Beranda / Romansa / Satu Hari Dua Akad / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Satu Hari Dua Akad: Bab 21 - Bab 30

82 Bab

Menerima Takdir

“Kalau kamu mau bicara sesuatu yang akhirnya bikin aku sakit hati, mending aku nggak usah denger, Mas.”Welly lebih memilih menghindari sakit hati, lebih baik ia tidak tahu sama sekali daripada tahu dan itu kembali mengoyak hatinya. Ia sudah berdamai dengan masa lalu dan tidak ingin membuka luka lama.Awan pun terdiam. Apa yang akan dikatakannya memang bisa membuat hati Welly terluka karena Awan akan engatakan jika dirinya sudah pernah berhubungan dengan Jingga meski hanya satu kali. Tapi Awan yakin jika Jingga bukan hamil anaknya jadi tidak akan ada lagi hubungan antara ia dan Jingga.Kalau pun Jingga hamil anaknya sudah pasti akan memberitahu dan Jingga selama ini hanya diam saja bahkan saat perutnya sudah membesar dan itu semakin membuat Awan yakin Jingga memang bukan mengandung benihnya.“Iya. Aku nggak bakalan ngomongin apapun yang akan menyakiti kamu.”“Jangan bahas masa lalu lagi ya. Anggap saja itu semua nggak pernah ada.” Mungkin perkataan Welly ini seperti membuang fakta tap
Baca selengkapnya

Setelah 17 Tahun

“Zunai mana?” Awan mengedarkan pandangan mencari keberadaan putrinya.“Belum pulang, Mas.”“Belum pulang? Ini udah jam delapan loh. Anak gadis keluyuran jam segini nggak baik!”“Dia tadi sore udah telpon aku katanya mau kerja kelompok di rumah Chika.”Awan sangat protektif pada Zunaira yang tahun ini menginjak usia tujuh belas tahun. Zunaira persis seperti Welly, mulai dari wajah dan juga sikapnya, ia tidak menuruni bar-bar sang ayah. Anak itu begitu kalem bahkan terkesan pendiam bahkan temannya saja bisa dihitung menggunakan jari. Chika salah satu teman dekatnya yang juga sering main ke rumah jadi Awan dan Welly tahu dan mengenalnya.“Udah di telepon lagi belum?”“Udah, tapi nggak aktif.”“Biar aku jemput aja. Di rumah Chika 'kan?”“Iya.”Baru saja di ambang pintu rumah, di luar gerbang Awan melihat Zunaira turun dari motor. Awan langsung menghampiri berniat ingin marah namun tertahan saat melihat sudut bibir putrinya itu terluka dengan pipi merah tanda bekas tamparan. Amarahnya mala
Baca selengkapnya

Bertemu Mantan di Reunian

Awan masih memperhatikan pemuda itu yang kini sedang mengobrol dengan seseorang lewat telepon.“Iya, sekarang aku kesana. Bunda tunggu aja.” Sambungan telepon terputus, ia memasukan benda pipih itu ke dalam saku celana dan beralih pada Awan. “Om, saya duluan ya.”Tidak menunggu Awan menjawab, pemuda yang tidak diketahui namanya itu melenggang pergi.“Ayah, es krim. Ayah.” Sebria menepuk pipi Awan membuat lelaki itu langsung tersadar dari lamunannya.“Apa?”“Es krim.”“Iya, iya.” Awan mengambil es krim tergeletak itu dan membuangnya ke tempat sampah sebelum masuk lagi ke kedai es krim.Wajah pemuda itu benar-benar mengganggu ketenangan Awan. Ia merasa penasaran dan ingin mencari tahu. Masalahnya wajahnya persis seperti Awan saat remaja. Mungkin jika orang yang mengenal Awan saat remaja pasti akan mengatakan hal yang sama.Saat di rumah nanti akan ditanyakan pada Zunaira soal pemuda itu, pikir Awan. Ia tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum tahu sola pemuda itu. Ia sadar di luaran sana p
Baca selengkapnya

