang menyapa.“Mungkin ini adalah saatnya,” Ruth duduk di sampingnya, ia memegang pundak Marissa dengan lembut.Marissa menoleh dengan dahi berkerut, “Untuk ….?” tanya Marissa seiring dengan kedua alisnya yang saling bertautan.“Mengatakan yang sebenarnya pada, Deniz.” Jawab Ruth tanpa ragu.Marissa memalingkan wajahnya ke samping, lalu ia kembali menatap Ruth dengan sengit. “Jangan berharap untuk itu. Aku masih bisa mengurus putriku,” “Jangan keras kepala, Marissa. Ini juga kewajiban Deniz sebagai ayahnya, kamu tidak bisa melakukannya sendirian seperti ini terus menerus.” Kata Ruth agar Marissa berterus terang pada Deniz tentang putrinya— Elizabeth.Keduanya saling menatap dengan lekat, “Tidak akan pernah,” garis wajah Marissa terlihat mengeras. Perempuan itu merasaka

    Huling Na-update : 2024-03-18
  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 78. DASAR MANIAK

    Kasur dan bantal yang empuk membuat Marissa terbuai dalam mimpinya, cukup lama. Ia begitu berat ketika hendak membuka kelopak matanya, “Shit,” gumam Marissa sambil memegang kepala bagian kanan.“Pelan-pelan saja, tidak perlu dipaksakan.” Suara berat itu membuat Marissa tergagap. Buru-buru ia mengumpulkan kesadaran penuh dan membetulkan posisi duduknya di atas ranjang berukuran king.“A-Aku di mana?” matanya melebar saat menatap ke arah mantan suaminya— Deniz Anzel Ghazy.“Kamu tidak mengucapkan terima kasih padaku?” Deniz duduk di sebuah kursi sofa dan menghadap tepat ke arah ranjang di mana Marissa masih berada di atasnya.Perempuan itu mengerutkan dahinya, “Untuk apa?” ia menarik selimutnya lebih tinggi sampai ke batas dada.“Kalau kamu tidak aku tolong, aku tidak tahu bagaimana keadaanmu sekarang ini. Tenang saja, aku tidak macam-macam denganmu.” Kata Deniz saat beranjak dari tempat duduknya, ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana bahan yang dikenakan.Marissa bingung, ia

    Huling Na-update : 2024-03-18

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   108. HAPPY

    "Seberapa kaya dirimu, Mas?" tanya Marissa saat keduanya tengah menikmati semilir angin di teras balkon bungalow. Pemandangan laut telah menyihir mereka untuk tetap berlama-lama di waktu menjelang siang hari. Matahari bersinar cukup terik, tapi tidak mengusik ketenangan mereka sedikitpun. Bahkan sekarang keduanya tengah menikmati segelas jus nanas untuk Marissa dan segelas wine untuk, Deniz. Deniz memanyunkan bibirnya ketika mendengar pertanyaan dari, Marissa. "Sangat kaya," jawabnya kemudian menyesap minumannya dengan penuh perasaan. "Sebesar apa? Kenapa keluarga Ghazy bisa masuk ke jajaran pengusaha sukses di rate 10 orang terkaya di dunia?" Marissa penasaran, ia ingin mendapatkan satu kisah tentang keluarga Ghazy dari mulut suaminya sendiri. "Kamu tidak akan bisa menghitungnya, apalagi dengan jari-jari lentik itu." Deniz menggeleng pelan, lalu mengalihkan pandangannya ke laut lepas yang ada di hadapannya. Marissa mengarahkan bola matanya ke samping dengan bibir dilipat k

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   107. HAPPY BIRTHDAY

    Kaki jenjang sehalus susu itu berlari kencang menghampiri ombak yang menggulung di bibir pantai. Saat kaki indahnya basah karena sapuan air laut, Marissa tergelak senang. Tawanya begitu lebar hingga kelopak matanya hanya terlihat bagaikan garis melengkung.Deniz tersenyum tipis saat melihat perempuan cantik yang sedang menari dan berputar lincah itu sedang melambaikan tangan ke arahnya. Deniz membalasnya, hingga menampilkan deretan gigi putih rapi miliknya. Ia memilih untuk menikmati panorama senja dengan siluet Marissa yang menawan di hamparan pasir putih, bahagia; itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini.Setelah memuaskan diri dengan hanya menatap presensi Marissa di tepi laut, Deniz yang mengenakan setelan casual pun menggulung celananya hingga batas betis dan berniat untuk ikut bergabung dengan istrinya. Sepertinya berlarian di atas pasir dan mengejar perempuan menawan di depannya dengan sebuah godaan adalah hal yang sangat menyenangkan saat ini, hin

