Beranda / Romansa / Satu Hari Dua Akad / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Satu Hari Dua Akad: Bab 31 - Bab 40

82 Bab

Kepergiannya

“Zunai ….”“Langit bener-bener anak ayah?” Zunaira terus bertanya karena belum mendapat jawaban dari pertanyaanya.Awan menarik nafas dalam-dalam. “Iya, dia saudara kamu.”Saudara satu ayah tapi beda ibu. Kaget, jangan ditanyakan lagi.Zunaira padahal sudah diminta untuk tetap tinggal di sana tapi karena ia kebetulan ingin mengambil hadiah untuk sang kakek yang ketinggalan di rumah, ia harus kembali dan malah mendengar hal yang sama sekali tidak pernah diduga olehnya.Sekalian Awan menceritakan semuanya selagi putri sulungnya ada, disembunyikan juga percuma karena Zunaira sudah mendengar semuanya.Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Welly. Ia sudah memaafkan Awan tadi semuanya tidak akan sama. Di depan anak-anak Welly terlihat biasa tapi tidak saat berdua bersama dengan Awan. Saking kecewanya ia sampai tidak bisa berkata-kata.Jingga juga sempat menghubungi Welly dan ikut menjelaskan semuanya tapi itu sama sekali tidak bisa merubah apapun
Baca selengkapnya

Tukar Posisi

“Sayang, tolong jangan bicara begitu. Aku mengakui semua kesalahan aku, hukum aku sesukamu asal jangan tinggalin aku.” Awan semakin erat menggenggam tangan Welly.Bukan hanya Awan yang akan sengsara tapi anak-anak juga akan terkena getahnya jika orang tua berpisah. Tidak semua masalah akan selesai dengan sebuah perpisahan bahkan bisa jadi timbul masalah baru dan Welly tahu itu, ia termasuk orang yang berpikir panjang.“Emang siapa yang mau ninggalin kamu?”Awan mengangkat wajahnya yang tertunduk. Ia masih diam tidak mengerti. “Ja-di.”“Aku cuman mau tinggal dulu di rumah Bapak. Jadi kamu nggak keberatan 'kan urus rumah dan anak-anak tanpa aku?”“Tapi nanti balik 'kan?”Welly mengedikkan pundaknya. “Tergantung.”“Kok tergantung sih.”“Tergantung kamu.”Awan mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri. “Tergantung aku? Kalau gitu kamu di rumah Bapak sehari aja, udah itu pulang.”“Bukan itu maksudnya. Kalau kamu bisa urus anak-anak tanpa aku, baru aku bakalan pulang. Kalau nggak ya, nunggu
Baca selengkapnya

Dikekang

“Nggak kebayang pusingnya Welly, tapi kok dia nggak pernah ngeluh ya?” Awan bermonolog.Selama ini Welly tidak pernah mengeluh dengan tugas rumahnya, meski raut wajah lelahnya tidak pernah bisa berbohong tapi wanita itu tidak mengeluh pada Awan saat suaminya lelah setelah seharian bekerja. Padahal kebanyakan wanita akan mengomel jika merasa pekerjaan rumahnya melelahkan. Meski tidak semua ibu rumah tangga seperti itu.Orang baik tidak pernah ingin diakui dirinya baik, ia tidak pernah mengumbarnya dengan mengatakan dengan mulutnya sendiri karena orang di sekitarnya pun akan menyadari tanpa diberitahu.“Ayah!” Sebria sudah berdiri di depan Awan.Awan menunduk. “Apa?”“Habis.” Ia mengangkat toples selai yang sudah habis itu. “Lagi ya?”“Nggak. Nanti aja, sekarang Bia cuci tangan. Katanya mau lihat dedek bayi.”“Sekarang, Yah?”“Tahun depan. Ya sekarang dong anak Ayah yang cantik. Ayo cuci tangan.”Sebria bersorak gembira, melempar begitu saja toples di tangan dan berlari ke kamar mandi.
Baca selengkapnya