Enggan Mengakui

“Samudra.” Lelaki itu mengulurkan tangan untuk berjabatan.“Awan.” Ia menyambutnya.Awan tidak tahu jika Jingga masih bersama dengan Dipta. Terlihat dari anak lelaki di depannya itu, sudah pasti bukan anak kandung Jingga karena perkiraan Awan usianya di atas dua puluhan.“Anaknya Bang Dipta?” Tanpa bisa dikontrol Awan langsung menanyakan hal itu.“Om kenal juga Papa saya ternyata.” Samudra menyahut.Awan hanya tersenyum.“Langit mana?”Mendengar satu nama itu membuat Awan teringat pada teman Zunaira bernama Langit yang memiliki wajah mirip seperti dirinya.“Di mobil. Dia bilang katanya jangan lama-lama.” Samudra sedikit berbisik namun masih bisa didengar oleh Awan.“Ya udah. Kita pulang aja sekarang. Bunda juga udah ketemu temen-temen Bunda.”“Kenapa buru-buru, Ji?”Jingga mengedikkan bahunya. “Beginilah ibu rumah tangga. Nggak tenang kalo ninggalin rumah kelamaan. Duluan ya.”Jingga memang berada di sana sudah lebih lama daripada Awan jadi Jingga sudah mengobrol dengan teman-temannya
Baca selengkapnya

Bertemu di Situasi Buruk

“Aduh, hp gue malah ketinggalan lagi.” Langit yang belum terlalu jauh masuk kini berbalik berjalan keluar gerbang berharap jika ibunya masih ada di sana.Tangan lelaki itu mengepal, berlari mendekat dan menarik tubuh Awan menjauh dari Jingga. Emosi, ia langsung menghantam wajah Awan. Anak itu tidak akan membiarkan ibunya disakiti, meskipun nakal tapi Langit itu sangat menyayangi sang ibu.Emosinya meluap karena dari kejauhan ia melihat ibunya menangis dengan kedua pergelangan tangan dicengkram kuat oleh Awan.“Bunda. Bunda nggak papa?”Jingga tidak bicara, tubuhnya gemetar karena ketakutan. Nafasnya memburu dengan jantung yang berdegup dengan kencang. Langit membawa ibunya masuk ke dalam mobil.“Om, urusan kita belum selesai ya. Berani nyakitin ibu saya, Om berarti punya urusan sama saya.” Langit menatap Awan dengan tajam sebelum ikut masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Awan yang masih terdiam.Sebelah sudut bibir lelaki itu terangkat. “Dia … bener-bener anak gue.” Melihat seperti a
Baca selengkapnya

Kejujuran Menyakitkan

Senyum merekah di bibir Awan saat ia berhadapan dengan Langit, tapi ekspresi berbeda ditunjukan oleh anak sulung Jingga itu. Rahangnya mengeras dengan sorot mata tajam. Ia masih belum menerima perlakuan Awan pada Jingga tadi.Anak manapun tidak akan terima jika melihat ibunya disakiti sekecil apapun.“Langit-”“Saya nggak tahu ada masalah apa antara Om dan Ibu saya tapi saya peringatkan jangan sampai saya lihat Om menyakiti Ibu saya lagi. Saya nggak akan biarkan itu terjadi!” Langit bicara dengan penuh penekanan tapi tidak melupakan sopan santun kepada orang yang lebih tua.“Ini Ayah, Nak.” Awan tak sanggup lagi jika harus banyak berkata, ia hanya ingin Langit tahu jika ia adalah ayahnya.Alis Langit tampak berkerut. Ia menolehkan ke belakang tubuhnya berpikir ada orang lain di sana dan ternyata tidak ada. Hanya ada Awan dan Langit saja di tempat itu, Zunaira bahkan sengaja Awan suruh untuk menunggu di mobil.“Om ngomong apa sih?”“Ayah ini Ayah kandung kamu. Bang Dipta itu hanya ayah
Baca selengkapnya

Korban Keegoisan

“Mas, itu kenapa bisa luka? Kamu berantem sama siapa?” Welly langsung memberondong Awan dengan pertanyaan.“Nggak papa, cuman salah paham aja kok.” Awan melirik Zunaira.Tadi ia sudah mewanti-wanti pada Zunaira untuk tidak mengatakan apapun pada Welly termasuk soal ia yang mengikuti Langit. Tanpa banyak bertanya Zunaira hanya menurut saja, ia juga bukan orang yang suka ikut campur apalagi dalam urusan orang tuanya.“Sini, aku obatin dulu.” Welly menarik tangan suaminya menuju kamar.“Nggak papa, sayang.”“Udah diem.” Welly mendorong tubuh Awan sampai terduduk di tepi ranjang lalu beranjak mengambil kotak obat.Awan harus mempersiapkan semuanya. Memberitahu Welly soal kehadiran Langit, kehadiran anak itu pasti akan menyakiti semua orang. Langit pun belum tentu bersedia untuk mengakui Awan apalagi kesan pada Awan sudah tidak baik karena melihat lelaki itu menyakiti Jingga.“Mas, besok jadwal USG. Kalau perempuan lagi gimana?” Welly mulai membuka obrolan.“Nggak masalah, sayang. Anak itu
Baca selengkapnya

