All Chapters of Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan: Chapter 91 - Chapter 100

107 Chapters

Tamu Tak di Undang

Sesampainya di Swiss, Devan langsung larut dalam pekerjaan. Dia hanya menghubungi Alin sebentar saja. Pekerjaan ini benar-benar menyita waktu Devan hingga tak sempat menjalin komunikasi dengan Alin. Sementara Alin memantau perusahaannya lewat ponsel pintar juga laptopnya. “Kurang ajar, siapa lelaki ini? Berani sekali dia ingin mengacau di perusahaanku!” gerutu Alin saat menerima laporan dari salah satu suruhannya. “Lin, nih Mami potongin buah buat kamu,” kata Mami. Sang ibu yang datang membawa piring berisi buah potong untuk Alin mengerutkan keningnya saat melihat sang anak yang tengah terlihat kesal. “Kamu kenapa marah-marah Nak? Sedang berantem sama suamimu ya?” Alin langsung menoleh ke arah sang ibu yang kini duduk di sampingnya. Seketika, raut wajah Alin berubah menjadi kembali cerah. “Eh Mama. Ah enggak kok, Ma. Cuma ada masalah sedikit di perusahaan tapi aku yakin Mas Devan pasti bisa mengatasinya,” jawab Alin menenangkan. “Kamu itu jangan terlalu banyak memikirkan perusah
Read more

Membekuk Pelaku

Tama tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan pedas Alin. Dia sama sekali tidak merasa tersinggung dan malah semakin gencar membuat emosi Alin meluap. “Ha ha ha urat maluku memang sudah putus sejak aku pertama kali melihat kecantikanmu, Sayang. Sikapmu yang terkesan dingin membuatku semakin tertantang untuk mendapatkanmu. Kau sangat menarik, Lin dan aku suka itu,” kata Tama. “Dasar orang gila. Jangan pernah memanggilku dengan kalimat menjijikkan seperti itu!” desis Alin. “Aku memang gila, dan aku gila karenamu.” *** Sedangkan di tempat lain, Devan kini mengadakan pertemuan dengan beberapa investor yang hendak mengundurkan diri dari kerja sama. “Apa tidak sebaiknya kita selesaikan masalah ini secara baik-baik? Saya pikir ada jalan lain untuk permasalahan pelik ini. Saya berjanji akan menangani masalah ini.” “Kami takut jika merugi dan uang kami tidak kembali. Kebocoran data kemarin sudah cukup membuktikan jika APN Corp belum meningkatkan security systemnya.” “Hey ayolah, ini sal
Read more

Pengganggu Lagi

Wanita itu terdiam setelah mendapat serangan pertanyaan bertubi-tubi dari Alin. Dia takut akan salah bicara dan membuat Alin naik pitam. Dia paham jika terjadi apa-apa maka dirinyalah yang pertama kali akan disalahkan. Wanita itu menyusun kalimat yang tepat agar Alin tidak semakin tersinggung dengannya. “Ah tidak, Nona. Aku hanya ingin tahu saja kabar kalian. Oh ya, kalau boleh tahu sudah berapa bulan kandungan Anda, Nona? Sepertinya sudah sangat besar sekali perut Anda. Kalau boleh tahu, sudah berapa usia kandungan Anda, Nona?" tanya wanita itu. “Sudah hampir sembilan bulan kurang seminggu.” Wanita itu hanya mengangguk. Dia lalu berusaha mencari topik lain karena Alin terlihat tidak tertarik dengan wanita itu dan memilih diam saja menunggu wanita itu berbicara.“Seingatku Devan dulu sangat suka dengan rendang. Makanya aku sering membuatkannya dulu. Apa sekarang seleranya masih sama?” tanya wanita itu kembali. Alin hanya mengangguk, “iya, tapi aku belum pernah membuatkannya rendang
Read more

