Aku melenggang dengan hentakan yang lumayan kencang. Ku masuk kedalam kamarku untuk sejenak meredam emosi ini."Dasar keterlaluan! Sungguh tidak punya perasaan, bisa-bisa mengataiku seperti itu. Dasar wanita gak punya akhlak sama sekali," aku marah sejadi-jadinya di dalam ruangan yang kini hanya ada aku sendiri."Marisa, buka pintunya,kamu jangan dengar ucapan Kania, ucapannya memang bukan untuk di dengar Mar, kamu jangan sedih ya," teriak Dio dari balik pintu yang sengaja ku kunci agar siapapun tidak akan masuk lagi.Aku kesal saat mendengar bujukan Dio, ku ambil bantal lalu melemparkannya ke balik pintu. Kalau saja dia tidak menikah denganmu mungkin aku tidak akan tersakiti begini. Aku merajuk pada lelaki yang saat ini masih menjadi suamiku."Ya sudah kalau tidak mau buka pintu, lebih baik Mas pergi dari sini," kata Dio pasrah."Pergi saja sana bawa istri muda mu itu," kata kesal.Ku rebahkan diri pada ranjang yang berada di kamarku. Sambil memikirkan tentang ucapan Kania tadi, Kani
Read more