Home / CEO / Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Terperangkap Hasrat Atasan Suamiku: Chapter 161 - Chapter 170

260 Chapters

Bab 161 Tidak Ada Artinya

Isha membulatkan matanya ketika mendengar tuduhan Danish. Tidak terpikir olehnya sama sekali bekerja dengan Abra. Sejak awal dia justru murka ketika mendengar Abra mengambil uang perusahaan, karena merasa jika itu bukan hak Abra."Aku tidak berkerja sama dengan siapa pun." Dengan tegas Isha menyangkal tuduhan itu."Lalu bagaimana bisa uang itu ada padamu jika kamu tidak bekerja sama dengan siapa-siapa?" Danish menatap Isha yang duduk tak jauh dari tempatnya."Aku mengambilnya dari Kak Abra." Isha mengatakan apa adanya.Danish semakin frustrasi ketika mendengar jika Isha mengambil uang itu memang dari Abra. Jadi yang dikatakan Abra semuanya memang benar."Jadi benar yang dikatakan Abra. Kamu yang mengambilnya." Danish mengembuskan napasnya kasar. Sungguh ironi ketika mengetahui jika istrinya mengambil uang hasil korupsi."Kak Abra yang bilang aku yang mengambil?" Isha tampak terkejut ketika mengetahui jika Abra tahu dirinya yang mengambil uang tersebut. Padahal harusnya Abra tak tahu j
Read more

Bab 162 Tidak Bisa Bernegoisasi

Danish mengembuskan napasnya ketika hendak bercerita. Ada rasa sesak dicampur dengan penyesalan."Uang itu ada di rekening Isha.""Jadi Isha benar-benar bekerja sama dengan Abra?" Dino langsung menyimpulkan dari kalimat yang baru diucapkan Danish."Tidak, dia tidak bekerja sama dengan Abra. Dia bilang, dia menemukan uang itu tanpa sengaja di rekening ayahnya. Karena itu dia memindahkannya. Dia ingin bilang aku, tapi karena sibuk dengan kehamilannya, dia jadi lupa."Dino merasa lega ketika mendengar jika Isha tidak terlihat dengan kejahatan Abra. Tidak seperti yang tadi dipikirkan. Namun, Dino merasa aneh dengan temannya itu. Jelas-jelas istrinya tidak kenapa-kenapa, tetapi Danish tampak frustrasi."Kamu kenapa?""Isha memang tidak terlibat dalam hal ini, tapi bagaimana aliran dana itu masuk padanya membuatnya tetap akan terlibat. Jika aku melaporkan Abra lagi, itu tidak akan mungkin. Karena Isha pasti akan terseret juga." Danish mengembuskan napasnya. Jika sudah begini, seperti terjeb
Read more

Bab 163 Mengancam

Danish semakin kesal ketika Abra justru melawannya. Dia tahu jika Abra sengaja menggunakan kelemahannya. Dia tahu jika dirinya tidak bisa memenjarakan Abra karena tak mau istrinya juga dipenjara."Aku tidak akan memenjarakanmu.""Apa kamu takut istrimu dipenjara?" Abra menatap lekat wajah Danish.Danish mengeram kesal. "Apa yang kamu inginkan?" Dia tahu jika Abra sengaja mengatakan hal karena suatu alasan. Tidak mungkin cuma-cuma."Aku mau Isha kembali padaku seperti perjanjian kita di awal." Abra mengatakan apa yang diinginkan.Danish membulatkan matanya. Permintaan Abra itu membuatnya begitu terkejut sekali. Tidak mungkin dia akan melakukan hal itu. Melepaskan istrinya sudah dicoretnya dalam daftar keinginannya."Aku dan Isha sudah membatalkan perjanjian itu. Jadi kami tidak akan berpisah. Jadi buanglah keinginanmu untuk meminta Isha kembali padamu."Abra tersenyum. "Tinggal buat perjanjian lagi. Mudah bukan?""Perjanjian hanya dibuat dengan kesepakatan bersama.""Buatlah Isha sepak
Read more

Bab 164 Mana Isha?

