Semua Bab OBSESI BARA: Bab 31 - Bab 40

166 Bab

Bab 31. Jadi Pergi

Nyatanya, kepergian Bara hari ini akan benar-benar terlaksana. Semua keperluan dari mulai baju,makanan dan kebutuhan lainnya sudah Laila siapkan. Ada rasa enggan jika suaminya itu pergi tapi di sisi lain ia juga merasa tenang karena tidak ada yang membuatnya risih.Ah, dasar aku! Kenapa jadi rumit begini? Pikir Laila yang sibuk mengemas."Sayang ... tolong pasangin dasi dong."Bara yang baru masuk ke dalam kamar membuat perkerjaan Laila terhenti. Ia membalik badan menatap suaminya yang sudah nampak rapi dengan stelan jas nya. Benar-benar begitu tampan nan elegan. Penuh wibawa dan gagah.Dengan wajah ceria Laila tersenyum, beringsut mengambil dasi yang baru saja Bara ulurkan.Dengan telaten Laila melingkarkan dasi itu di leher Bara."Bagaimana penampilan Mas hari ini?" tanya Bara disela-sela tangan Laila yang tengah bergerak lincah."Sangat tampan."Bara nampak berbinar mendengar pujian dari sang istri. Baru sekarang ia mendengar langsung dari mulut Laila. "Beneran nih?" tanya Bara me
Baca selengkapnya

Bab 32. Spesial Pov Laila

Matahari mulai menampakkan cakrawalanya di atas langit,membuat mataku menyipit melihat kepergian suamiku. Aku tersenyum sembari melambaikan tangan tinggi-tinggi, setelahnya seulas senyum itu kembali luntur saat mobilnya sudah tidak ada dalam pandanganku. Entah mengapa tapi rasanya ... terasa kehilangan sesuatu. Terasa sepi dan semangatku menghilang.Sejenak, aku menghela nafas. Melangkahkan kakiku memasuki rumah. Kini terlihatlah Mbok Eka yang tengah membersihkan sisa sarapan yang tadi kami lakukan bersama. Dengan berbinar aku menghampirinya."Mbok?" tanyaku seraya duduk di kursi meja makan. Kulihat Mbok Eka langsung menatapku."Iya, Non?"Aku diam-diam mengamati Mbok Eka. Sejak awal melihat keakraban Mas Bara dan Mbok Eka, membuatku bertanya-tanya akan hubungan mereka. Barangkali mereka memang sudah saling kenal atau mungkin itu hanya pikiranku saja akan mereka.Dengan canggung aku tersenyum terlebih dahulu. Masih jam 07.00, sedangkan masuk kampus nanti jam 08.00, jadi bisa dong ber
Baca selengkapnya

Bab 33. Masalalu Bara

"Mbok, Bara lapar ... boleh Bara minta makan?"Mbok Eka sejenak menatap Bara kecil yang kini berumur 10 tahun itu. Dengan segera ia tersenyum mengangguk dan membawakan makanan untuk Bara."Makannya di sini aja ya, Den ... takutnya Ayah Aden marah lagi."Dengan polosnya Bara mengangguk ceria. Ia mengambil piring yang berisi lauk-pauk itu dari tangan Mbok Eka. Setelahnya ia duduk di dekat meja cucian dapur. Duduk yang hanya beralaskan lantai. Niatnya ia melakukan hal itu hanya satu, bersembunyi dari kemarahan Ayahnya."Mbok udah makan?" tanya Bara disela-sela kunyahannya.Mbok Eka melirik, ikut duduk di dekat Bara."Udah. Aden habisin ya makanannya." Mbok Eka mengusap puncuk kepala Bara yang sebelumnya mengangguk. Dia melanjutkan makannya.Tak terasa, bulir air mata jatuh membasahi pipi Mbok Eka. Bibirnya bergetar tidak kuat menerima pemandangan ini. Sekuat tenaga ia tahan agar tidak terdengar oleh Bara yang tengah asik makan.Sejak kepergian Mira —bundanya Bara. Semuanya benar-benar be
Baca selengkapnya

