Amira kembali menemui Farhan. “Kakak boleh pinjam lima juta?” Gadis ini tidak berbasa-basi hingga keponakannya menghentikan permainan gitarnya, disimpan di sisinya. “Boleh, Kak.” Anggukan ditambahkan. “Tapi ... tidak tahu kapan Kakak akan mengembalikannya,” jujur Amira supaya Farhan tidak berharap uangnya segera kembali. Farhan menyodorkan sebuah snek yang menjadi camilannya. “Jangan terburu-buru, Farhan tidak akan menagih.”“Baikkah ...,” desah Amira, “terimakasih ya.” Entah apa yang harus dilakukannya pada Farhan untuk membalas budi baik keponakannya. Jadi, saat mendapatkan uang sebesar lima juta Amira barusaja kembali ke kediamannya. Dahi gadis ini berkerut dalam saat melihat ibunya memersiapkan banyak kardus, kemudian perasaan cemas merajang, “Ma, apa rumahnya sudah Mama jual? Tapi kan Ami sudah meminta waktu untuk mencari uang supaya Ami bisa berhenti menjadi trainee!” “Sssttt,” desis Fatma dengan lembut, “bicaranya jangan keras-keras, bos kamu sedang ikut ke kamar mandi.”“
Baca selengkapnya