"Tentu saja tidak. Aku ke sini tidak untuk kembali padamu." Isha mengulas senyum manisnya.Abra tersenyum. Ternyata Isha lebih memilih untuk masuk penjara dibanding kembali padanya. Tentu saja dia tidak akan tinggal diam."Apa kamu sadar jika kamu tidak mau kembali padaku artinya kamu akan masuk penjara?""Siapa yang masuk penjara? Aku?" Isha bertanya pada Abra. "Yang akan masuk penjara adalah kalian. Bukan aku." Isha menyeringai."Kalian?" Abra masih bingung kata kalian yang disebut Isha."Pak polisi tolong tangkap mereka." Danish langsung memanggil polisi yang sedari tadi di luar.Polisi langsung masuk ke dalam. Mereka menangkap Abra dan juga Ina."Apa-apa ini?" Abra berusaha untuk melepaskan diri. Dia tidak mengerti kenapa dirinya ditangkap."Apa ini? Kenapa aku juga ikut ditangkap?" Ina merasa tidak tahu kenapa ada polisi yang menangkapnya juga."Kalian ditangkap karena pencurian di toko Kaula." Polisi langsung memberitahu apa yang membuat Abra dan Ina tertangkap.Abra begitu terk
Danish yang bangun tidak mendapati sang istri di sebelahnya. Hal itu membuatnya segera bangun untuk mencari sang istri. Tempat pertama yang menjadi tujuan Danish adalah kamar mandi. Sayangnya, dia tidak menemukan sang istri di sana. Karena itu, akhirnya Danish memilih untuk segera keluar. Mencarinya istrinya itu. Saat baru saja keluar dari kamar, Daniah mencium aroma manis. Saat itu juga Danuag tahu di mana dia akan menemukan sang istri. Dengan segera Danish menuruni anak tangga. Aroma semakin kuat ketika menuruni anak tangga. Aroma itu tercium dari dapur. Tampak menggugah selera sekali.Sesampainya di dapur, Danish melihat jika istrinya sedang asyik memasak. Dari aromanya, Danish menebak jika sang istri sedang memasak kue."Astaga." Isha yang berbalik melihat Danish yang sedang berdiri tepat di belakangnya. "Kenapa begitu terkejut?" Danish mengulas senyumnya."Kamu tiba-tiba sekali di belakang aku. Jadi aku jelas terkejut." Isha menatap Danish sambil mencebikkan bibirnya. Danish y
“Apa kamu punya janji?” Isha menatap sang suami ketika hendak memberikan kue.“Aku tidak punya janji.” Danish menggeleng.Isha tampak berpikir siapa gerangan yang datang itu. Seingatnya dia juga tidak punya janji.“Aunty, Uncle.”Saat mendengar suara itu, Danish dan Isha saling pandang. Mereka tahu siapa yang datang. Siapa lagi jika bukan keponakan Danish.“Wah … ternyata Uncle sedang ada acara.” Luel melihat jika pamannya itu sedang makan-makan. Jadi begitu bersemangat sekali.Danish mengembuskan napas kasar. Dia merasa jika sepertinya acara perayaan ini akan terganggu dengan keponakannya.“Aunty ulang tahun?” Luel menatap sang bibi ketika melihat ada kue yang berada di atas meja.“Tidak.” Isha menggeleng.“Lalu kenapa ada kue?”“Aku hanya ingin membuat kue saja. Jadi ada kue.”“Sepertinya kuenya enak.” Luel melihat jelas jika kue yang dibuat sang bibi begitu menggiurkan sekali.“Kamu mau?” tanya Isha.“Mau-mau.” Luel langsung mengangguk.“Ini” Isha langsung memberikan kue yang berad
Melihat sang menantu yang di lantai atas, Mami Neta pun terheran-heran. Dengan keadaan hamil, tidak seharusnya Isha di lantai atas. Jika sampai terjadi apa-apa. Pastinya itu akan sangat bahaya. Bisa-bisa mereka akan kehilangan cucu.“Iya, Mi.” Isha mengangguk. Mendengar jawaban sang menantu membuat Mami Neta sedikit kesal. Anaknya benar-benar ceroboh sekali. Tepat saat Isha dan Mami Neta sedang bicara, Danish turun dari lantai atas. Dia melihat sang istri yang sedang hendak naik ke lantai atas.“Sayang, kamu mau ke atas?” Danish mengayunkan langkah menghampiri sang istri yang berada di anak tangga paling bawah.“Iya, aku mau memanggilmu, tapi kamu sudah turun.”“Nish, kenapa kamu masih tidur di lantai atas. Kenapa tidak pindah ke lantai bawah?” Mami Neta yang penasaran segera bertanya. Tak suka ketika anaknya membiarkan menantunya di lantai atas.Danish terdiam. Kamar utama yang berada di lantai bawah masih terisi barang Dara. Jadi dia belum bisa memindahkan Isha ke kamar bawah.“De