Bab 34. Masalalu Bara 2

Mendengar cerita Mbok Eka, aku tidak bisa membendung tangis ini. Aku ikut menangis deras sembari memeluk wanita paruh baya di samping.Kisah Mas Bara membuat hatiku ikut tercabik-cabik. Betapa menderitanya kisah hidupnya masa itu. Membuatku lagi-lagi tidak bisa membendung air mata yang kian berjatuhan.“Non ... Den Bara, dia ..."Aku masih khusu terdiam —mendengarkan dengan seksama cerita dari Mbok Eka. Walau hatiku nyatanya amat pedih mendengarnya.“Dia, diusir bersama Mbok yang saat itu kepergok. Padahal Mbok hanya memberinya makan tapi Tuan ..."Bibir wanita paruh baya ini tercekat bersamaan tangis yang berusaha mungkin ia tahan.“Saat itu Mbok putuskan membawa Den Bara ke kampung halaman Mbok, tentu bersama suami, karena saat itu suami Mbok juga diusir. Mbok tidak tahu apa yang tuan pikirkan, kenapa dia amat tega kepada anaknya sendiri. Dia ... tidak adil kepada anaknya, sedangkan kepada anak yang lain dia ... amat menyayanginya."Mbok Eka berusaha berbicara walau sesekali nafasny
Baca selengkapnya

Bab 35. Kebenaran Lain

Mbok Eka semakin menangis sesenggukan. Sudah, ia tidak kuat lagi untuk menceritakan kisah itu. Kisah yang amat memilukan untuk Bara. "Maaf, Non. Mbok ... mbok enggak bisa menceritakan semuanya. Maaf..."Dengan segera Mbok Eka berlari menuju halaman belakang —tempatnya tinggal sekarang. Sedangkan Laila tidak berkutik dari keterdiamannya. Matanya menatap kosong meja di depannya. Tidak menyangka bahwa kisah ini ..."Mbok?" Laila seketika berteriak melihat kepergian Mbok Eka yang kemudian ia langsung menangis kembali. Meredam tangisnya menggunakan telapak tangan.Ya Allah ... sebenarnya apa takdir ini? Kenapa seseorang yang nampak buruk ternyata menyimpan segudang rahasia yang begitu memilukan? "Mas Bara ... " Laila melirihkan namanya pelan. Merasa berdosa juga karena sempat membuatnya sedih. Sikapnya yang keterlaluan membuatnya merasakan apa yang dipikirkan suaminya akhir-akhir ini. Pernikahan yang baru saja menginjak kurang dari satu bulan membuatnya merasa bahwa ini bukan hanya seka
Baca selengkapnya

Bab 36. Tentang Bara

Seorang pria gagah dengan stelan bewarna abu-abu memasuki sebuah ruangan dengan raut datarnya. Kedua tanganya ia masukan ke dalam saku celana. "Akhirnya, kau ingat akan apa yang seharusnya kau lakukan." Suara bariton lain yang tengah duduk terdengar mengintimidasi saat seseorang itu berdiri tepat di hadapannya.Pria itu tersenyum sinis. Ikut duduk tanpa menunggu persetujuan darinya atau tanpa disuruh olehnya."Jika bukan karena suatu hal, aku tidak akan pernah mau menginjakkan kakiku ke sini," jawabnya acuh. Ia menghela nafas untuk beberapa saat.Pria lain terkekeh mendengar nada sinis lelaki di hadapannya ini."Kau masih saja Bara yang sama yang tidak suka berbasa-basi."Ya, seorang pria dengan stelan jas bewarna abu itu tak lain adalah Bara."Aku ingin segera menyelesaikan semua ini," ketusnya. Walau begitu nampak dalam nada bicaranya tidak terdengar kesal melainkan pasrah?Pria itu bergeming."Setidaknya kau tidak lupa akan hal ini, Bara."Bara mengangguk mengiyakan. Dalam hatinya
Baca selengkapnya

Bab 37. Terungkap

Suasana pagi ini begitu ricuh dipenuhi orang-orang yang berlalu lalang. Beberapa orang saling disibukkan oleh kesibukan masing-masing. Termasuk seorang lelaki yang baru menginjak tanah selepas turun dari roda empat."Ini uangnya. Terima kasih, Pak." Lelaki itu menyodorkan uang 20 ribu, yang dibalas senang oleh sang supir.Lelaki yang baru saja menyerahkan uang itu langsung berbalik pasca mobil yang baru ia tumpangi berjalan menjauh.Kakinya melangkah dengan tergesa. Sedangkan tangannya tengah menjing-jing sesuatu. Ia menyadari bahwa dirinya terlambat menghadiri acara yang sahabatnya adakan.Jalan raya begitu dipenuhi dengan roda empat dan roda dua. Keduanya saling melintas sana-sini, membuat lelaki itu mau tak mau menunggu jalanan sedikit kosong. Ah, hanya sekali seberangan saja, setelahnya ia akan sampai menuju tempat acara.Namun setelah beberapa menit lamanya, kendaraan terus saja melintas, bahkan tidak sedikit yang melintas dalam kecepatan tinggi, membuatnya mengurungkan niat kem
Baca selengkapnya

