Aroma alkohol begitu kuat bercampur dengan asap rokok di dalam ruang kerja Marcel. Pria itu duduk di kursi kerjanya yang ada di mansion-nya. Raut wajah pria itu sangatlah kacau, namun inilah yang terbaik.Menyetujui perpisahaan sangatlah membuat hati Marcel sesak. Tidak bisa dia pungkiri bahwa hatinya tidak rela melepas Joice. Akan tetapi, di sisi lain perkataan William—kakeknya—selalu terngiang di dalam benaknya. “Kau di sini rupanya. Aku mencarimu di kantormu, tapi kau tidak ada.” Moses melangkah masuk, mendekat ke arah Marcel yang duduk di kursi kebesarannya. Ya, dia sengaja ingin menemui saudara kembarnya di kantor, tapi ternyata malah saudara kembarnya tidak berada di kantor melainkan di mansion saudara kembarnya.Marcel menatap dingin Moses. “Jika kau hanya ingin menasehatiku, lebih baik kau enyah dari hadapanku. Aku paling tidak suka dinasehati.”“Nope, aku menemuimu karena aku ingin bertemu denganmu.” Moses duduk di hadapan Marcel. “Aku mendatangimu sebagai saudara kembarmu y
Read more