"Memang begitu prosudernya, Bu. Kami harus memeriksa kondisi rahim secara menyeluruh sebelum melakukan tindakan selanjutnya." Ucapnya lembut.Dia sangat ramah menanggapi. Aku bahkan dibuat heran melihatnya untuk orang yang lama di luar negri tetapi sangat pasih berbahasa Indonesia."Sudah turuti saja," sahut Arga dengan entengnya."Turutu, turuti, palamu! Walaupun hobi ngangkang, tapi sedikit banyaknya aku juga masih punya rasa malu," ujarku sedikit kesal.Dokter Antoni terkekeh geli."Tidak apa-apa, Bu. Ini hal biasa bagi saya rileks saja!" Katanya dengan tenang.Akhirnya aku merebahkan diri, gugup sendiri, saat Dokter Antoni mulai memeriksa entah di mana harus kusimpan muka beserta semua rasa malunya saat dia mengobok-obok dalamanku."Aw, apa itu, Dok?" Reflek aku terlonjak."Cuma alat, Bu!" Dia mengacungkan alat menyerupai catok Roll Rambut tersebut." Katanya yakin."Oh, tolong pelan-pelan, dong, dok. Jangan asal sodok!" Ucapku merasa kesal."Alara!" Arga yang sejak tadi duduk
Read more