Bab 38. Dua Ayah

“Paman?” Bara tersentak. Ia terkejut, segera menutup kitab yang tengah ia pegang.“Apa yang kau lakukan, Nak? Kenapa di sini?” tanya Rahman. Ia duduk bersila dekat Bara atau yang ia kenal dengan nama Radit. “Paman juga, kenapa ada di sini?” Bara berusaha menutupi kecanggungannya. Berusaha menutupi sesuatu yang sedari tadi ia pegang menggunakan sarung. Dan semua itu tidak lepas dalam pandangan Rahman.“Apa yang kau sembunyikan,Nak? Sini, biar Abi lihat?”“Abi?” sahut Bara tiba-tiba. Hal itu justru membuat Rahman tertawa. Ia melihat wajah Bara yang amat menggemaskan. “Iya, sekarang kamu panggil Paman dengan nama Abi aja, ya?” Entah dari mana lontaran itu, hanya saja Rahman ingin sekali dipanggil Abi oleh anak yang baru saja ia kenal ini.“Tapi...”“Abi bakalan senang kalau kamu panggil seperti itu.”Bara nampak terdiam, dia bingung akan sikap Paman di sampingnya ini. Kenapa dia,tiba-tiba mengatakan hal itu dan ... tentu bukankah mereka baru bertemu?“Kenapa malah melamun?” tanya Rahma
Baca selengkapnya

Bab 39. Terungkap 2

"Setelah pertemuan lamanya ... ternyata Abi bertemu kembali dengannya, Laila." Rahman, lelaki berkepala empat taunan itu tersenyum tipis, sedangkan matanya menatap Laila yang tengah terdiam-mendengarkan dirinya bercerita."Kau tau Laila? Setelah 1 hari pertemuan itu ... Abi bahkan ingin sekali menjadikan dia menantu Abi." Rahman tertawa renyah mengatakan itu, membuat Laila yang semula terdiam langsung menyunggingkan senyumnya."Tapi, apa kau tau? Ternyata sahabat Abi, Nizar... dia juga ingin menjadikan dia menantunya."Seketika senyum diwajah Laila langsung pudar."Abi kira, setelah pertemuan itu sahabat Abi memang sudah menikahkan dia dengan putri bungsunya, tapi saat di mana malam itu dia datang ... Abi benar-benar sangat terkejut. Terkejut saat keberuntungan itu datang pada putri Abi ini." Rahman mencolek sedikit dagu Laila, membuat sang empu malah tersipu malu."Sekarang Abi ingin bertanya? Apa kau ... mencintainya?" Laila yang tengah menunduk langsung mendongak menatap Abinya."
Baca selengkapnya

Bab 40. Laila Diculik

P.O.V LAILA2 hari telah berlalu. Dan hari ini adalah hari ketiga di mana Mas Bara, suamiku besok akan pulang. Sangat tidak sabar, hati ini sungguh berdebar tak karuan. Rasa rindu yang makin menggebu membuat jiwa ini tak bisa berpikir jernih. Semuanya ... hanya tentangnya. Entah bagaimana ceritanya tapi kini, aku mulai menerimanya sebagai suamiku, cintaku dan ...separuh jiwaku.Aku yang tengah memejam menikmati akan kerinduan ini tersentak saat dering ponsel terdengar nyaring. Segera aku langsung bangkit dari rebahanku, mengambil ponsel dan melihat siapa yang menelfon.'Suamiku'Ah, bibir ini langsung terbit melihat nama yang tertera di sana, segera aku tekan untuk menyambungkan.'Assalamu'alaikum, Sayang...'Suara di sebrang sana membuat desiran jantung dihatiku kian berdetak. Suara lembutnya seakan menjadi penghantar senyum ini terbit. "Wa'alaikumussalam...," balasku berusaha mungkin menetralkan jantung ini. Walau akhir-akhir ini kami memang sering bertukar pesan atau bercakap,vnam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status