Semua Bab SUAMI MELARATKU TERNYATA KONGLOMERAT: Bab 61 - Bab 70

114 Bab

Bab 61

[Marisa pokoknya aku tidak mau kalau harus berpisah denganmu. Aku mencintaimu, aku menyayangimu] Pengirim pesan tersebut yaitu dari Dio.[Bacot lo Dio] balasku kasar karena semua yang di katakan Dio tidak ada artinya sama sekali.Sekarang aku mau merubah sikap, dan bukan Marisa yang kalian kenal lemah dan selalu bodoh. Kini aku akan bangkit dari keterpurukan ini.Tiba-tiba hujan pun turun deras, tadinya aku ingin berteduh. Tapi, setelah ku pikir-pikir lebih baik aku mengguyur badanku di tengah hujan yang turun deras. Aku berharap badan ini sakit dan kalau bisa mati saja sekalian.Badan pun mulai menggigil kedinginan baju yang sejak aku pake sudah basah kuyup. Untuk ponsel berada di dalam tas yang terbuat dari karet sehingga tidak menembus ke dalam.Daguku mulai gemetar merasakan gigilan badan yang sangat dingin ini.Hujan pun tambah deras dan suara gledek menggema. Tapi aku tak mau menghiraukannya, aku tetap terpaku pada bangku di tepi jalan ini.[Apa kau sudah gila membiarkan tubuh s
Baca selengkapnya

Bab 62

Tok! Tok! Tok!"Non Marisa ini Bibi," seru Bi Euis dari balik pintu kamar."Masuk saja tidak di kunci kok Bi," kataku yang sedang duduk di tepi ranjang dengan memainkan layar ponsel.Bi Euis masuk kedalam ruangan kamarku sambil membawa nasi dan sayur sup."Bawa apa Bi? Perasaan aku tidak minta apa-apa deh.""Non, ini Bibi bawa nasi, pasti Non dari pagi belum makan 'kan? Ayo makan dulu kasihan perut Non kalau disiksa begitu cacingnya nanti pada ngamuk Non," ujar Bi Euis sambil menyimpan makanan yang ia bawa di atas nakas."Simpan saja disitu Bi, ngapain sih Bibi repot-repot, lagian aku lagi malas makan.""Pokoknya Non harus makan, hari ini Bibi tidak melihat Non makan." Bibi Euis memaksa."Biarin aja Bi biar mati saja aku sekalian, bosan aku hidup Bi, tidak ada gunanya sama sekali.""Non gak baik loh Non, menyiksa diri seperti itu. Orang sakit aja diobati apalagi Non masih sehat seharusnya Non bersyukur punya badan yang sempurna. Coba Non lihat manusia di luaran sana banyak yang kekuran
Baca selengkapnya

Bab 63 TANGTANGAN BERAT

Tok! Tok! Tok!Masih pagi begini aku harus mendengar ketukan pintu yang berisik."Siapa sih gedor pintu aja berisik banget kaya yang mau demo," gerutuku ketika aku terjaga dari bangunku karena suara gedoran pintu.Padahal mataku masih terasa berat untuk terbuka. Tapi terpaksa walaupun rasa ngantuk masih terasa. Padahal hari ini aku akan tidur sepuasnya. Malas keluar kamar, malas juga kalau harus menghadiri acara ijab kabul sang suami.Sesekali mulutku masih menguap dan semua badan terasa pegal, mungkin karena kemarin aku hujan-hujanan.Krieet!Daun pintu pun ku buka untuk melihat siapa yang sudah membangunkanku yang masih tertidur pulas.Aku menarik nafas dengan lembut saat ku tau ternyata pengantin mempelai wanita sudah siap dengan gaun pengantin warna putih dan sanggul yang sudah dihias seindah mungkin. Memang aku tidak bisa bohong wajahnya begitu cantik tapi sayang tidak secantik hatinya. "Untuk apa kamu kesini?!" tanyaku ketus pada Kania yang saat ini berada di hadapanku."Loh ko
Baca selengkapnya