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   106. RENCANA DENIZ

    “Really?” Marissa masih mematung di tempat, bola matanya hampir lepas dengan decak kagum menjadi-jadi.“Kamu belum pernah naik pesawat?” tanya Deniz saat langkah kakinya berhenti tepat di samping, Marissa.Marissa menoleh cepat, ia dengan wajahnya yang tercengang namun bagi Deniz apa yang dilihatnya sungguh menggemaskan. “Ini jet pribadi, Mas.” Jawabnya sangat antusias.“Iya, terus?” Deniz memiringkan kepalanya, nampak dua alisnya saling bertautan.“Kalau naik pesawat di bandara-bandara gitu sih udah biasa, Mas. Marissa kan belum pernah ngerasain naik pesawat pribadi model begini, apalagi ini adalah milik suaminya aku.” Gestur wajahnya berubah-ubah saat menjelaskan, kadang kelopaknya memicing serius, lalu berubah menjadi datar kemudian tergelak senang.Deniz menikmati pemandangan di hadapannya seperti sebuah mukjizat, baginya Marissa bukan hanya sebagai obat dalam hidupnya, namun perempuan itu adalah anugerah dari Tuhan yang diturunkan untuknya. “Milik aku itu juga milik kamu, Sayang

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   105. APRESIASI

    "Jangan telat minum obat, Deniz! Apalagi sengaja untuk lupa," canda dokter Sunny. "Tenang saja Dok, kan sudah ada alarm original buat ingetin aku." Jawab Deniz dengan senyum simpulnya. "Alarm original?" ulang dokter Sunny sambil mengernyitkan keningnya. Deniz melirik Marissa yang duduk di sebelahnya, "Ini alarm original ku, Dok." Senggol Deniz pada lengan istrinya yang sejak datang memilih untuk diam dan tidak banyak bicara. "Idih, apaan sih?" ujar Marissa malu-malu. "Tapi ada benarnya lho, sejak kalian kembali rujuk, aura Deniz berubah menjadi semacam lampu mercusuar yang menerangi lautan lepas." Kata dokter Sunny dengan antusias. "Jokes Anda sungguh terlalu Dokter, segala lampu mercusuar dibawa-bawa ...." Deniz tergelak. "Aku tidak bohong, Deniz. Kamu sebelum kembali dengannya, jangankan rutin melakukan fisioterapi ataupun medical check up. Untuk obat pun kamu sengaja tidak mau menebusnya, padahal dari segi finansial seorang CEO perusahaan manufaktur terbesar di dunia,

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   104. DOUBLE BREAKFAST

    Satu bulan berlalu, sejak masa fisioterapi yang dilakukan Deniz di London kala itu. Kini Deniz aktif melakukan olahraga rutin seperti jogging ringan untuk membantu mempercepat proses pemulihannya. Semua perubahan drastis itu tidak lepas dari peran Marissa yang menyiapkan makanan sehat untuk menyeimbangkan asupan yang masuk ke dalam tubuh, Deniz. "Mas, diminum dulu jusnya." Marissa membawakan satu gelas jus jeruk segar setelah Deniz datang dengan keringat penuh membasah hampir di seluruh tubuhnya. "Makasih Sayang," lalu Deniz menghabiskan jus jeruk di tangannya seperti onta yang sedang berada di tengah gurun Sahara. "Hm ...." jawab Marissa bergumam, tentu saja di bibir berpoles warna pink nude itu tidak lepas menarik garis senyuman. "Oh ya, Mas mau sarapan apa? Aku masakin bentar ya, setelah ini Mas mandi dulu. Kita ada janji lho sama dokter Sunny, aku tidak ingin Mas terlambat untuk itu." Lanjut Marissa yang hendak pergi ke arah dapur. "Eeeh .... tunggu dulu, mau ke mana Sa

