Tiga bulan berlalu … Menjadi seorang ibu adalah hal yang paling membahagiakan. Fokus mengurus dua bayi sangat lucu membuatnya begitu merasakan sebuah kebahagiaan yang belum pernah Joice rasakan dalam hidupnya.Hadirnya Marvel dan Janita sebagai pelipur lara Joice. Hari-hari Joice tidak pernah merasakan bosan sedikit pun. Mengurus Marvel dan Janita membuat Joice jauh lebih bersemangat. Joice tidak pernah merasakan kewalahan sedikit pun dalam mengurus Marvel dan Janita. Ada dua perawat khusus yang membantu Joice dalam menjaga Marvel dan Janita. Tidak hanya itu saja, tapi juga Joice mendapatkan dukungan luar biasa dari keluarga besarnya serta keluarga besar Marcel.Selama tiga bulan ini, Marcel memang sering sekali menjenguk Marvel dan Janita, akan tetapi Joice selalu menghindar. Wanita itu seolah memasang dinding penjulang tinggi di antaranya dan Marcel.Joice tidak mau jatuh di lubang yang sama. Tiga bulan ini, dia sudah berjuang mengusir perasaan sedih di hatinya. Dia mengabaikan se
Keheningan membentang membentuk sebuah ketegangan dan keterkejutan di kala suara berat Dean keluar. Tubuh Joice membeku di tempatnya sama sekali tidak berkutik. Sepasang iris mata abu-abu wanita itu melebar tak percaya.Joice meyakinkan bahwa apa yang didengarnya ini salah, tapi dia tidak akan mungkin salah. Apa yang didengarnya ini jelas bahkan sangat jelas. Albern berniat melamarnya. Ini sudah gila. Yang terkejut bukan hanya Joice saja, tapi juga Hana yang berdiri di samping Brianna. Jelas saja perkataan Dean begitu mengejutkan. Pasalnya, Joice saja baru melahirkan—lalu sekarang Joice sudah dilamar. Ini sangat konyol.“Daddy menyukai Albern.” Dean menambahkan ucapannya. “Dan Daddy rasa sudah seharusnya kau membuka hatimu untuk pria lain.” Lanjutnya meyakinkan.Joice masih belum mampu berkata-kata. Otaknya sulit untuk mencerna semua ini. “Aku harus pulang. Maaf.” Lalu, Joice bangkit berdiri dan memutuskan untuk pulang, namun tepat di kala Joice memutuskan untuk pulang—Albern sudah l
Hana tengah menatap Marvel dan Janita yang terlelap di ranjang bayi. Wanita itu langsung menemui Marvel dan juga Janita ketika sudah berbicara dengan Joice. Jujur saja, Hana menyukai Albern menjadi pasangan Joice. Pasalnya, selama ini dia melihat jelas bagaimana Albern bersikap tulus pada Joice.“Marvel, Janita, kalau saja kalian sudah besar pasti kalian akan mendukung Mommy kalian menikah lagi, kan? Bibi tahu, kalian tidak akan mungkin mengharapkan Daddy kandung kalian yang tidak jelas itu.” Hana bergumam pelan mengajak Marvel dan Janita berbicara.Hana sangat yakin seribu persen bahwa kalau Marvel dan Janita sudah bisa berbicara, sudah pasti Marvel dan Janita mendukung Joice bersama dengan Albern. Marcel adalah pria yang tidak guna dan tidak bisa diharapkan sama sekali.Sejak di mana Joice telah bercerai dengan Marcel, Hana lebih menyukai Joice membuka hati untuk pria lain daripada harus tetap tenggelam akan cintanya pada Marcel. Tentu Hana tahu sejak dulu cinta Joice pada Marcel ti
“Thanks, Paman. Aku mengerti Joice. Aku memahami dia sedang difase move on. Aku akan menunggu sampai dia siap. Kau jangan khawatir, Paman. Keinginan utamaku adalah membahagiakannya, bukan membuatnya merasa menderita ataupun tidak nyaman.”“Joice beruntung memilikimu yang selalu ada di sisinya. Kalau saja di awal aku sudah bertemu denganmu, maka aku akan menjodohkanmu dengan Joice. Tidak akan pernah aku biarkan Joice menikah dengan pria berengsek.” Albern tersenyum samar mendengar apa yang Dean katakan. “Apa yang sudah berlalu tidak perlu disesali, Paman. Mungkin takdir baru mempertemukanku dengan Joice setelah Joice menikah dengan Marcel, karena ada maksud dan tujuan sendiri.”“Ya, kau benar, Albern. Kau sangat bijak. Aku menyukai caramu berpikir. Baiklah, aku harus meeting. Jika kau ada waktu, sore ini datanglah ke kantorku. Aku ingin mengajakmu minum kopi bersama.” “Tentu aku memiliki waktu, Paman. Aku akan datang ke kantormu. Terima kasih atas undanganmu.” Panggilan telepon ter
