Untuk beberapa kali Bara menghela nafas gusar. Dari tadi pagi hingga malam ini Laila tidak membuka pintu kamarnya, dia mengurung tanpa mau membalas setiap pertanyaannya. Bara mengerang frustasi, pusing memikirkan sesuatu agar istrinya tidak merajuk.Bagaimana ia akan menjelaskan bahwa semuanya ... hanya demi kebaikan istrinya? Bagaimana pun ia juga berpikir jauh ke depan sebelum memutuskan hal ini.Bara mencoba sekali lagi untuk menghadap pintu kamar yang sedari tadi tertutup, dia mengetuknya.“Sayang ... bukain ya? Please, kita makan dulu?”Tidak ada jawaban.“Mas akan lakukan apapun, tapi please, buka dulu, yang...”Tidak ada sahutan.“Sayang ... nanti kamu sakit bagaimana? Please, Mas enggak mau kamu kenapa-napa, bukain ya?”Bara menyerah. Istrinya masih enggan untuk membuka pintu. Menyesal ia tadi tidak membawa kunci cadangan. Kunci cadangan menyatu dengan kunci mobilnya, dan tentu ada di dalam sana.“Maafkan, Mas. Laila ... kau boleh marah semau kamu. Tapi jangan marah sama makan
Read more