Home / CEO / Anak Jenius Milik Sang Presdir / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Anak Jenius Milik Sang Presdir: Chapter 151 - Chapter 160

271 Chapters

Bab 150. Harus berjauhan.

"Maafkan kami Rimbun. Kami tidak bisa menemukanmu. Selama ini Kakek sudah melakukannya berbagai cara untuk menemukanmu. Tapi kami kehilangan jejak. Kakek sudah putus asa. Akhirnya, Tuhan menjawab semua doa Kakek dan mempertemukan kita." ucap Kakek, menyeka air matanya yang masih menetes."Ah, iya Kek. Rimbun senang bisa bertemu kalian. Walau Rimbun sama sekali tidak mengenal kalian." jawab Rimbun membuat Kakek semakin bersedih."Jangan bicara seperti itu Cucuku. Aku ini Kakek mu. Kakek yang mencintaimu melebihi apapun. Dan dia, adalah Kakakmu, kakak yang menyayangimu bahkan dari dulu ketika kau masih didalam perut Ibumu." menunjuk Al'."Benar Rimbun. Jika kamu tau, bagaimana dulu aku sangat senang ketika Ibu dinyatakan Hamil. Saat itu aku sudah berusia tujuh tahun. Ketika ibu melahirkan bayi perempuan, kami sangat bahagia. Tapi, kebahagiaan itu seketika lenyap ketika Kecelakaan yang menimpa kalian merenggut Nyawa Ayah dan Ibu serta membuat kami kehilangan kamu." ucap Al'."Bagaimana s
Read more

Bab 151. Apa Rimbun diculik?

Bab 151. Malu sendiri.Hari sudah berganti hari. Sudah lebih dari sepekan Rimbun tinggal bersama keluarganya."Kamu senang tinggal bersama kami?" tanya Kakek."Ah iya Kek. Tentu aku senang." jawab Rimbun."Bahagianya hati Kakek Rimbun. Akhirnya cucu perempuan Kakek bisa kembali pada Kakek." Kakek mengusap usap punggung tangan Rimbun."Rimbun, Rimbun. Sesuai dengan kemauanku, saat kamu lahir. Memberimu nama Rimbun yang artinya teduh. Kamu meneduhkan hati semua orang yang ada di sekitarmu. Sejuk, damai rasanya jika ada kamu seperti ini." ucap Kakek, masih mengusap usap punggung telapak tangan Rimbun."Ck, kenapa bisa secocok itu pendapat kalian. Ayah dan ibu juga pernah berkata demikian. Bahkan mereka tidak pernah mau memanggilnya nama panjangku. Rimbun. Rimbun. Selalu itu.""Haha.. Ternyata, orang tua angkatmu peka juga. Melihat namamu di dalam kalung itu. Dan memiliki pemikiran yang sama dengan kita.""Tapi kek, aku jadi penasaran dengan kalung itu. Sebesar apa sih kalungnya? Kok muat
Read more

Bab 152. Malu sendiri.

"Glen!" Tiba-tiba Daniah datang menghampiri mereka."Kalian mau kemana?""Daniah . Sebaiknya kamu ke kamar saja. Kami harus pergi sekarang juga!" Glen cepat menghampiri istrinya."Pergi? Kemana? Ini kan hari Minggu. Aku ikut ya?""Eh, tidak tidak. Ini bahaya." cegah Ken."Bahaya? Apa maksudnya?""Daniah sayang. Benar kata Ken. Ini bahaya. Kami akan pergi menyelamatkan Rimbun." ucap Glen."Hah! Rimbun. Bukankah Rimbun sudah menemukan keluarga kandungnya? Apa Rimbun diculik?" Daniah pun terkejut sekali."Bisa jadi. Bisa jadi, Rimbun di culik dengan mereka yang mengaku sebagai keluarga Kandungnya itu. Karena sampai saat ini, Rimbun tidak bisa dihubungi dan tidak bisa ditemui.""Hah! Yang benar?" Daniah langsung panik."Kalau begitu, cepat selamat Rimbun Glen, Ken. Kalian harus bisa menemukan Rimbun dan membawanya kemari.""Tentu Daniah. Tenang lah. Kami akan mendapatkan Rimbun dan membawanya kemari.""Iya. Cepat lah." Ucap Daniah."Em. Kami pergi ya?" tak lupa Glen mencium kening Dania
Read more

Bab 153. Pelan tapi pasti.