Pulang

“Bengong terus ….” Samudra meledek Langit yang memang sekarang sering melamun.Pemuda itu seperti memiliki banyak beban pikiran. seharusnya di usianya ini, ia lebih fokus pada pendidikan bukannya malah memikirkan masalah keluar. Sebenarnya wajar karena kisah hidup keluarga Langit berbeda, ia merasa sedang berperan dalam sebuah drama. Bahkan masih tidak percaya ia memiliki ayah selain Dirga.Meski tahu akar permasalahannya, Samudra tidak ada niat untuk membahas itu lagi karena sebelumnya ia sudah membahasnya. Langit juga bukan orang yang mau mendengarkan hal-hal itu yang dibahas berulang.“Jangan bilang lo masih berat di sini karena ninggalin cewek lo.” Samudra kembali bersuara lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Langit.“Cewek gue yang mana?” sahutnya dengan santai.Samudra mencibir. “Begini nih kalau ceweknya nggak cuman satu.”“Santai, masih pacaran ini. Kalau udah punya bini baru nggak boleh lebih dari satu.”Niat hanya bercanda tapi jatuhnya Langit malah seperti meledek ayahnya y
Baca selengkapnya

Semakin Menjauh

“Nyonya Neva yang terhormat, lebih baik anda pergi dari sini!”Bukan. Bukan Dipta yang bicara tapi sosok yang berdiri di dekat pagar sambil menenteng tasnya. Ia melihat dengan langsung Bu Neva yang menampar Dipta, bahkan Langit juga mendengar jelas tuduhan tak berdasar wanita paruh baya itu.Tangannya mengepal dengan rahang yang berkedut.“Langit.” Bu Neva tampak antusias, ia menghampiri Langit. “Oma kangen banget sama kamu, kamu kemana aja? Kenapa nggak bisa dihubungi?”Pemuda itu malah menghindar. “Anda sudah bicara yang tidak pantas pada Papa saya, menuduh sesuatu yang bahkan tidak pernah Papa saya lakukan.”“Kenapa kamu malah belain dia sih? Dia itu cuman orang lain, Langit.” Bu Neva langsung tersulut, tidak terima Langit malah membela Dipta yang di mata Bu Neva tidak memiliki hubungan apapun dengan Langit.“Mari, Bu. Kita bicara di dalam.” Dipta tidak ingin nantinya malah menjadi bahan tontonan tetangga.“Nggak usah basa-basi. Saya kesini mau bawa cucu saya pulang!”“Anda tidak a
Baca selengkapnya

Dikira Selingkuh

“Kenapa kamu ngomong kayak gitu?” Jingga tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan putranya.Langit menaruh ponsel sang ibu di meja. “Bunda nggak tahu aja apa yang tadi dibilang Ibunya Om Awan ke Papa. Kalau Bunda tahu pasti sama marahnya kayak aku.”“Emang Bu Neva bilang apa?”Langit mengedikkan bahunya lalu beranjak, niatnya ke dapur untuk mengambil minum tapi mendengar percakapan ibunya dengan Awan membuat rasa harus Langit langsung hilang. Ia merasa benar-benar tidak suka dalam situasi seperti ini. Bahkan jika bisa memilih ia lebih memilih tidak tahu siapa ayah kandungnya daripada harus ada konflik seperti ini yang membuat ia dan keluarganya menjadi tidak tenang.“Langit, Bunda belum beres ngomong.” Jingga menyusul putranya itu tapi saat melewati ruang keluarga Dipta mencegah istrinya itu untuk bicara pada Langit.“Sayang, udah biarin dulu.”“Oke tapi kamu jelasin ke aku apa yang dibilang Bu Neva ke kamu tadi?” Jingga sudah tidak bisa lagi jika disuruh bersabar. “Jangan bi
Baca selengkapnya

Akhirnya Menerima

“Apaan sih lo, Ge. Pacaran juga kagak, nuduh gue selingkuh lagi.” Langit berucap ketus.Sebenarnya ia tidak pernah berpacaran dengan siapapun hanya saja para gadis itu merasa memiliki Langit yang tidak pernah menganggap punya hubungan dengan gadis manapun.“Sayang, kok kamu gitu sih?”“Jijik. Nggak usah panggil-panggil sayang. Sono, ganggu orang aja.” Langit tidak lagi memperdulikan keberadaan Gea dan fokus menatap buku menu di depannya.Sedangkan Zunaira yang tidak tahu duduk permasalahan hanya diam tidak mengatakan apa-apa takutnya salah bicara. Ingin menjelaskan pada Gea pun tidak ada gunanya karena tadi ia mendengar sendiri dari Langit jika Gea bukanlah kekasih Langit jadi tidak ada kewajiban untuk menjelaskan.“Eh, lo cewek yang satu kelas sama Langit 'kan? Gue masih inget, lo si cupu yang godain Felix.” Gea menatap sengit pada Zunaira.“Si Felix aja jadi cowok kegatelan, sok cakep mau punya cewek dua. Nggak usah lo nyeret Zunai ya!” Langit langsung membentengi karena tidak mau m
Baca selengkapnya