Cobaan Besar

“Alin, temannya ke sini kok kamu begitu sih? Suruh masuklah, Nak. Maafkan anak Tante ya, Nak. Mari silakan masuk,” tutur mami Alin sambil mempersilahkan masuk. “Terima kasih, Tante!” jawab wanita itu sambil melirik ke arah Alin dengan senyuman penuh kemenangan. Alin hanya diam saja dan langsung masuk ke dalam. Mereka duduk berseberangan di sofa. “Anak manis, ayo sini duduk di samping Tante,” ucap Alin memanggil anak yang dibawa wanita itu. Sang ibu membiarkan anaknya berdiri dan mendekat pada Alin. Dia menyalami Alin dan mencium tangannya. “Anak yang pintar dan manis. Siapa namamu Sayang?” tanya Alin ramah. “Vito Tante,” jawab anak itu dengan lantang. Anak itu tampak tidak merasa takut dengan Alin. Justru sebaliknya, dia merasa nyaman berada di dekat Alin. Wina merasa di atas awan melihat sikap Vito sama seperti dan dia harapkan. Namun, wanita itu tidak menyadari jika sedari tadi Alin tengah memindai Vito dan mencari kemiripan antara Vito dengan suaminya. ‘Kena kau sekarang!’ b
Read more

Kabar Baik dan Buruk

Devan yang baru tiba di Indonesia langsung meluncur ke rumah sakit. Dia tidak memperdulikan dirinya sendiri dan lebih khawatir dengan keselamatan dan keadaan sang istri. Sepanjang perjalanan dia selalu mengoyak sopir agar lebih cepat dalam berkendara."Kenapa jalanmu lambat sekali? Sebenarnya kau ini bisa menyetir atau tidak?" semprot Devan."Maaf, Tuan, jalanan sangat ramai. Akan sedikit berbahaya jika berkendara dengan kecepatan tinggi," balas sang sopir dengan tenang.Sopir mengerti dengan keadaan Devan yang tengah dirundung khawatir."Kalau kau tidak berani berkendara dengan lebih cepat, sebaiknya kau lompat saja dari dalam mobil. Biar aku sendiri yang menyetir!" ancam Devan.Sopir langsung menambah laju kecepatannya. Dia tidak peduli dengan bunyi klakson mobil lain.***Setibanya di rumah sakit, dia langsung menuju ruang perawatan Alin. Di depan ruang perawatan, sudah ada kedua orang tua Alin dan salah satu kakaknya yang baru tiba. Di saat yang bersamaan, Rendi yang baru saja kel
Read more

Tidak Tahu Terima Kasih

"Hus kamu itu bicara apa sih? Jangan seperti itu, ingat kalau bukan karena Nona, mungkin saat ini kamu sudah jadi gelandangan di jalan. Jangan jadi orang yang tidak tahu terima kasih," tegur maid yang lain.Kalimat itu membuat rahang Devan mengeras. Beraninya seorang pelayan yang sudah ditolong sang istri malah menusuknya dari belakang. Namun dia tetap menguping pelayan yang sedang membicarakan majikannya itu."Biarkan saja, sejak awal aku juga tidak minta ditolong olehnya. Kalau Nona Alin mati, otomatis Tuan Devan akan menduda. Dan aku akan berusaha menggodanya, bahkan jika perlu aku jebak saja dia. Bukankah wanita rendah itu dulu juga menjebak Tuan Devan agar bisa menikah dengannya?" "Jangan membicarakan berita yang tidak benar, Ani. Nona Alin tidak seperti itu.""Halah dasar kau pembela Nona Alin. Tidak usah cari muka agar jadi pelayan kesayangan Nona Alin," jawab pelayan itu dengan ketus."Aku tidak mencari muka, aku bicara sesuai fakta. Kau sendiri hanya anak baru di sini, beran
Read more

Lupa Ingatan?

Semua orang di ruangan itu tidak berani bersuara walau dalam hati mereka bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Suasana di ruangan itu sangat mencekam dan penuh ketegangan saat ini. "Apa motifmu melakukan semua ini?" tanya Devan dingin."Motif apa maksud Tuan Devan? Maaf, saya tidak mengerti," elak gadis muda itu. "Jangan berpura-pura. Saya sudah mendengar semua percakapan kalian tadi," jawab Devan.DeggSeluruh pelayan yang tadi membicarakan Alin menjadi pucat pasi saat sang tuan ternyata mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Mereka sudah pasrah jika memang mereka harus menerima hukuman."T-tidak Tuan, saya hanya bercanda tadi. Tidak mungkin saya-" "Pada kenyataannya aku mendengar sendiri dari mulutmu jika kau menginginkan istriku lenyap," ucap Devan memotong kalimat pelayan baru itu."Tidak, Tuan. Ini tidak seperti yang Tuan pikirkan. Mungkin saja Tuan salah dengar," elak wanita itu berusaha membela diri."Oh ya? Begitukah? Jadi maksudmu pendengaranku bermasalah? A
Read more

