"Diem, kamu nggak ngerti.""Nggak ngerti gimana? Saya punya suami, Mbak. Anak saya juga udah gede." Dia mencolek daguku beberapa kali."Ck, kamu tuh nggak paham, Nila!" Kutepis tangannya."Paham, kok. Pak Arga sukanya main siang-siang, pojok-pojokan nggak nyangka kalen.Astaga, wanita ini."Kita itu lagi berantem, paham nggak, sih?" Geram sendiri, kutoyor saja kepala si Nila. "Loh, berantem beneran?" Tanyanya dengan mata melotot."Yaiyalah, masa boongan?" Jawabku kesal."Kirain, soalnya kalian, kan sering main berantem-berantem tiap ha_" Nila menghentikan kalimatnya."Kita nggak ada masalah, jadi jangan berasumsi."Nil!" Arga yang muncul entah darimana menyayuti."Nggak usah nyaut, situ nggak diajak." Sungutku mendelik tajam. Arga hanya menghela napas, dia berjalan memutari kursi lalu duduk disembari.Mrngalihkan percakapan , Arga bertanya Arga bertanya tentang kemuarga Nila.Hmm.... Emang paling bisa, ni laki!Entah kenapa aku tiba-tiba merasa bersalah. Melihat sorot lelah berusa
Read more