"Keadaan anak Ibu dan Bapak baik. Detak jantungnya bagus. Berat badannya sesuai dengan usianya yang memasuki empat bulan. Anggota tubuhnya juga sudah lengkap." Dokter menjelaskan pada Danish dan Isha.Karen USG dengan empat dimensi, mereka dapat melihat bentuk tubuh bayi. Tampak begitu menggemaskan sekali."Lihatlah anak kita." Danish melihat anaknya begitu jelas. Tentu saja itu membuatnya merasa senang."Iya, anak kita." Isha begitu kelihatan senang sekali.Dokter menjelaskan berat badan dan panjang janin. Semua sesuai dengan usia janin. Hal itu membuat Danish dan Isha bersyukur karena anak mereka dalam keadaan baik-baik saja.Setelah pemeriksaan, Isha dan Danish segera berpindah ke meja pemeriksaan."Semua keadaan bayi baik. Saya akan berikan vitamin seperti biasa. Tetap jaga baik-baik seperti biasa." Dokter menulis resep untuk Isha."Kami akan melakukan penerbangan, Dok.""Tidak apa-apa. Tetapi hati-hati. Jika terasa apa pun bisa kunjungi dokter yang ada di sana.""Baik, Dok." Isha
"Iya, kita punya banyak waktu, tetapi aku merasa selalu kurang." Danish mendaratkan kecupan di bibir sang istri.Kecupan itu berubah menjadi ciuman. Balasan yang diberikan sang sang istri membuat Danish semakin menggebu. Bibirnya bergerak melumat bibir manis sang istri. Keduanya pun menikmati ciuman tersebut.Danish menarik tubuh sang istri untuk naik ke pangkuannya. Membuatnya berada tepat di depannya. Tautan bibir yang masih menyatu membuat napas mulai memburu ketika nafsu mulai menggebu. Isha yang melingkarkan tangannya di leher sang suami, membuat ciuman tersebut semakin dalam.Gairah yang mulai meliputi, membuat Danish langsung mengangkat tubuh sang istri.Isha yang terkejut ketika sang suami tiba-tiba menggendongnya. Sampai-sampai melepaskan ciumannya. Isha hanya tertawa ketika Danish menggendongnya bak koala. Membawanya ke dalam kamar. Tepat saat di depan pintu balkon, Danish berhenti."Tutup pintunya. Jangan sampai ada yang melihat kita." Danish memberikan perintah pada sang i
Dona menatap Danish. Mencerna ucapan Danish. "Kamu sudah akan menikah?" tanya Dona menebak."Aku sudah menikah, Kak. Bukan lagi akan menikah."Dona mencibirkan bibirnya, dia tidak menyangka jika ternyata Danish sudah menikah. Dia pikir Danish tidak akan pernah menikah setelah meninggalnya sang adik. Karena sudah cukup lama Danish sendiri."Ternyata cintamu pada Dara hanya sampai di sini." Dona menatap malas pada Danish.Danish tahu jika kakak mendiang istrinya itu sedang menyindirnya. Dari awal dia memang tahu jika Dona tidak suka Dara digantikan."Ma ...." Levon menegur sang mama yang tampak ketus menyindir Danish."Pria seperti dia memang harusnya tidak berhak untuk mendapatkan wanita lagi. Jika pada akhirnya wanita itu dihilangkan nyawanya." Dona merasa apa yang dilakukannya tidak salah.Selama ini memang Dona belum bisa memaafkan Danish atas meninggalnya sang adik. Meskipun kejadian itu sudah berlangsung cukup lama. Menurutnya semua kesalahan ada pada Danish. Jika malam itu Danish
Danish melihat istrinya di balik pintu. Hal itu membuatnya terkejut. Seingatnya tadi sang istri sedang tidur. Namun, tiba-tiba saja sudah di kamar.Isha masuk ke dalam kamar. Menghampiri sang suami. Tadi saat bangun, dia mencari keberadaan sang suami. Entah kenapa dia merasa jika sang suami sedang berada di kamar Dara. Karena itu, dia mencoba ke sana. Benar saja. Danish ada di dalam. Sedang memandangi foto Dara."Aku hanya sedang tidak bisa tidur. Aku ...." Danish bingung harus menjelaskan apa. Takut sang istri berpikir buruk tentangnya.Isha duduk di samping sang suami. Meraih tangan Danish dan menggenggamnya erat."Tenanglah, aku tidak marah." Isha mencoba menenangkan sang suami.Danish bernapas lega saat sang istri tidak berpikir negatif padanya."Apa yang kamu pikirkan?" Isha tahu jika ada sesuatu yang dipikirkan Danish hingga mengantarkan suaminya itu ke kamar ini."Aku hanya memikirkan ucapan kakak Dara yang mengatakan jika aku sudah menggantikan Dara di hatiku." Danish menjelas
