All Chapters of Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam: Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

Bab 21 Meminta Maaf

"Diem, kamu nggak ngerti.""Nggak ngerti gimana? Saya punya suami, Mbak. Anak saya juga udah gede." Dia mencolek daguku beberapa kali."Ck, kamu tuh nggak paham, Nila!" Kutepis tangannya."Paham, kok. Pak Arga sukanya main siang-siang, pojok-pojokan nggak nyangka kalen.Astaga, wanita ini."Kita itu lagi berantem, paham nggak, sih?" Geram sendiri, kutoyor saja kepala si Nila. "Loh, berantem beneran?" Tanyanya dengan mata melotot."Yaiyalah, masa boongan?" Jawabku kesal."Kirain, soalnya kalian, kan sering main berantem-berantem tiap ha_" Nila menghentikan kalimatnya."Kita nggak ada masalah, jadi jangan berasumsi."Nil!" Arga yang muncul entah darimana menyayuti."Nggak usah nyaut, situ nggak diajak." Sungutku mendelik tajam. Arga hanya menghela napas, dia berjalan memutari kursi lalu duduk disembari.Mrngalihkan percakapan , Arga bertanya Arga bertanya tentang kemuarga Nila.Hmm.... Emang paling bisa, ni laki!Entah kenapa aku tiba-tiba merasa bersalah. Melihat sorot lelah berusa
Read more

Bab 22 Pertama Kali Tidur Bareng

Refleks aku menghentikan kegiatanku membuat adonan kue."Kan, kan, apa saya bilang. Nggak boleh suudzonan sama laki," celetuk Neli."Emang kenapa tadi Alara?" Tanyanya serius."Oh, tadi Mbak Alara bilang kalau_hmmt!" Bergegas aku membekap mulut Nila."Nggak ada apa-apa." Aku nyengir tiga jari."Ngomong-ngomong kok, dadakan? Aku, kan butuh persiapan. Danadan, pakaian, tas, sepatu?""Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," terang Arga."Saya sudah mengantisipasi semuanya. Jadi... Mari kita belanja hari ini. ***Aku kehilangan kata untuk menggambarkan sosok Arga. Dia nyaris tak ada celah, dan sulit sekali mencari kekurangannya. Bagaimana bisa membawaku ke acara besar seperti ini hanya beberapa jam sebelum dilaksanakan? Semua serba dadakan, tapi hasil yang didapatkan tak terlalu mengecewakan.Kami tampil layaknya pasangan pada umumnya.pakain couple berwarna senada, jas dan kaftan, bergandeng tangan menyalami kerumunan orang-orang yang sebagian besar menatapku penasaran tak he
Read more

Bab 23 Teringat Kembali Hal Yang Menyakitkan

"Entah sampai kapan semua ini berakhir, entah seberapa kuat saya menahannya. yang oasti sampai detik ini, semua yang saya lakukan tujuannya agar tak menyakiti salah satu diantara kalian. Karena tak bisa dipungkiri, setiap kali menatap matamu, yang saya ingat hanya Naya." Bersamaan dengan itu, aku bisa merasakan dia mengecup keningku. Mengetatkan pelukan, dan membenamkan kepalaku di dadanya yang bidang, hanya meninggalkan nyeri yang sulit Jantungnya berdegup kencang, aku tahu dia juga merakan apa yang aku rasakan.Seperti rindu, hasrat yang berusaha di rendam dideskripsikan. Hanya malam yang tahu bagaimana mengendalikan tiap kegelisahan yang dirasakan bersama mimpi-mimpimu.***"Kok, kalian nggak keramas?" Celetuk Nila begitu saja."Uhuk!" Pertanyaan dari Nila membuat Arga yang baru saja menegak air hingga tersedak."Apa maksud kamu?" Dia menjawab ketus."E, mm, anu, itu...." Si Nila gelagapan sendiri kemudian menyikutku."Mbak.""Apaan, saya nggak ikutan." Kutepis tangannya yang me
Read more

