Lily menghela napas, lalu membuang pandangan, tampaknya air mata akan mengalir di pipi. Lalu dia menatap perutnya yang membesar. “Mereka hanya peduli dengan bayi-bayi ini,” ratap Lily. “Dan kau tidak nyaman dengan keadaan itu?” tebak Apollo lagi suara baritonnya sekarang menenangkan Lily. Wanita itu menoleh ke arah Apollo lalu terseyum. “Kamu pasti terganggu dengan celotehanku tadi, ya?” Apollo menggeleng, “Tidak. Sama sekali tidak. Katanya, perempuan perlu mengeluarkan berpuluh ribu kata dalam satu hari. Aku lihat, kau jarang bicara kalau di apartemen. Jadi, wajar saja kalau sekarang kau banyak bicara.” Mata Lily membesar, tidak sangka kalau Apollo bisa memperhatikan sikapnya sehari-hari. “Kau—kau memperhatikanku?” “Aku hanya melihatmu, karena aku ada di sekitarmu, benar, kan?” Lily, “Kau benar. Boleh aku bertanya?” “Silakan. Asal jangan tanya nama asliku,” canda Apollo tersenyum lebar, sedangkan Lily tidak ada ekspresi apa pun. “Ke mana kau akan membawaku? Apa aku akan dicul
Read more