Bab 64

"Dio! Dio! Buka pintunya kamu sedang apa Dio? Lama banget sih. Keluarga sama Pak Penghulunya sudah menunggu," teriak Bu Sonia dari balik pintu sambil menggedor."Bentar Bu, nanti juga Dio keluar. Masih pake baju ini," kata Dio malas."Kamu mau ngelenong atau mau mau apa sih lama banget. Tinggal pake aja baju yang ada, gitu aja riweh. Cepet Dio," gerutu Bu Sonia yang sudah menunggunya."Ibu masuk ya Dio." Knop pintu pun di putar dan daun pintu pun terbuka lebar.Terlihat Dio yang masih kusut dengan masih memakai baju kusutnya kaos oblong serta kolot doraemon."Ya ampun Dio, kamu itu gimana sih katanya mau menikah tapi kamu masih mengenakan baju lusuh begitu. Kamu itu mau menikah atau mau jadi pemulung sih.""Bu, aku rasanya berat banget," ungkap Dio melas.Namun, Bu Sonia tidak menggubris ucapan anaknya ia memilihkan jas yang bagun untuk putranya itu."Nih kamu pake sekarang juga baju ini, sebentar lagi ijab qobul kamu akan di mulai. Semua sudah siap menhnggu kamu," papar Bu Sonia.***
Baca selengkapnya

Bab 65

"Gitu gimana sih, perasaan wajah gue gak papa kok. Wajah gue biasa aja, masih cantik dan imut juga," kataku bersandiriwara tegar agar Aditya tidak mencurigai."Loh kok kayak yang lagi banyak beban di pikiran gitu, lo keliatan murung banget tu muka. Tapi ini sih cuma kata gue aja. Mungkin gue salah kali ya," ujar Aditya yang tersadar dengan tingkahku dan reaksi wajah ini yang kecut.Aku mengambil beberapa biji batu dari kumpulan batu yang berada di bawah tanah.Tanganku memberikannya pada Aditya, "Kalau lonlagi sedih, coba deh lo lemparin batu ini ke danau, sambil teriak-teriak," sahutku sambil memberikan kerikil batu tersebut.Aditya hanya pasrha lalu ia mengambil batu yang ku sodorkan barusan."Sekarang?""Taun depan! Ya sekarang lah masa minggu depan. Ngaco lo."Aditya melemparkan batu itu sambil teriak-teriak gak jelas.Akhirnya Pak yang sedang sakit gigi merasa terganggu dengan teriakan Aditya."Woy! Mau cari mati lo ya, teriak-teriak gak jelas. Kayak yang lagi demo! Lo pikir danau
Baca selengkapnya

Bab 66

"Bukan gitu Mar, cuma …""Cuma apa Mas?! Terserah kamu saja, kamu urus saja istri mudamu itu tidak usah urusin hidupku lagi Mas," kataku sambil melengos pergi.Aku hentakan kaki ini mulai melenggang meninggalkan suamiku yang masih bergeming."Dasar lelaki ngomongnya gak cinta tapi nyatanya apa? Sudah menikah cinta juga. Malah dibelain. Lah gue malah disalahkan, apakah hidup sebangsat itu!" gerutuku sambil membuka daun pintu. Lalu menutupnya dengan kasar.Bred!Bunyinya hingga nyaring.***Jarum pendek menunjukan pukul 8 malam, aku yang masih duduk di hamparan sajadah dengan kedua tangan masih tengadah berdoa meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa.Bulir-bulir bening terjun membasahi pipi ini, aku berdoa semoga semuanya bisa kembali seperti dulu lagi, ketika aku menjadi orang miskin. Walaupun kekurangan harta setidaknya aku tidak kekurangan kasih sayang seperti ini. Kini aku merasa jauh dengan Mas Dio. Dulu kami selalu bersama sholat bareng bahkan baca alquran bareng-bareng hanya
Baca selengkapnya

Bab 67

Acara makan malam pun hancur seketika gara-gara keributan aku dengan Kania. Tapi kali ini aku tidak ingin mengalah lagi.Aku duduk di hadapan kaca rias sambil melihat wajahku di pantulan kaca, ternyata wajahku sedikit kusam dan tidak terawat, akibat aku jarang sekali berdandan. Kulepas ikatan yang mengikat rambutku lalu menyisir membersihkan rambut yang terlihat kusut.Mulai sekarang mungkin aku harus lebih rajin merubah penampilanku dan mempercantik diri ini.Ketika aku menyisir rambut terlihat cincin perkawinan yang masih melingkar di jari manisku.Kutatap cin-cin itu secara gamang. Teringat janji suamiku waktu kami menikah tidak akan meninggalkanku dan tidak akan pernah berkhianat. Namun, kenyataannya apa?Aku menghela nafasku yang yang panjang. Tidak ada gunanya aku meratapi suamiku yang kini adalah suami orang. Ternyata nasibku di masa sekarang begitu buruk.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, aku berusaha bangkit untuk membuka pintu kamar. Aku yakin itu pas
Baca selengkapnya

