"Cendol! Dol, dol, dol.""Bang, beli," panggil Bu Vani sambil melambaikan tangannya. Semoga saja pelanggan yang satu ini benar-benar membeli."Mau beli cendol?" tanya Dio kepada pelanggan setia yang sudah sejak tadi menunggu kedatangan Dio."Ya, iya lah. Beli cendol! masa mau beli pizza. Kan gak mungkin," ketus Bu Vani dengan mendelikkan matanya."Ah. Ibu, bisa aja," balas Dio senyum manis sambil meracik cendol dalam cup."Dio dulu kamu tampan, tapi sekarang kamu dekil. Udah dekil miskin lagi," celetuk Bu Aida yang sedang menunggu Dio meracik cendol untuknya.Entah apa maksud omongan Bu Aida, apa pantas hinaan keji seperti itu dijadikan candaan. Hujatan dan hinaan sudah terbiasa jadi lalapan untuk Dio setiap hari. Tak apalah kalau memang mereka merasa bahagia, Dio rela di jadikan bahan tertawaan. "Iya, benar! Sekarang kamu hitam dan juga dekil Dio," timpal Bu Vani mencermati wajah Dio sambil tertawa renyah."Mau gak hitam gimana bu wajah saya, toh saya tiap hari panas-panasan," Jawab
Magbasa pa