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 103. OPTIMIS

    Genap 3 Minggu mereka menghabiskan waktu di London, Inggris. Marissa dengan sabarnya mendampingi Deniz dalam segi pengobatan dan juga kesembuhan mentalnya. Seperti hari ini di mana Marissa menghabiskan waktu setengah harinya melatih Deniz untuk berjalan meskipun masih dengan bantuan tongkat penyangga. Merasa lelah setelah berputar di taman rumah sakit, mereka berdua memutuskan untuk kembali ke dalam ruangan. Tak putus kata semangat Marissa lontarkan, "Bagus Mas, ya, terus .... pelan-pelan, kalau capek kita bisa berhenti dulu." Marissa memegang pinggang Deniz dengan erat, sementara tangan kiri suaminya dilingkarkan pada bahunya agar mereka bisa berjalan secara beriringan. "Kalimat kamu itu, bisa diralat nggak sih?" sahut Deniz dengan napas sedikit tersengal karena menahan nyeri di bagian sendinya. "Kalimat aku? Bagian yang mananya, Mas?" tanya Marissa dengan dua alis menukik tajam. "Kalau kalimat itu terucap lagi dari bibir kamu, bisa-bisa orang menyangka kalau kamu itu lagi a

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 102. LOVE YOU MORE, MAS!

    Marissa masih terjaga saat jarum jam di dinding menunjukkan angka 11 malam. Ia melihat Deniz sudah tertidur pulas sejak kepulangan mereka 4 jam yang lalu. Marissa membuka kacamata minusnya, lalu meletakkan ke samping lembaran dokumen yang baru saja ia pelajari, Marissa harus memenuhi konsekuensinya untuk membantu mengembalikan data perusahaan milik suaminya. seperti yang diketahui sebelumnya data perusahaan yang Deniz pimpin telah bocor, akibat beberapa akses perusahaan manufaktur yang dipegang terakses oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dipijatnya pangkal hidung yang terasa nyeri, "Kenapa tingkat keamanannya tidak berlapis? Padahal perusahaan ini begitu besar. Selama ini mereka fokus ngerjain apa aja sih? Bisa-bisanya data investor, kolega serta pemilik saham bisa kecolongan seperti ini." Monolog Marissa dengan helaan napas berat. Langkah kakinya menuntun Marissa menuju dapur apartemen, ia membuka satu botol Tequila dan menuangkannya ke dalam gelas kristal. Otaknya harus ri

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 101. GIVE ME MORE ++

    Di kursi belakang, Marissa merebahkan bobot tubuh Deniz di atas kursi penumpang. Ia meminta agar Sam memberi mereka waktu sebentar. Berbekal beberapa lembar uang yang diberikan Marissa, Sam pun memilih untuk menunggu dua anak manusia yang tengah terbakar gelora itu di sebuah Coffee Shop. Menyesap kopinya dengan penuh hati-hati, Sam hanya bisa bergumam kala melihat SUV berwarna hitam di tepi parkir tengah bergoyang secara perlahan. Bibirnya berjengit menarik senyuman, lalu menggeleng kecil saat memikirkan apa yang telah terjadi di dalam sana. Kepulan asap yang keluar dari arah pods yang dihembuskan oleh Sam membuat perasaannya sedikit lega. Hingga tiga puluh menit berlalu, belum ada tanda-tanda mereka yang ada di dalam mobil akan menyerah. "Harap maklum, Sam. Mereka sudah menahannya cukup lama ...." monolog Sam pada dirinya sendiri. Dan suara geram tertahan itu berkali-kali lolos dari mulut Deniz saat Marissa mencari kepuasan di bawah sana. Dengan posisinya yang mendominasi di

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   Bab 100. JUST CODDLING

    "Sakit, Sayang ...." Peluh Deniz menetes dari keningnya, ia menahan bobot tubuhnya di tiang penyangga yang terdapat di kedua sisi tangannya. Hampir saja menyerah ketika dirinya sudah terlalu nyaman duduk di kursi roda. Penyakit tidak percaya dirinya muncul begitu saja saat dua kakinya tidak lagi mampu berpijak dengan tepat di atas lantai. "Ada aku, Mas. Jangan menyerah!" bisik Marissa sambil mengangkat sebelah tangan suaminya dan meletakkan di bahu agar Deniz tidak terjatuh. Deniz menggeleng lemah, deru napasnya tidak teratur. "Mas duduk dulu, istirahat lah! Aku ambil minum sebentar, Mas." Marissa pergi ke sudut ruang setelah mendudukkan Deniz di sebuah sofa untuk mengambil satu botol air mineral. "Jangan dipaksa, pelan-pelan saja Nyonya Sawyer." Ucap salah satu perawat yang menghampirinya. Marissa menoleh, ia terlihat sangat tegang. "Oh, i-iya." Kata Marissa sambil mengangguk ragu. "Butuh waktu, Nyonya harus bersabar saat mendampingi tuan Ghazy." Sambung perawat di ha

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status