All Chapters of Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan: Chapter 61 - Chapter 70

107 Chapters

Cemburu

Alin tidak menghiraukan pesan yang barusan Indah kirimkan padanya. Dia tahu persis siapa orang yang saat ini sedang bersama Devan. “Sudah mulai berani berulah kau rupanya, Ndah. Berani sekali kau mempengaruhiku. Kau salah orang jika ingin memanas-manasiku, jangankan panas, hangat saja tidak. Tapi tidak masalah, aku akan tetap mengapresiasi kepedulianmu ini,” gumam Alin sambil tersenyum miring. Setelah membalas pesan Indah, Alin meletakkan kembali ponselnya dan melanjutkan kegiatannya di depan layar laptop. Dia kembali berkutat menyelesaikan pekerjaannya sebelum memasak makan siang untuk devan. Tapi tiba-tiba gerakannya terhenti ketika dia mengingat tentang pesan yang dikirimkan oleh sepupunya tadi. “Kenapa aku jadi kepikiran dengan wanita yang sedang bersama Mas Devan tadi, ya? Aku harus segera menyelidikinya. Sepertinya gadis itu juga menyukai Mas Devan,” gumam Alin. Karena hari sudah beranjak siang, Alin menyudahi pekerjaannya dan segera menyiapkan bekal makan siang sebelum menyu
Read more

Bertepuk Sebelah Tangan

Devan semakin melebarkan senyumannya padahal Alin tengah mengancamnya. Lelaki itu merasa di atas awan karena sikap istrinya yang terkesan takut dirinya akan mendua. “Kamu tenang saja, Sayang. Aku tidak akan pernah membiarkan wanita lain masuk dalam hidupku. Hanya kamu saja satu-satunya dan takkan pernah bisa tergantikan, Sayang.” “Kuharap kamu bisa memegang apa yang kamu katakan ini,” gumam Alin. Dengan sigap, Devan memeluk erat istrinya yang sedang cemburu itu. Dia menciumi pucuk kepala Alin dengan penuh cinta. Dia sangat paham dengan kekhawatiran dan ketakutan istrinya mengingat kisah kelam percintaan yang pernah dia alami sebelumnya. "Pokoknya aku nggak mau kamu terlalu berinteraksi dengannya, Mas!" ujar Alin mewanti-wanti.“Iya, Sayang. Sepertinya aku nanti akan pulang telat. Ada urusan yang harus aku selesaikan, Sayang,” kata Devan.“Iya, Mas jangan lama-lama ya,” jawab Alin.Tak lama kemudian, gadis itu pamit puulang karena dia hendak pergi ke rumah mertuanya. Sedangkan Deva
Read more

Kemarahan Alin

Yasmin terdiam dalam lamunannya. Pikirannya menerawang pada keluarganya yang selalu menuntutnya untuk mencari pendamping yang setara dengan keluarga mereka. Dan kini, ketika dia sudah menemukan tambatan hatinya di usia yang tidak lagi muda, dia harus menerima kenyataan jika lelaki pilihannya sudah beristtri. “Anda sungguh beruntung karena memiliki orang tua yang selalu mendukung apa yang Anda lakukan, Tuan.” Wanita itu tersenyum getir dengan kehidupan yang saat ini tengah dia jalani. Terlalu sibuk mengejar karir membuatnya lupa jika dia adalah seorang wanita yang juga membutuhkan seorang pendamping. Dia sedikit menyesali sikapnya yang terlalu abai dalam urusan asmara. Apalagi orang tuanya selalu mematok kriteria tinggi dalam mencari menantu. Namun lamunannya buyar saat Devan kembali mengajaknya berbicara. “Nona, saya tahu Anda pasti kecewa dengan jawaban saya tadi. Tapi Anda harus ingat, tidak semua yang kita inginkan harus terwujud. Anda ini cantik juga cerdas. Saya yakin di luar
Read more