Mulai Akur

“Malam, Om.” Langit menyapa Awan yang masih berdiri di ambang pintu hanya mengenakan celana kain.Niatnya tadi hanya ingin menanyakan shampo yang habis. Karena Welly tak kunjung menyahut, Awan pun keluar dan sekarang malah dibuat kaget karena melihat anak lelakinya tengah duduk dan berbincang dengan Welly.“Udah lama di sini?” tanya Awan, ia juga merasa sedikit canggung karena percakapan terakhir mereka.“Baru aja, Om.”“Bisa nunggu sebentar 'kan? Ayah mandi dulu sebentar aja, nggak lama kok.”Belum sempat Langit menjawab, Awan langsung masuk ke dalam kamarnya agar bisa mandi secepatnya. Ia tidak ingin kehilangan momen ini apalagi karena Langit datang dengan sendirinya ke rumah.“Makan malam di sini ya.” Welly kembali membujuk Langit.“Nggak papa, Tante?”“Ya nggak dong. Tante bakalan seneng banget kalau kamu mau ikut makan malam.”Langit mengangguk.“Soal tadi nggak usah kita bahas lagi ya. Jangan pernah merasa bersalah karena semuanya sudah ditakdirkan, jalani hidup senyamannya kamu.
Baca selengkapnya

Abang Idaman

[Ternyata si cupu @Zunaira itu anak babi.] -Miranda.[Maksud lo anak babi gimana sih, Mir?] - Yessi.[Anak haram *dengan emot ketawa ngakak.] -Gea.[Lo tahu dari mana coba? Gea.]- Yessi.[Ayang gue yang bilang kalo si cupu itu adiknya dia berarti adik tiri yekan. Kalau kembar kagak mungkin orang mereka nggak ada miripnya.] -Gea.Langit menggeram. Dengan cepat jarinya mengetik pesan balasan.[Gue tandain lo @Gea, anj*ng!] -Langit.Grup langsung sepi, tidak ada yang berani jika Langit sudah muncul. Bahkan yang lain pun hanya berani untuk membaca percakapan trio pembuat onar itu, tidak niat untuk menimpali apalagi jika berhubungan dengan Langit. Tidak ada yang berani pada lelaki satu ini.Langit sudah bisa menduga kalau Zunaira membaca pesan di grup itu, ingin mencegah juga tidak ada gunanya karena Zunaira bukan anak kecil. Di sini Langit berperan sebagai seorang yang ingin menjaga perasaan saudaranya. Tidak terlahir dari rahim yang sama bukan berarti tidak memiliki kepedulian satu sama
Baca selengkapnya

Dasar Anak Awan!

"Kenapa teriak-teriak?" Jingga melihat Langit yang berdiri di depan pintu dengan wajah santai."Nggak ada. Aku mau tidur di sini ya," ujarnya lalu melangkah masuk. Menghempaskan tubuhnya ke kasur."Eh. Kamu itu bukan anak kecil, masa tidur di kamar Bunda sama Papa sih?" Jingga menyusul, menarik-narik tangan Langit agar turun dari kasur.Anak satu ini tengilnya tidak ada obat. Tahu saja jika orang tuanya mau melakukan yang iya-iya makanya mengganggu."Malam ini aja deh jadi anak kecil. Aku mau dibacakan dongeng."Jingga memutar bola matanya malas sedangkan Dipta hanya tertawa melihat tingkah Langit."Anak siapa ini hah? Nyebelin banget, cepetan keluar!""Aku kayak gini gen dari Bunda juga kali. Iya 'kan, Pa?" Langit memainkan kedua alisnya. "Aku nggak mau punya adik lagi," ujarnya seolah tahu apa yang akan dilakukan kedua orang dewasa itu."Bunda yang ngurusin kok malah kamu yang repot, kamu cuman kerjaannya jahilin doang. Sana keluar!" Jingga berkacak pinggang tapi sama sekali tidak m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status