Bab 68

Bi Euis membawakan goreng pisang hangat untuk Pak Hadiman. Aku segera mengambil alih dari tangan Bi Euis, "Biar aku saja Bi."Aku mengambil sepiring goreng pisang yang dibawakan Bi Euis barusa. Untuk diberikan pada sang mertua yang kasih bersandar di kepala ranjang.Pria paruh baya itu membuatku iba. Bagaimana tidak. Dia yang sering sakit-sakitan hanya diurus oleh Bi Euis saja sang pembantu di rumah ini tanpa ada sentuhan kasih sayang dari istrinya."Yah aku bawakan goreng pisang, Ayah makan ya. Ini enak sekali," kataku sambil menyimpan sepiring goreng pisang di tepi ranjang beserta air minum di atas nakas.Tangan yang sudah keriput itu terus memijat buah betisnya, entah apa yang dirasakan mungkin karena akibat terlalu sering berbaring hingga kurang gerak kaki ia terasa pegal dan seperti kesemutan."Yah kakinya kenapa?""Kaki ini terasa pegal, mungkin karena Ayah tidak karena sudah lama ayah rebahan terus."Tanganku mulai memijat pelan-pelan kaki yang sudah keriput dan kelihatan suda
Baca selengkapnya

Bab 69 GARA-GARA RAMBUT BASAH

Pagi hari, karena bangun tidur kesiangan terpaksa aku harus mandi wajibnya kesiangan. Karena tidur yang terlalu pulas membuatku malas untuk terbangun. Hampir 2 malam juga aku tidak bisa tidur.Aku menyisir rambutku di kamar, setelah itu aku menjemur pakaian di halaman depan.Satu persatu ku sampaikan di jemuran besi yang berada di halaman rumah itu.Tiba-tiba Kania datang memperhatikan rambutku yang basah karena aku baru saja keramas."Lololo. Gue gak salah lihat 'kan? Lo keramas. Jangan-jangan lo …?""Apaan sih lo, datang-datang nuduh gue sembarangan."Sejenak ia terdiam,Kania seperti mengingat sesuatu. Aku terdasar kalau Kania memperhatikan rambut basah ku ini."Lo pasti abis bermalam sama Mas Dio gue 'kan? Ngaku lo?!""Apaan sih Kan, lo kagak jelas banget. Emang kalau rambut gue basah emang kenapa? Emang gue nggak boleh apa keramas? Itu hak gue lah!" elakku agar Kania tidak mencurigaiku sama sekali.Tiba-tiba Bu Sonia datang menghampiri keributan kami lagi, pasti aku yang akan di s
Baca selengkapnya

Bab 70 MEMBUJUK TASYA

"Emm …" Aku bingung harus jawab apa?"Mar, kok malah di pandangi aja sarapannya, mari makan bersama," tawar Ayah Hadiaman yang baru saja datang dengan memakai kursi roda yang di putarkan dengan tangannya sediri. Setidaknya aku tidak perlu lagi menjawab pertanyaan Bu Sonia yang memaksaku.Kania hanya membuang muka tatkala Ayah Hadiman datang, maduku sepertinya tidak menyukai ayah mertuaku, sebab Pak Hadiman memperlakukan aku layaknya menantunya tak seperti Bu Sonia yang berubah lebih sadis semenjak kedatangan Kania kerumah ini.Ku ambilkan roti tawar serta selai stawberi untuk ayah mertuaku. Sehingga ia tidak kesusahan saat mengambilnya.Bu Sonia juga terlihat lebih ketus saat ia melihat aku perhatian pada Ayah Hadiman."Terimakasih Mar," ungkap Pak Hadiman sambil mulai makan roti yang sudah ku ambilkan.Dio pun datang untuk sarapan sebelum ia berangkat ke kantor tak lupa ia pun menjingjing tas laptopnya. Seketika Kania mempersilahkan kursi yang berada di sampingnya. Memang kosong ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status