“Kau sudah berbicara lagi dengan Joice?”Dean menyesap wine, menatap Albern yang ada di hadapannya. Pria itu sengaja meminta Albern untuk datang ke kantornya. Pria paruh baya itu merasa nyaman ketika berada di dekat Albern. Nyaman dalam konteks—dia yakin bahwa memang Albern adalah sosok yang paling tepat untuk Joice.Jika waktu bisa diputar, yang diinginkan Dean adalah menjodohkan Albern dengan Joice. Dia tidak sudi membiarkan Joice menikah dengan Marcel. Tapi semua telah terjadi. Tidak ada yang bisa disesali karena masa lalu hanya akan berada di masa lalu.“Belum, Paman. Aku masih memberikan ruang untuk Joice. Bagaimanapun, apa yang aku katakan pastinya membuat Joice terkejut. Aku akan berusaha mendekati Joice. Kau tidak usah khawatir, Paman. Aku akan berjuang mendapatkan hati Joice.” Albern membalas ucapan Dean.Dean tersenyum samar. “Aku harap kau bisa sabar menunggu. Karena Joice itu tidak pernah dekat dengan pria mana pun. Sejak dulu dia terlalu buta akan cintanya pada Marcel.”A
Marcel baru saja menutup panggilan telepon dari asistennya. Waktu menunjukkan pukul satu malam. Dia hendak ingin melihat Marvel dan Janita yang berada di kamar mereka. Dikarenakan masih bayi, kamar Marvel dan Janita masih digabung.Ya, sekarang Marcel masih berada di mansion Joice. Pria itu tak ingin pergi, karena memang dia ingin selalu berada di dekat Joice. Dia memiliki alasan kuat yaitu ingin melihat Marvel dan Janita. Hal tersebut yang membuat Joice pun tak bisa berkutik. Setibanya di kamar Marvel dan Janita, Marcel tak menemukan keberadaan dua bayi kembarnya. Detik itu juga dia langsung bertanya pada salah satu pengasuh yang ada di sana.“Di mana Marvel dan Janita?” tanya Marcel dingin dan datar.“Tadi Nona Janita sempat terbangun, Tuan. Sekarang Tuan Muda Marvel dan Nona Janita dibawa ke kamar Nyonya,” jawab sang pengasuh sopan.Marcel mengangguk merespon ucapan sang pengasuh. Dia segera melangkah meninggalkan tempat itu menuju kamar Joice. Sebelum tidur, Marcel memang wajib
Sejak kehadiran Marcel ke London, harus Joice akui Marvel dan Janita tidak serewel biasanya. Jika rewel, dalam sekejap bisa tenang karena Marcel akan langsung membantu menenangkan Marvel dan Janita. Dua bayi kembar itu seolah sangat tahu bahwa ayah mereka datang.Terkadang, biasanya Marvel dan Janita sangatlah rewel. Bahkan Joice harus membutuhkan extra kerja keras demi menenangkan Marvel dan juga Janita. Akan tetapi, sekarang Joice sudah benar-benar terbantu.Tapi … itu yang membuat Joice merasa hatinya dilanda kebingungan. Di sisi lain, tentunya Joice senang karena Marvel dan Janita bisa dekat dengan ayah mereka. Namun, di sisi lainnya lagi—dia merasa tersiksa berada di dekat Marcel.Hal paling tergila adalah Marcel selalu memperilakukan Joice seolah mereka masih memiliki ikatan suami istri. Padahal seharusnya Marcel sudah menjaga jarak dengan Joice. Tapi kenapa malah pria itu menjadi tak waras?Joice hendak masuk ke dalam kamar ketika dia melihat Marvel dan Janita terlelap dan dija
Albern harus menelan kekecewaan karena kerap mendapatkan penolakan dari Joice. Telepon darinya bahkan pesan darinya belakangan ini diabaikan Joice. Berbeda dari sebelumnya. Ya, Albern mulai merasakan Joice menghindar darinya sejak di mana dirinya secara langsung melamar Joice.Akan tetapi, Albern tetap tidak akan menyerah meskipun mendapatkan penolakan dari Joice. Baginya, dia akan terus berjuang meskipun Joice masih tetap mengabaikannya.Albern memiliki keyakinan bahwa Joice cepat atau lambat akan luluh padanya. Mungkin sekarang memang Joice tidak akan langsung menerimanya. Karena bagaimanapun, Joice pasti membutuhkan waktu untuk bisa berpikir dengan baik. Yang penting adalah Albern terus berjuang untuk mendapatkan Joice.Albern tak pernah peduli dengan ancaman Marcel. Pria itu bahkan tak merasakan takut sedikit pun pada Marcel. Segala ancaman Marcel hanya masuk telinga kanan, dan keluar telinga kiri.Albern menatap layar ponselnya. Pesan terakhirnya untuk Joice masih belum dibalas.