Untuk sesaat keduanya saling pandang. Ada kerinduan berat yang tersirat, tetapi tak mampu untuk diungkapkan.Sejenak Danish teringat akan ancaman Abra padanya. Kedua pilihan itu tentu saja akan sulit baginya. Melihat istrinya dipenjara dalam keadaan hamil tentu saja akan membuat Danish tidak rela. Bagaimana kebutuhan nutrisi akan terjaga jika berada di penjara. Belum lagi, di penjara pastinya Isha akan tidur di lantai. Pasti keadaan kesehatan sang istri akan buruk. Jika sudah begini, pasti akan berdampak pada anak mereka. Namun, membayangkan melepaskan Isha jauh lebih berat lagi. Dia tak sanggup jika harus melepaskan Isha dari hidupnya. Dia begitu mencintai Isha.Danish membelai lembut wajah Isha. Sayangnya, saat belaian itu diberikan, Isha langsung bangkit dari tempat tidur. Menghindari Danish. Danish benar-benar merasa jika apa yang dilakukan Isha adalah akibat salahnya. Dia sudah menuduh sang istri begitu saja. Dengan segera Danish ikut bangkit dari tempat tidur kemudian mengejar s
Read more

Bab 165 Jangan Terlalu Benci

"Hei ... jangan masuk." Aulia langsung mengejar.Sayangnya Abra mengabaikan hal itu. Dia segera pergi ke gudang.Aulia langsung menarik tangan Abra. Memelintirnya ke belakang. Sebagai mantan petugas keamanan, jelas jika dia ahli dalam hal ini."Ach ...." Abra langsung menjerit ketika Aulia memelintir tangannya.Suara itu didengar oleh Isha. Karena itu, Isha segera keluar dari gudang. Alangkah terkejutnya Isha ketika melihat jika Abra sedang diplintir tangannya oleh Aulia. Tampak Abra begitu kesakitan"Aulia, lepaskan." Isha mencoba untuk menghentikan aksi Aulia."Tapi, dia berbahaya untuk Anda, Bu." Aulia tidak bisa melepaskan Abra begitu saja."Dia tidak akan menyakiti aku. Kamu bisa berjaga-jaga jika dia sampai menyakiti aku." Isha mencoba meyakinkan Aulia.Akhirnya Aulia melepaskan Abra. Mengikuti perintah Isha.Abra mendengus kesal. Merasa jika Isha benar- benar menyiksanya."Suamimu sepertinya takut sekali kamu disakiti." Abra mencibir Isha sambil mengulas senyum menyeringai.Ish
Read more

Bab 166 Rumah Sakit

Danish lari menyusuri koridor mencari keberadaan Isha yang dirawat di rumah sakit. Tadi Aulia mengabari jika Isha pingsan. Karena itu dia langsung menuju ke rumah sakit.“Di ruangan mana?” Danish yang berlari bertanya pada Aulia dari sambungan telepon.“Ruangan anggrek nomor empat, Pak.”Mendapati jawaban itu membuat Danish bergegas ke sana. Jantungnya berdegup kencang. Dia benar-benar merasa ketakutan sekali terjadi apa-apa pada istri dan anaknya.Danish langsung membuka pintu ketika mendapati ruangan di mana sang istri dirawat. Saat masuk, ada Aulia yang sedang menunggu sang istri. Tampak sang istri tertidur di ranjang perawatan.“Bagaimana keadaannya?” Danish menatap Aulia.“Tadi dokter bilang baik-baik saja, Pak. Hanya karena Bu Isha lemas jadi dokter menyarankan untuk dirawat.” Aulia mencoba menjelaskan.Danish bernapas lega ketika sang istri baik-baik saja.“Sebenarnya bagaimana tadi dia bisa pingsan?” Danish begitu penasaran sekali.“Tadi pria itu datang, Pak. Bu Isha berbicara
Read more

Bab 167 Memilih Mana?

Waktu yang diberikan Abra tinggal besok saja, sedangkan Danish belum punya jawaban sama sekali.“Entah aku belum bisa memiliki jawab.”Dino menepuk bahu Danish. “Pikirkan saja pelan-pelan.”Danish mengangguk.“Aku pergi dulu kalau begitu.” Dino kembali berpamitan.Setelah Dino berpamitan, Danish segera kembali ke kamar. Menemui Isha. Saat masuk, ternyata istrinya itu sudah terlelap. Danish yang tidak mau mengganggu pun memilih untuk menyegarkan tubuhnya. Apalagi Dino sudah membawakan baju.Saat makan malam, Danish menyuapi sang istri dengan telaten. Memastikan jika sang istri makan banyak.“Aku bisa makan sendiri, kenapa harus disuapi seperti anak kecil.” Isha melayangkan protesnya.“Sudah makan saja. Jangan terlalu banyak protes.” Danish terus menyuapi Isha.Isha hanya pasrah ketika sang suami terus menyuapi. Hingga makanan habis pun dia memilih diam dan tidak banyak protes.“Pintar.” Danish mendaratkan kecupan ketika Isha begitu pintarnya makan dengan banyak.Isha hanya tersenyum. D
Read more

