“Thanks, Paman. Aku mengerti Joice. Aku memahami dia sedang difase move on. Aku akan menunggu sampai dia siap. Kau jangan khawatir, Paman. Keinginan utamaku adalah membahagiakannya, bukan membuatnya merasa menderita ataupun tidak nyaman.”“Joice beruntung memilikimu yang selalu ada di sisinya. Kalau saja di awal aku sudah bertemu denganmu, maka aku akan menjodohkanmu dengan Joice. Tidak akan pernah aku biarkan Joice menikah dengan pria berengsek.” Albern tersenyum samar mendengar apa yang Dean katakan. “Apa yang sudah berlalu tidak perlu disesali, Paman. Mungkin takdir baru mempertemukanku dengan Joice setelah Joice menikah dengan Marcel, karena ada maksud dan tujuan sendiri.”“Ya, kau benar, Albern. Kau sangat bijak. Aku menyukai caramu berpikir. Baiklah, aku harus meeting. Jika kau ada waktu, sore ini datanglah ke kantorku. Aku ingin mengajakmu minum kopi bersama.” “Tentu aku memiliki waktu, Paman. Aku akan datang ke kantormu. Terima kasih atas undanganmu.” Panggilan telepon ter
Baca selengkapnya