"Aku sangat merindukanmu, Jelek. Kamu tidak merasakan itu." Ken menyentuh bibir Rimbun, dengan satu tangan menahan kepala Rimbun.Rimbun ingin bersuara, tapi kerongkongan nya seperti tercekik saja. Hanya bisa menatap kedua mata Ken. Dengan jantung yang sudah tak karuan."Apa sedikit pun, kamu tidak merindukan aku?" tanya Ken, tanpa melepaskan pandangannya."Aku, aku merindukan mu, jika tidak, mana mungkin aku kemari untuk menemui mu." jawab Rimbun, juga masih tak melepaskan pandangannya."Sungguh?"Rimbun hanya mengangguk."Bukan Rindu untuk memukulku?"Rimbun menggeleng."Bukan Rindu, untuk bertengkar denganku?"Rimbun kembali menggeleng."Kamu Rindu pelukanku?"Rimbun mengangguk kecil."Kamu Rindu ciumanku?" tangan Ken kembali menyentuh bibir Rimbun.Rimbun kembali mengangguk kecil. "Aku merindukan semuanya."Hati Ken mendadak berbunga bunga. Dada pria itu hampir meledak dibuat oleh jawaban Rimbun kali ini."Sungguh?"Rimbun mengangguk kembali."Kalau begitu, aku ingin mencium mu. K
Read more

Bab 154. Masih cerita bulan madu.

Tidak seperti biasa. Hari ini Daniah terlihat sibuk bebenah di kamarnya. Melihat Glen masih mendengkur disiang bolong pada hari Minggu ini, Daniah ingin mengisi waktunya untuk merapihkan Lemari. Sedari kemarin, Daniah ingin merapihkan itu. Untuk meminta pelayan mengerjakan Daniah enggan.Daniah juga sedang tidak ingin mengusik istirahat sang suami yang terlihat lelah , mungkin aktivitas tambahan yang akhir akhir ini sering Glen lakukan tanpa henti membuat Glen terlihat lebih cepat lelah.Daniah paham itu, tersenyum menatap suaminya. Sempat menciumi kening Glen sambil berbisik."Aku bahagia sekali, bisa menikah denganmu Glen. Aku sungguh beruntung." kemudian melangkah menghampiri lemari. Mulai membongkar satu persatu pakaian dan merapihkan nya."Apa ini?" Daniah menemukan sebuah pakaian di dalam sebuah laci.Daniah mengeluarkannya."Astaga!" hati Daniahmemekik, saat memeriksa baju yang terkoyak itu.Sambil meremas baju itu, Daniah menoleh pada Glen yang masih tertidur."Glen." air m
Read more

Bab 155. Ternyata, Playboy cap tikus.

"Benarkah?""Sella itu, salah satu dari teman Al'. Ya mungkin, dia banyak bercerita tentang aku pada Al'. Itu sebabnya, Al' jadi membenciku." jelas Ken.Glen kali ini tergelak."Kenapa tertawa?" Ken langsung melotot."Tidak. Aku hanya sedikit khawatir. Masa lalu mu akan membuatmu kesulitan dalam mendapatkan hati keluarga Rimbun.""Itu tidak penting Tuan. Yang terpenting adalah, Rimbun sudah mau menerima aku. Dan masalah masa lalu ku, Rimbun sudah tau sejak awal. Dia sudah tau alasanku punya banyak pacar." jelas Ken."Ah iya. Kamu benar Ken. Yang terpenting adalah Rimbun sendiri. Jika dia menerima mu apa adanya, maka itu tidak akan sulit.""Baiklah. Jika tidak butuh persiapan khusus, maka malam ini kita akan pergi ke Rumah keluarga Rimbun untuk melamarnya."Mendengar ucapan serius dari Glen, Daniah dan Rimbun menghentikan obrolan tidak penting mereka. Kini menoleh pada Kedua pria di samping mereka itu." Jadi ini serius Glen Kita akan melamar Rimbun malam ini juga?" tanya Glen."Iya s
Read more

Bab 156. Bila perlu, Besok!