Danish meletakkan barang-barang milik sang istri di lantai. Bolak-balik dari lantai atas ke bawah memang begitu melelahkan.Hari ini Danish memindahkan barang-barangnya yang berada di lantai atas ke lantai bawah. Rencananya sementara mereka akan tinggal di kamar tamu yang berada di lantai bawah. Danish tidak mau ambil risiko untuk Isha bolak-balik ke lantai atas. Lagi pula, maminya sudah memberikan peringatan keras.Sementara kamar utama belum dibereskan, mereka akan memakai kamar tamu. Biasanya kamar ini dipakai jika Mami Neta atau Papi Dathan ke rumah."Kamu tidak apa-apa 'kan sementara di sini?" Danish memastikan pada sang istri."Tidak apa-apa." Isha mengulas senyumnya. Ini sudah ke sekian kali Danish bertanya."Aku janji akan segera merapikan kamar utama. Nanti setelah itu kamu boleh mendekornya sesuai dengan keinginanmu." Danish membawa sang istri ke dalam pelukannya.Sejujurnya Danish hanya merasa sedih jika sampai Isha merasa tidak kunjung menempati kamar utama. Takut Isha ber
"Keadaan anak Ibu dan Bapak baik. Detak jantungnya bagus. Berat badannya sesuai dengan usianya yang memasuki empat bulan. Anggota tubuhnya juga sudah lengkap." Dokter menjelaskan pada Danish dan Isha.Karen USG dengan empat dimensi, mereka dapat melihat bentuk tubuh bayi. Tampak begitu menggemaskan sekali."Lihatlah anak kita." Danish melihat anaknya begitu jelas. Tentu saja itu membuatnya merasa senang."Iya, anak kita." Isha begitu kelihatan senang sekali.Dokter menjelaskan berat badan dan panjang janin. Semua sesuai dengan usia janin. Hal itu membuat Danish dan Isha bersyukur karena anak mereka dalam keadaan baik-baik saja.Setelah pemeriksaan, Isha dan Danish segera berpindah ke meja pemeriksaan."Semua keadaan bayi baik. Saya akan berikan vitamin seperti biasa. Tetap jaga baik-baik seperti biasa." Dokter menulis resep untuk Isha."Kami akan melakukan penerbangan, Dok.""Tidak apa-apa. Tetapi hati-hati. Jika terasa apa pun bisa kunjungi dokter yang ada di sana.""Baik, Dok." Isha
"Iya, kita punya banyak waktu, tetapi aku merasa selalu kurang." Danish mendaratkan kecupan di bibir sang istri.Kecupan itu berubah menjadi ciuman. Balasan yang diberikan sang sang istri membuat Danish semakin menggebu. Bibirnya bergerak melumat bibir manis sang istri. Keduanya pun menikmati ciuman tersebut.Danish menarik tubuh sang istri untuk naik ke pangkuannya. Membuatnya berada tepat di depannya. Tautan bibir yang masih menyatu membuat napas mulai memburu ketika nafsu mulai menggebu. Isha yang melingkarkan tangannya di leher sang suami, membuat ciuman tersebut semakin dalam.Gairah yang mulai meliputi, membuat Danish langsung mengangkat tubuh sang istri.Isha yang terkejut ketika sang suami tiba-tiba menggendongnya. Sampai-sampai melepaskan ciumannya. Isha hanya tertawa ketika Danish menggendongnya bak koala. Membawanya ke dalam kamar. Tepat saat di depan pintu balkon, Danish berhenti."Tutup pintunya. Jangan sampai ada yang melihat kita." Danish memberikan perintah pada sang i
Dona menatap Danish. Mencerna ucapan Danish. "Kamu sudah akan menikah?" tanya Dona menebak."Aku sudah menikah, Kak. Bukan lagi akan menikah."Dona mencibirkan bibirnya, dia tidak menyangka jika ternyata Danish sudah menikah. Dia pikir Danish tidak akan pernah menikah setelah meninggalnya sang adik. Karena sudah cukup lama Danish sendiri."Ternyata cintamu pada Dara hanya sampai di sini." Dona menatap malas pada Danish.Danish tahu jika kakak mendiang istrinya itu sedang menyindirnya. Dari awal dia memang tahu jika Dona tidak suka Dara digantikan."Ma ...." Levon menegur sang mama yang tampak ketus menyindir Danish."Pria seperti dia memang harusnya tidak berhak untuk mendapatkan wanita lagi. Jika pada akhirnya wanita itu dihilangkan nyawanya." Dona merasa apa yang dilakukannya tidak salah.Selama ini memang Dona belum bisa memaafkan Danish atas meninggalnya sang adik. Meskipun kejadian itu sudah berlangsung cukup lama. Menurutnya semua kesalahan ada pada Danish. Jika malam itu Danish