Bab 168 Memilih

Danish melepaskan pelukannya untuk dapat melihat wajah Isha. Dia menatap lekat wajah Isha. Rasanya berat untuk melepaskan Isha dengan dua pilihan itu."Kenapa diam?""Bolehkah aku tidak memilih keduanya?" Rasanya Danish tidak sanggup jika harus memilih."Kamu harus memilih." Isha meyakinkan Danish."Pengacara menyarankan untuk melaporkan Abra. Pilihan ini yang yang paling bisa aku terima. Menurut pengacara, dia akan membelamu dan kamu tidak akan lama mendapatkan hukuman." Danish mencoba menjelaskannya pada sang istri. "Tapi, aku tidak bisa melihatmu dipenjara." Danish benar-benar berat membayangkan itu.Isha kembali memeluk Danish. Berusaha menenangkan Danish. "Laporkan dia. Aku tidak masalah jika harus mendekam di penjara. Dari pada aku harus berpisah denganmu." Isha memberikan pilihan yang tepat untuk Danish. Dia begitu mencintai Danish. Jadi tak mau jauh dari Danish.Danish langsung melepaskan pelukannya itu. Dia menatap Isha lekat. "Apa kamu sadar jika dipenjara kamu tidak akan ba
Read more

Bab 169 Kejutan Luar Biasa

"Tentu saja tidak. Aku ke sini tidak untuk kembali padamu." Isha mengulas senyum manisnya.Abra tersenyum. Ternyata Isha lebih memilih untuk masuk penjara dibanding kembali padanya. Tentu saja dia tidak akan tinggal diam."Apa kamu sadar jika kamu tidak mau kembali padaku artinya kamu akan masuk penjara?""Siapa yang masuk penjara? Aku?" Isha bertanya pada Abra. "Yang akan masuk penjara adalah kalian. Bukan aku." Isha menyeringai."Kalian?" Abra masih bingung kata kalian yang disebut Isha."Pak polisi tolong tangkap mereka." Danish langsung memanggil polisi yang sedari tadi di luar.Polisi langsung masuk ke dalam. Mereka menangkap Abra dan juga Ina."Apa-apa ini?" Abra berusaha untuk melepaskan diri. Dia tidak mengerti kenapa dirinya ditangkap."Apa ini? Kenapa aku juga ikut ditangkap?" Ina merasa tidak tahu kenapa ada polisi yang menangkapnya juga."Kalian ditangkap karena pencurian di toko Kaula." Polisi langsung memberitahu apa yang membuat Abra dan Ina tertangkap.Abra begitu terk
Read more

Bab 170 Basah Lebih Enak

Danish yang bangun tidak mendapati sang istri di sebelahnya. Hal itu membuatnya segera bangun untuk mencari sang istri. Tempat pertama yang menjadi tujuan Danish adalah kamar mandi. Sayangnya, dia tidak menemukan sang istri di sana. Karena itu, akhirnya Danish memilih untuk segera keluar. Mencarinya istrinya itu. Saat baru saja keluar dari kamar, Daniah mencium aroma manis. Saat itu juga Danuag tahu di mana dia akan menemukan sang istri. Dengan segera Danish menuruni anak tangga. Aroma semakin kuat ketika menuruni anak tangga. Aroma itu tercium dari dapur. Tampak menggugah selera sekali.Sesampainya di dapur, Danish melihat jika istrinya sedang asyik memasak. Dari aromanya, Danish menebak jika sang istri sedang memasak kue."Astaga." Isha yang berbalik melihat Danish yang sedang berdiri tepat di belakangnya. "Kenapa begitu terkejut?" Danish mengulas senyumnya."Kamu tiba-tiba sekali di belakang aku. Jadi aku jelas terkejut." Isha menatap Danish sambil mencebikkan bibirnya. Danish y
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
26
DMCA.com Protection Status