Nasihat Mertua

Indah langsung menghentikan gerakannya dan memandang Alin yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.“Lin, kenapa kammu bicara seperti itu? Apa kamu sebenarnya memang tidak suka jika aku ikut tinggal di sini?” tanyanya.“Cukup, kita sedang di meja makan, tolong jangan buat keributan dan makanlah dengan tenang!” tegur Devan. Mereka berdua terdiam dan segera memulai makan malam mereka. Seusai makan malam, Alin tidak langsung kembali ke kamarnya. Dia memanggil Indah untuk bicara berdua dengannya.“Apa maksudmu di meja makan tadi?” tanya Alin. Indah yang duduk bersebrangan dengannya tersenyum samar, “tidak ada maksud apapun, Lin. Aku hanya berinisiatif untuk membantumu saja, tidak lebih.”“Apapun alasanmu, aku tidak suka dengan caramu tadi. Jika kau masih ingin tinggal di sini, maka jagalah sikapmu. Ingat, Ndah, aku bukan Alin yang dulu yang bisa k
Read more

Istri Kedua?

Ibu Devan menghela nafasnya saat putranya menanyakan perihal kedatangan Yasmin ke rumahnya. Dia sendiri bingung bagaimana hendak menjawabnya. “Mama juga tidak tahu apa sebenarnya tujuan anak itu datang ke rumah. Mama mengenalnya sewaktu ada perjamuan beberapa waktu lalu. Kebetulan sekali, dia anak teman Mama dulu saat masih di bangku kuliah. Katanya sih, dia hanya mampir karena arah ke kantor satu jalur dengan arah rumah ini,” jelas Mama. Tapi Devan malah menangkap hal lain dari tujuan Yasmin berkunjung ke rumahnya. “Apa saja yang kalian bahas sewaktu dia datang, Ma?” tanya Devan lagi. “Aduh Van, kamu itu kok mendadak cerewet seperti detektif sih?” protes mama. “Sudahlah Ma jawab saja dulu,” ujar Devan tidak sabar. Ibu Devan tersenyum getir, “dia membahas masalah anak.” Devan dan Alin saling memandang satu sama lain. Mereka seakan berkomunikasi lewat tatapan mata. “Memangnya apa yang dia inginkan, Ma?” tanya Alin. “Dia menawarkan diri untuk menjadi istri kedua Devan karena ber
Read more

Memutuskan Kerja Sama

Ayah Devan benar-benar geram saat mendengar kalimat yang meluncur dari mulut ayah Yasmin. Lelaki yang selalu menjunjung tinggi kesetiaan itu sangat menentang keras dengan pengkhianatan. Sedangkan orang tua Yasmin tidak terima diperlakukan seperti ini oleh orang terpandang itu. Ayah Yasmin merasa harga dirinya diinjak dengan penolakan ayah Devan.“Tuan Bimantara, kita ini sudah lama berkecimpung di dunia bisnis, tidak mungkin saya membiarkan putri saya menikah dengan orang sembarangan. Apalagi sepertinya putri saya juga menyukai putra Anda. Ingat Tuan, jika kita menikahkan anak-anak kita, bukan tidak mungkin kerja sama yang akan terjalin akan semakin erat dan akan membawa kita pada titik di mana perusahaan kita akan menjadi nomor satu di dunia. Tentunya dengan sentuhan tangan dingin anak-anak kita,” ucap ayah Yasmin merayu.“Maaf, tapi saya tidak tertarik dengan tawaran Anda!” tolak ayah Devan dengan tegas.“Tuan, mohon pertimbangkan dengan baik permintaan saya ini, Tuan,” ujar ay
Read more

Runtuhnya Kesombongan

Yasmin dan juga ayahnya terkejut bukan main dengan ancaman yang dilayangkan Devan dan istrinya. Namun dalam sekejap mereka langsung berpikir jika Devan tidak serius dengan ancamannya dan Alin hanya membual saja. “Ha ha ha Tuan Devan, saya tahu Anda tidak akan mungkin melakukan itu. saya tahu betul bagaimana karakter Anda, apalagi kita sudah sangat lama bekerja sama. Tidak mungkin hanya karena masalah sepele ini membuat Anda memutuskan kerja sama kita, kan? Dan Anda,” tunjuknya pada Alin, “jangan terlalu banyak membual, Nona. Memangnya Anda ini siapa sampai berani mengancam memblacklist perusahaan saya dari dari daftar kerja sama dengan APN Group. Tuan Bimantara, sepertinya menantu Anda ini terlalu banyak membual,” ujarnya meremehkan Alin. “Tolong jaga sikap dan ucapan Anda, Tuan Smith!” ujar ayah Devan dengan nada tertahan. Sementara, Devan semakin geram dengan sikap ayah Yasmin yang semakin diambang batas. Dia sudah tidak bisa lagi menolerir sikap ayah Yasmin malam ini. “Apa yang
Read more