Rencana

“Mas Awan ada masalah apa ya, dia kelihatan khawatir banget.” Welly jadi ikut tidak tenang karena melihat suaminya yang tadi buru-buru mengantar pulang setelah dari rumah sakit.Meski penasaran, Welly tidak akan menelpon Awan untuk bertanya ia lebih memilih menunggu suaminya pulang agar bisa menjelaskan lebih detail soal apa yang terjadi.Sampai anak-anak pulang, Awan masih belum menghubungi dan tidak ada tanda-tanda kepulangan lelaki itu.“Ibu kenapa? Kok kayak gelisah gitu?” Zunaira menyadari raut wajah sang ibu yang tak biasa.“Eh, nggak kok. Mandi gih, atau mau makan dulu. Ibu udah masak.”“Beneran Ibu nggak kenapa-napa.”Welly tersenyum. “Iya, Kak. Ibu nggak papa kok.”Hati seorang istri memang paling peka, ada sesuatu dengan suaminya ia akan merasakan meski tidak diberitahu.Mendengar deru suara mobil, Welly bergegas untuk membukakan pintu. Namun yang datang bukan Awan melainkan ibu mertuanya.“Awan belum pulang kerja?”“Mas Awan hari ini nggak ke kantor, Ma.”“Loh, kenapa? Dia
Baca selengkapnya

Tak Tega Melihatnya

“Loh, kok pulang, Mas?” Jingga melirik Dipta yang menoleh sambil tersenyum lalu keluar dari mobil.Lelaki itu membukakan pintu mobil untuk Jingga.“Mas, katanya mau jemput Langit?” Jingga masih bertahan dalam posisinya, ia ingin segera menemui putranya dan membawa pulang. Perasaannya tidak akan tenang jika Langit tidak ada di rumah, semalam saja ia tidak bisa tidur.“Yuk. Turun dulu.” Tangan Dipta terulur, meski heran Jingga tetap meraih tangan lelaki itu dan turun dari mobil.“Abang cerita dulu.”“Minggir nggak! Gue jitak juga pala lo!” Langit melotot pada Embun.“Nggak. Bilang dulu kenapa wajah Abang kayak gini?” Embun berkacak pinggang seperti seorang ibu yang tengah menginterogasi anaknya.Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, Jingga terperangah. Tidak percaya jika Langit ternyata pulang sendiri ke rumah, padahal Jingga sudah begitu takut jika anaknya itu akan pergi lagi dan berakhir seperti hari ini.“Dia nggak akan tega lihat Bundanya nangis gara-gara dia, meskipun di sini dia
Baca selengkapnya

Remuk Redam

Di pertemuan pertama, Bu Neva sudah meninggalkan kesan buruk dan membuat Langit akan berpikir berkali-kali jika harus bertemu lagi dengan wanita paruh baya itu. Meski kelakuannya bar-bar dan sebelas dua belas dengan Awan, Langit tetap tidak suka pada orang seperti Bu Neva.Setelah Dipta selesai memeriksa kondisi Welly, Langit bahkan sudah menunggu di dalam mobil karena ingin pulang. Ia tidak ingin menjadi sumber keributan di rumah orang lain.Bu Neva tidak bisa melarang dan memaksa, ia bisa membaca sikap Langit yang mirip dengan Awan. Semakin dipaksa akan semakin keras kepala. Jadi memang baiknya dibiarkan saja dulu.“Welly pake pingsan segala lagi. Dia itu kenapa sih?”“Ma, jangan kayak gitu. Welly pasti kaget karena tahu aku punya anak.” Awan kesal juga melihat sang ibu yang malah terlihat seperti dulu yang tidak peduli pada Welly.Siapa yang tidak akan kaget jika tahu suaminya memiliki anak dari wanita lain dan usia anaknya bahkan sama dengan anak pertamanya. Welly kembali ditampar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status