Kania hampir terlonjak saat mendengar bel rumahnya berdering. Jantungnya kembali berdegup dengan cepat, ia tidak percaya, cepat sekali Leonard datang."Ma, ada tamu.""Itu Paman Leon, kamu saja kesana duluan, Sayang.""Memangnya kenapa bukan Mama yang membuka pintu?""Mama kebelet, kamu liat dulu sebentar nanti Mama nyusul."Devan menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju pintu. Setelah Devan menghilang, Kania menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. Ia harus tenang, jangan sampai ia menunjukkan bahwa ia terpengaruh dengan kejadian kemarin atau Leon akan merasa di atas angin. Itu hanya Leonard, kenapa dia harus malu kepada temannya sendiri? Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik saja, jadi itu bukan apa-apa, bukan?Setelah berhasil menenangkan diri, Kania berjalan menyusul Devan."Sudah ku bilang aku tidak mau bertemu denganmu Le..."Kata-kata Kania tergantung di udara saat melihat siapa yang berada di hadapannya kini. Ternyata bukan Leon, tapi Sean. Raut wajah Sean te
Read more