Musuh Dalam Selimut

Karena merasa usahanya akan sia-sia saja, akhirnya mereka pamit undur diri dari rumah orang tua Devan dengan membawa berjuta penyesalan yang menumpuk. Di dalam mobil, ayah Yasmin terus mengumpati kebodohan anaknya.“Yasmin, ini semua gara-gara kamu. Perusahaan kita sekarang sudah terblacklist. Oh Daddy tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di esok hari. Shittt!” umpatnya menyalahkan Yasmin.“Lho, Daddy jangan menyalahkan Yasmin saja, dong. Daddy sendiri dari awal juga setuju kan sama rencana Yasmin? Di sini kita sama-sama salah, Daddy!” ucap Yasmin protes.Sedangkan ibu Yasmin juga serba bingung. Jika dia berniat menenangkan keduanya, dia pasti berpotensi untuk dibentak. Jadi kali ini, wanita itu memutuskan untuk diam tidak ikut masuk dalam pembicaraan.***Sesampainya di rumah, ayah Yasmin membanting pintu ruangan kerja dengan keras. Lelaki itu mengamuk dan membanting barang-barang. Yasmin sangat takut dengan kemarahan ayahnya, dalam hati dia menyesali tindakannya yang ge
Read more

Gila?

Ibu Devan mempersilahkan tamunya untuk duduk. Mereka duduk berseberangan dan masih saling diam. Merasa tamunya tidak segera membuka suara, ibu Devan berinisiatif membuka percakapan. “Maaf, ada angin apa hingga membuat Anda datang kemari, Nona?” tanya ibu Devan dengan tenang. “Sebelumnya saya hendak memohon maaf karena sudah mengganggu waktu Anda. Kedatangan saya kemari karena ada yang ingin saya sampaikan pada menantu Anda,” ucap tamu itu. “Dari mana Anda tahu kalau menantu saya ada di sini?” tanya ibu Devan menyelidik. Wanita itu tersenyum simpul, “saya sudah mendatangi rumah mereka. Dan kata pelayan mereka menginap di rumah orang tuanya, jadi saya langsung berinisiatif kemari.” Ibu Devan mengangguk, “sebentar, biar saya panggilkan mereka dulu.” Ibu Devan lantas memanggil salah satu pelayannya, “Ina, tolong beritahukan ke menantu saya jika ada tamu yang hendak menemuinya,” perintah ibu Devan. “Baik, Nyonya!” Pelayan itu langsung pergi dari hadapan sang majikan dan menuju ke lan
Read more

Rencana Terselubung

Wanita itu mengepalkan tangannya saat Alin mencoba memancing emosinya. Dia merasa jika Alin hanya mempermainkannya. ‘Sial, kata Rendra dia bodoh, ternyata wanita ini tidak sesederhana yang aku pikirkan!’ batinnya mengumpat. “Lin, aku mohon kasihanilah Rendra. Anak kami masih kecil, dan dia butuh sosok seorang ayah. Posisikan dirimu sebagai aku, Lin. Aku seorang ibu, hatiku tercabik saat anak kami selalu memanggil ayahnya. Tolong, Lin, berilah sedikit empati pada kami,” ucapnya memelas. Alin terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun saat wanita itu membawa anak dalam pembicaraan mereka. Sedangkan sang mertua langsung menggenggam erat tangan Alin untuk menyalurkan kekuatan. ‘Kena kau, ternyata kau lemah sekali jika berhubungan dengan anak!’ batin wanita itu dalam hati. Wanita itu sudah sangat yakin jika Alin akan menyetujui permintaannya. Namun di luar dugaan, saat Alin belum sempat menjawabnya, Devan turun dari lantai atas dan membalas semua ucapan dari wanita itu. “Lancang seka
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status