Saat Kania hendak membuka pintu butiknya Leonard tiba-tiba muncul di hadapannya."Hei Kania, mau kemana?" Tanya Leonard yang melihat Kania terburu-buru."Ah, aku harus pulang, Devan sakit.""Devan sakit? Kalau begitu ayo, lebih baik aku yang mengantarkanmu, Kania."Tidak berpikir panjang lagi, Kania menganggukkan kepalanya lalu pergi ke mobil Leonard. Hanya dalam beberapa menit, Leon dan juga Kania tiba di rumah.Dengan panik, Kania bergegas masuk ke kamar Devan. Benar saja kata Bi Minah, Devan terbaring di atas ranjang dengan wajahnya yang memucat. Kania segera mengambil termometer lalu mengukur suhu tubuh Devan. Raut wajahnya semakin panik saat melihat angka disana menunjukkan 38° c, Devan demam tinggi."Sayang, minum obat dulu ya..."Kania mencoba memberikan obat pereda demam kepada Devan, namun Devan lagi-lagi menolak."Papa... Papa..."Hati Kania semakin terasa tercabik saat mendengar gumaman Devan saat ini. Bahkan disaat sakit seperti ini, Devan masih teringat kepada ayahnya. Me
Read more