Kebahagiaan Kecil

Kedua orang tua Devan yang datang pun tak kalah terkejutnya kala mendengar jika sang anak mengalami lupa ingatan. Tapi mereka masih bersyukur karena Alin masih bisa selamat. "Nak, ini Mami, Nak, ibu kamu," kata ibu Alin."Mami? Jadi aku punya ibu ya?" tanya Alin polos.Sang ibu mengangguk, "iya, dan ini Papi kamu. Itu yang berdiri di sebelah sana ibu mertua kamu dan itu suami kamu," ujarnya sambil menunjuk satu per satu orang di ruangan tersebut."Menikah?" Alin lalu melihat cincin yabg melingkar di jari tangannya. Seketika kepala Alin langsung pening saat mengingat-ingat semua itu. "Sudah, Nak jangan dipaksakan. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu ya," ujar sang ibu. ***Siang harinya, Devan pamit keluar karena ada urusan yang masih harus dia selesaikan. Akan tetapi lelaki itu tidak mengatakan dengan sejujurnya tentang urusan penting apa yang hendak dia selesaikan. Kedua orang tua Devan pun mengizinkan karena mereka sadar jika Devan mengemban tugas dan tanggungjawab yang sangat be
Read more

Percobaan Penculikan

Sang sepupu sangat menyayangkan sikap Rendra yang cenderung lembek. Wanita itu sangat dendam dengan Alin dan juga sang suami karena gara-gara mereka kini dia kehilangan pekerjaannya."Ndra, kamu itu laki-laki jangan lembek seperti ini. Apa kamu nggak kasihan sama kedua orang tua kamu? Apa kamu nggak mikirin mereka juga?" Rendra tampak terdiam dan menimbang-nimbang. Sedangkan sang sepupu terus saja meracuni pikiran Rendra agar mau bekerja sama dengannya."Apa kamu tidak sakit hati melihat kebahagiaan Alin di sana, sedangkan kamu di sini menderita? Lihatlah, mereka tertawa di atas kesedihan dan penderitaanmu. Pikirkan itu baik-baik," ujar sang sepupu sebelum berlalu pergi."Tunggu, apa ada yang bisa menjamin keamanan dan keselamatan kita jika kita kembali membuat ulah dan mengusik keluarga mereka? Kau tentu belum lupa kan bagaimana manusia-manusia itu menyingkirkan mu dari perusahaan? Bagi mereka, melenyapkan orang seperti kita bukanlah hal yang sulit dilakukan. Apalagi kita tidak puny
Read more

Pulang ke Rumah

Devan langsung menuju ruang perawatan bayi untuk memastikan keadaan sang anak. Setelahnya, lelaki itu langsung memanggil seluruh suster, dokter dan pihak keamanan yang bertugas menjaga sang anak. Sang kakak pun tidak mengira jika mereka lalai. “Apa saja pekerjaan kalian? Menjaga bayi saja kalian tidak becus. Untung saja anakku tidak hilang,” kata Devan marah. “Ampuni kami, Tuan, kami lalai menjaga bayi Tuan. Tadi ada seseorang yang menyamar sebagai suster hendak masuk ke ruangan Tuan kecil. Kami kira, dia memang benar-benar suster yang hendak memeriksa Tuan kecil. Tapi ternyata dia hendak membawa kabur Tuan kecil. Andai kami tahu dari awal, kami pasti tidak akan membiarkannya membawa Tuan kecil, Tuan. Ampuni kami,” ucap penjaga dengan gemetar. Devan mengangguk, “ya sudah tidak apa-apa. Jangan diulangi lagi, dan aku ingin kalian perketat keamanan di sini. Aku tidak mau hal seperti ini terulang kembali,” kata Devan.Setelah mengatakan hal itu, Devan langsung pergi meninggalkan mereka
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status