Tidak diangkat. Sean berdecak saat panggilannya kembali diabaikan oleh Kania. Ia menghela nafasnya panjang, perasaannya sangat tidak tenang melihat ekspresi Kania tadi. Kania terlihat sangat kecewa dan enggan berurusan dengannya kembali. Ia sungguh mengkhawatirkan keadaan Kania, tapi kemana ia harus mencari tahu?Ah Devan. Benar, ia bisa menelepon Bu Minah untuk mengetahui kabar dari Kania. Beruntung, ia pernah menyimpan nomor Bi Minah selama ini. Hanya dalam beberapa menit, panggilannya seketika tersambung. Sean segera menegakkan tubuhnya dengan antusias, ia harap Bi Minah belum pulang dari pekerjaannya."Hallo?""Hallo Bi, saya Sean.""Oh Nak Sean? Iya Nak, ada apa?""Saya ingin bicara dengan Devan, apa Devannya ada?""Ada Nak, tunggu sebentar.""Baik Bi,"Dalam beberapa detik suara Devan yang ceria seketika menggema dari sebrang sana, "Papa!""Sayang, kamu sedang apa?""Devan sedang makan dengan Bi Minah,""Kamu hanya makan berdua dengan Bi Minah? Memangnya Mama kemana, Sayang?""M
Baca selengkapnya