"Saya?" tanyanya."Iya, kamu. Memang siapa lagi! Cepat angkat barang-barang itu masuk." Luel menunjuk ke truk yang berada di depan rumah. Kemudian berjalan masuk ke rumah.Levon hanya terdiam ketika diberikan perintah oleh seorang gadis. Dia masih bingung kenapa dia harus membawa barang-barang itu ke dalam rumah. Bukankah harusnya dia membawa barang-barang dari dalam rumah keluar.Luel yang berjalan, berbalik ketika merasa tidak ada pergerakan dari orang yang disuruhnya itu."Kenapa diam saja? Cepat kerjakan!" Luel sedikit kesal ketika pria itu diam saja. Bukan cepat-cepat mengerjakan pekerjaan.Levon yang mendapati perintah tidak punya pilihan lain. Dia pun segera ke truk tersebut untuk mengambil barang-barang milik gadis yang menyuruhnya itu.Levon mengambil koper dan membawanya ke dalam rumah. Saat masuk ke rumah, Levon melihat foto Danish dengan seorang wanita. Dari foto itu dia menebak jika gadis yang tadi menyuruhnya bukanlah istri dari Danish."Ayo, bawa koper itu ke kamar." Lu
Luel membulatkan matanya ketika mendengar penjelasan sang paman. Dia langsung mengalihkan pandangan pada pria yang sedang duduk manis, memasang rak kecil miliknya.Levon menatap Luel. Ternyata selama ini dirinya dikira orang yang membantu pindahan. Pantas saja sejak tadi dia disuruh-suruh terus.Danish menggeleng heran melihat keponakannya memperlakukan tamu seperti itu. Dia segera menghampiri Levon. Mengulurkan tangan untuk membantu Levon untuk bangun.Levon segera menerima uluran tangan Danish. Kemudian berdiri."Maaf keponakanku memperlakukan kamu seperti ini." Danish meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh Luel."Tidak apa-apa, Uncle. Mungkin karena tampangku seperti tukang angkat-angkat barang. Jadi dikira tukang angkat-angkat barang." Levon menjawab sambil memberikan sedikit sindiran pada Luel.Luel hanya bisa tertunduk malu karena merasa bersalah sudah menyuruh-nyuruh Levon.Isha yang melihat reaksi Luel langsung menghampiri keponakannya itu. "Sebaiknya kamu minta maaf." Dia
Setelah Levon pulang, Danish, Isha, dan Luel masuk ke rumah. Luel masih merasa tidak enak sekali dengan pamannya."Maaf, Uncle. Tadi aku benar-benar tidak tahu." Luel kembali meminta maaf. Dia sadar jika tadi kesalahannya karena melakukan hal itu."Lain kali tanya keperluan orang tersebut. Jangan asal menyuruh saja.""Iya." Luel mengangguk."Sudah, lagi pula Levon tidak mempermasalahkan." Isha pun mencoba membela keponakanya itu."Iya." Danish pun tak mau memperpanjang masalah lagi."Apa kamu sudah selesai merapikan barang-barangmu?" Isha beralih pada Luel."Tinggal sebentar lagi, Aunty.""Butuh bantuan?" tanyanya memastikan."Hanya tinggal merapikan beberapa saja. Sepertinya aku bisa melakukan sendiri.""Baiklah kalau begitu."Akhirnya Danish dan Isha ke kamar mereka ketika mendengar Luel tidak butuh bantuan. Di saat paman dan bibinya ke kamar mereka, Luel pun memilih ke kamarnya. Melanjutkan kembali merapikan barang-barang yang dibawanya.Danish dan Isha yang masuk ke kamar segera m
Isha membulatkan matanya ketika mendapati pertanyaan itu. Dia merasa jika keponakannya tadi mendengar obrolannya. Tentu saja itu membuat Isha malu. Akan tetapi, Isha harus bijak menanggapi hal itu. "Semua pria memang begitu. Tapi, kita sebagai wanita harus berhati-hati. Kita para wanita, hanya boleh disentuh oleh pria yang sah menjadi suami." "Makanya itu mau putus saja." Isha yang mendengar ucapan Luel itu langsung mengalihkan pandangan pada Luel. "Putus dengan siapa?" Isha begitu penasaran. "Dengan pacarku, Aunty." Luel menjelaskan. Isha mencerna ucapan Luel. "Dia pegang-pegang kamu?" Dia begitu terkejut ketika menyadari jika keponakanya cerita hal itu. "Iya." Luel mengangguk. "Apa yang dipegang?" Isha seketika panik. Takut keponakannya diapa-apakan oleh pria. "Awalnya tangan. Lalu dia peluk aku dari belakang, lalu pegang perut." "Lalu?" Isha semakin penasaran ketika sang keponakan cerita setengah-setengah."Mau naik ke atas, tapi aku langsung melepaskannya." Luel ragu-rag