Bab 24 Bayangan menyakitkan

"Udah, kak. Ikhlaskan Kak Lusi. Dia udah tenang di sana, sekarang giliran kita untuk melanjutkan hidup yang tersisa." Kuremas bahu lebarnya, berusaha memberi kekuatan di tengah cobaan yang menerpa meski kata tak semudah tindakan tapi saat ini hanya itu yang bisa kulakukan.Kak Andre menoleh, dia seka kasar air mata yang tersisa, lalu tiba-tiba memeluk kami berdua.Aku cukup terkejut dengan tindakannya, apalagi saat melihat Bu Nita yang berada diantara kita berdua. Namun, kucoba memahami situasi, tak ada yang bisa kulakukan selain balas memeluknya.Kehangatan itu masih terasa, debar yang ditimbulkan juga tetap tak biasa. Bertahun-tahun memendamnya, ternyata perasaan itu masih belum sirna, meski dia sempat telah dimiliki perempuan lainnya."Terimakasih atas semuanya Alara."***"Alara, oi, sini!" Seseorang memanggil saat aku tengah meracik kopi. Dia teman seprofesi. Namanya Nova."Apaan sih?" Kuhampiri dia yang tengah mengambil gelas di meja bekas tamu-tamu. "Ada yang nyariin lo, anjir
Read more

Bab 25 Hanya Anganku Saja.

Kuremas pakaian di bagian dada. Apa maksudnya? Dia pikir aku barang?"Oke, langsung bawa dia ke kamar, klien kita sudah nunggu." Ucapnya tegas.Kedua lelaki bertubuh tinggi besar berdiri di kedua sisiku mencengkram lengan lalu mengangkatku. Menarikku menuju salah satu kamar aku ternyata tempat laknat di mana berbagai manusia pendosa berkumpul dalam satu tempat yang sama. "Kak, tolong, Kak Andre!" Teriakku."Lepasin Aku, Kak!""Kita bisa berjuang sama-sama, bukan gini caranya!" Suara teriakkan dan tangisku nyaris teredam musik yang berdentum keras.Kulihat dia tampak tak peduli, dan menghitung uang yang diberikan wanita gemuk itu. Tepat sebelum dua pria bertubuh besar itu membawa tubuhku sampai keambang pintu, Kak Andra Tiba-tiba mengejarku. Lekat dia menatapku, lalu sejenak memeluk. Saat kupikir dia berubah, yang terjadi setelahnya justru di luar dugaan."Mulai hari ini, kamu bukan istri saya lagi. Kita berpisah Alara." Ucapnya kejam.***Penyesalan terbesarku adalah mengenal soso
Read more

Bab 26 Setia Menemani

"Mau ke luar?"tanyanya."Apanya yang keluar?" Arga memejamkan mata sejenak."Jalan-jalan, menenagkan diri," terangnya."Healing?" Tambahku.Dia mengangguk lagi."Boleh, kalau bisa nggak boleh pulang malam ini." ***Aku tak menyaka dari sekian tempat, Arga justru membawakubke pantai, menuju wisata kawasan wisata in."Lepas sendalnya," Titah Arga saat kami menginjakkan kaki di pasir. Menikmati sunset di atas pantai, campuran warna jingga, merah dan kelabu yang alam lukis dilangit sangat sedap di pandang mata. Menenagkan hati dan pikiran yang sebelumnya kacau dan berantakan."Ke sebelah sana!" Aku tertegun saata melihat Arga menautkan tangannya. Etat dia genggam tanganku, lalu menuntun pasir pantai. Membiarkan kaki telanjang kami disapu air.Tak banyak kata yang keluar dari mulutnya, hanya sesekali dia menimpali ucapanku, bahkan perdebatan bisa dibilang keterlaluan. Hanya hela napas, dan pejaman mata yang sering kali dia lakukan untuk meredam kekesalan.Dalam sisa ter-egois aku benar-
Read more

Bab 27 Menyatu Dalam Keheningan

Setatus sebagai orang kaya, dia bisa dengan mudah diterima.Langit tak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. Tanah tak pernah tersinggung. Meski diinjak berkali-kali.Begitu pun aku yang lebih memilih dibenci, daripada dinilai bodoh karena masih mengedapkan nurani, di hadapan orang-orang tak tahu diri."Percayalah kamu nggak sendiri." Genggaman tangan kurasa erat mencengkram jemari. Tiap urat yang timbul di permukaan tangan besar Arga. Semakin menguatkan tekadku untuk berhenti mengelilingi pusara masa lalu seolah tak pernah memihakku.***"Mau lihat jenis kelaminnya?" Dokter Antoni memutar-mutar alat khusus di perutku yang terbuka.Aku dan Arga sama-sama menatap layar besar yang tergantung di ruang pemeriksaan. Ada rasa haru yang sulit di gambarkan. Ada rasa haru yang sulit digambarkan saat melihat janin itu tumbuh dan berkembang sehat dalam kandungan. "Nggak perlu , Dok. Laki-laki atau perempuan kita kita serahkan akhirnya pada tuhan " aku tersenyum saat mendengar jawaban sama
Read more