Setelah Daniah sudah menyampaikan maksudnya kepada Ayah begitu juga dengan Glen dan Ken. Mereka sepakat untuk berangkat langsung ke rumah keluarga Rimbun malam ini juga.Dengan mengendarai dua mobil yang berbeda. Daniah bersama Glen dan Ayah, menggunakan sopir tentunya. Ken bersama Rimbun, tanpa seorang Sopir.Terdengar suara nafas Glen yang kasar."Glen, kamu kenapa?" tanya Daniah seperti menangkap kegelisahan di wajah suaminya."Aku hanya sedang memikirkan Ken. Bisa-bisanya melamar seorang gadis dengan tangan kosong tanpa persiapan apapun. Kamu tau Daniah, Keluarga Fiandi itu, termasuk Keluarga terpandang di kota ini. Apa itu tidak memalukan?""Aku juga tidak mengerti, apa mungkin setelah ini Ken akan mengirim hadiah untuk keluarga Rimbun? Kita juga tidak tau kan?""Haha.. mana ada seperti itu. Yang namanya hadiah lamaran, datang bersama orang yang melamar. Masa iya menyusul?" bantah Glen."Mungkin, Ken takut di tolak. Jadi, menyiapkan apapun akan percuma." jawab Daniah."Kamu benar
Read more

Bab 157. Berjalan tanpa pesta.

Hanya selang satu hari saja dari hari dimana Ken resmi melamar Rimbun. Acara pernikahan mereka pun benar benar akan dilaksanakan.Tanpa ada persiapan khusus atau pun pesta meriah.Bahkan tidak menyebar undangan satu pun entah dari pihak Keluarga Rimbun ataupun dari Pihak Ken sendiri. Hanya kerabat dekat saja yang diundang secara langsung untuk datang.Bukan tanpa alasan, semua itu keinginan dari Rimbun yang meminta langsung pada Ken sendiri. Meskipun awalnya dapat penolakan keras dari Kakek ataupun dari pihak Ken.Sehari sebelum hari itu dimulai."Rimbun tidak ingin ada pesta Kek, untuk apa sih? Toh semua orang tidak ada yang Rimbun kenal. Dan tidak ada yang kenal dengan Rimbun." ucap Rimbun, ketika mereka sedang berkumpul untuk membahas perihal pernikahan."Justru itu Rim, kita perlu mengadakan pesta besar agar kau mengenal dunia sekelilingmu sekarang itu seperti apa, dan Mereka mengenal siapa kamu sebenarnya. Bukan hanya para Pemulung saja yang mengenalmu!" tegas Ken."Tidak perlu.
Read more

Bab 158. Kita lomba.

Ini belum terlalu malam, masih sekitar pukul Delapan. Tapi Rumah besar Keluarga Fiandi sudah terlihat sepi dari keramaian sanak saudara tadi.Rupanya setelah akad nikah Ken dan Rimbun usai, mereka langsung bubar. Pulang ke rumah masing masing karena tidak ada lagi yang harus di tunggu. Menunggu pesta? Masih tahun depan. Itu pun baru rencana.Saat ini Ken sudah membawa Rimbun ke tempat yang semestinya. Itu sudah pasti Villa milik Ken. Ini rencana Ken memang, tapi Ken sempat lupa saking senengnya."Ken, kamu mau pulang kemana?" tanya Glen, saat mereka sudah siap di depan mobil masing-masing."Hah! Kemana? Maksudnya?" Ken seperti masih linglung, menoleh pada Glen dan kemudian kepada Rimbun yang menggenggam erat tangannya."Tuan Glen bertanya, kita mau kemana ini?" Rimbun kali ini yang bertanya sambil menarik tangan Ken.Ken masih belum menjawab, mengangkat kedua bahunya."Kamu sendiri mau pulang kemana?" Ken balik bertanya pada Rimbun."Tidak tau. Aku kan tidak punya Rumah. Ini rumah Kel
Read more

Bab 159. Episode spesial Remuk.

Tidak tahu jam berapa sekarang. Tidak ingat semalam terjaga sampai jam berapa. Mulai tidur juga jam berapa. Tidak ada jam yang bisa di lihat. Hp juga tidak ada yang di dekat mereka.Hanya remangnya lampu tidur saja yang terlihat, menandakan jika pagi belum datang.Rimbun menggeliat, merasakan sesuatu merayap di bagian tubuhnya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Antara sadar dan tidak. Tapi seperti nyata. Ingin membuka mata, namun kantuk begitu menguasai matanya.Seperti sedang bermimpi tapi terasa nyata. Sentuhan demi sentuhan langsung di kulitnya membuatnya merinding. Namun seperti ingin merasakannya lagi dan lagi. Geli, tapi kok enak.Rimbun memaksa untuk membuka matanya."Eh, tuan Ken. Kita sudah menikah ya. Aku lupa." kembali dia memejamkan matanya.Walau matanya di kuasai kantuk yang sangat, tapi otaknya masih bisa bekerja dibawah alam sadarnya. Rasa geli di dadanya perlahan berubah, menjadi rasa yang gimana gitu. Rimbun Menggeliat, lalu terdengar mengeluh. Lagi, kemudian la
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
28
DMCA.com Protection Status