Bab 28 Ketika Suasana Mulai Berbeda

***"Mbak, kenapa nggak ikut ke rumah utama?" Nila beridiri di sampingku yang tengah menyiram bunga."Katanya nggak enak badan, tapi malah nyiram tanaman. Bukannya istirahat aja di dalem, nanti biar saya pijitin." Tangannya melingkar di sebelah lenganku yang bebas.Sebagai sesama perempuan, Nila jelas tahu kenapa aku beralasan tak enak badan agar tak ikut serta menjenguk Naya. Karena menjadikan kondisi kesehatan sebagai alibi untuk menutupi perasaan, adalah tindakan yang tak jarang 'kami' lakukan.Dengan situasi dan posisi sekarang, Aku hanya takut tak bisa menahan gejolak perasaan ketika melihat lelaki itu memeluk dan mencumbu mesra wanita yang hampir dua tahun dia nantikan dengan penuh harapan.Perasaan yang sebenarnya tak pantas kurasakan, perasaan yang seharusnya tak pernah datang. Dengan atau tanpa sadar."Cuma sedikit puasing sama sedikit mual aja, kok, Nel. Nggak separah harus rebahan seharian." Aku tersenyum kecil. Salah satu upaya yang bisa dilakukan agar dia mengerti bahwa se
Read more

Bab 29 Liburan Bareng

"Nggak, nggak bisa. Gue tahu muka lu itu, hampir nggak pernah jerawatan. Fix, sih. Butuh healing ini."Aku memutar kursi, lalu menatapnya dengan kenyitan dahi. "Apa hubungannya healing sam jerawat?""Oh, c'mon Alara. Jerawat juga bisa timbul karena stres. Saat diri dilanda stres, tubuh akan menghasilkan lebih banyak endrogen yang juga merangsang klenjar minyak dan kantong rambut di kulit. Akubatnya, jerawat pun muncul. Jadi, intinya lu butuh refreshing, hiburan, beibeh.""Dih, gaya ngomong lo jadi mi_" "Sudah selesai semuanya?" Deg!Apa-apaan ini? Sejak kapan Arga pulang? Dan bagaimana dia bisa tak terkejut dengan Kehadiran Roy di sini? "Roy!" Aku menatap tajam lelaki berambut pirang yang berdiri dihadapan."Sorry, gue nggak bisa nolak saat si ganteng tiba-tiba ngirim tiket, terus minta gue buat temenin lu liburan ke pulau penawar rindu."Aku menghela napas panjang. Sudah kuduga ada yang tak beres dengan kedatangannya secara tiba-tiba.Namun, idenya tak buruk juga. Sepertinya ak
Read more

Bab 30 Rasa Yang Salah

Setelah kembali ke tempat penginapan aku dan Arga, Nila dan Roy. Kemudian melanjutkan untuk pergi ke pantai karena tujuan kita semua liburan untuk mencari suasana yang nyaman. Ku lihat Arga nampaknya bahagia, apalagi ketika dia selalu menggandeng tanganku disepanjang jalan, dengan rasa khawatirnya mungkin tidak ingin aku kenapa-kenapa."Udah siap?" Tanyanya di ambang pintu."Udah," jawabku rendah."Ayo," ajaknya dengan meyodorkan sebelah tangannya.Aku menatapnya sejenak. Aku mulai berpikir apakah semua ini akan terus seperti ini aoakah ini akan menjadi kenangan terakie bagiku dengannya."Kenapa malah bengon!" Sahutnya membuatku sedikit kaget."Oh, iya, maap. Tapi aku bisa jalan sendiri kok." Ujarku sembari berdiri dari tempat dudukku."Aku tidak ingin kamu merasa cape, apalagi sampai kamu sakit, karena saat ini aku harus bisa menjaga dua orang sekaligus, yaitu kamu dan bayi yang ada di kandunganmu." Ucapnya sembari mengusap perutku lembut."Dua! Bukannya tiga yah?" Cetusku membuat A
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status