Kepergian Fatma segera dikabarkan Zulaiha pada Amira, tetapi dia selalu berpikir jika keponakannya sudah mengetahui semuanya. Maka, gadis ini hanya tersenyum hambar mendengar suara tantenya yang terpantul dalam microfon ponsel. “Iya, mama harus mencari rumah yang dekat dengan gedung.”“Apa Ami akan sering pulang kesini?” harapan Zulaiha sangat besar. Dia pikir jika Fatma sudah berdekatan dengan anak-anaknya maka kemungkinan keponakannya kembali ke daerah ini sangat tipis. “Iya, akan Ami usahakan karena kan ... cuma itu tempat Ami pulang,” sendunya. Namun, Zulaiha terkekeh hangat mendengarnya. “Baiklah kalau begitu, Tante tunggu ya.”“Iya, Tante.” Masih sendu Amira hanya saja Zulaiha salah mengartikan, dia pikir nada suara Amira karena kelelahan akibat jadwal padatnya. “Ya sudah, Ami beristirahat saja. Jangan lupa makan yang teratur,” pesan sayang Zulaiha pada Amira seolah gadis itu adalah anak yang dilahirkannya. “Iya.” Senyuman bahagia melengkung singkat saat Amira mendapatkan pe
Tindakan Erzhan selalu berhasil mengagetkan Amira, tetapi kali ini si gadis sudah terbiasa dengan sikapnya. “Bagus sekali. Kemarin dia membelikanku rumah, sekarang isinya. Kita tidak perlu menikah karena aku merasa kamu sudah menjadi suamiku.” Amira memutar bola mata malas saat meninggalkan toko furniture.Erzhan sedang berada di perusahaan ayahnya, kembali menduduki posisinya saat dirinya mendapatkan kunjungan tidak terduga dari Alisha. “Hi, senang melihatmu,” sapa hangat si gadis dengan memasang senyuman manis.Erzhan membuang wajahnya sesaat ketika wanita ini muncul di hadapannya, kemudian segera meninggalkan duduknya disertai alasan, “Aku ada rapat!”“Tidak. Aku sudah menanyakan jadwalmu pada sekeretarismu.” Kalimat datar Alisha yang disertai dengan senyuman.Erzhan memegangi pelipisnya sesaat. “Astaga.” Saat ini Alisha menyeringai puas.“Kita bisa mulai ulang semuanya dari awal, aku sudah tidak marah. Hanya saja kamu harus bisa meyakinkan orangtuaku untuk kembali melakukan perjod
Amira segera dibuat kalang kabut saat namanya dipanggil Alisha. “Dia mau apa, apa mau mempermalukanku lagi?” Jujur saja, gadis ini takut diperlakukan seperti sebelumnya. Bukan karena bermental lembek, hanya saja nama baiknya selalu menjadi taruhan.Namun hendak Alisha menghampiri Amira justru gadis itu berjalan semakin menjauh bahkan menaiki taxi dan pergi. Sekali lagi bukan karena Amira tidka memiliki keberanian, tetapi selain nama baiknya yang terancam, keluarganya juga sering dibuat cemas setiap kali videonya menjadi viral. “Apa aku harus mengadu pada Erzhan supaya wanita itu tidak mendekatiku? Tapi kalau dia benar peduli padaku harusnya Erzhan sudah memberikan peringatan pada Alisha!”Akhirnya Amira berpikiran negatif pada pria satu itu, Erzhan mengaku ingin menikah dengannya, hidup dengannya, tetapi masalah seperti ini saja tidak ditanganinya, hanya membiarkan Amira menghadapinya sendiri. Itu yang tertanam dalam benark si gadis.“Pak, berhenti di depan ya.” Amira memutuskan berse
Sejurus kemudian, Erlangga merasa malu pada dirinya sendiri. ‘Tapi bukan hanya Erzhan yang bejad karena kenyataannya aku juga merusak Tasya.’ Embusan udara dibuang sangat menikmati, ‘Dunia ini tidak akan terasa menyiksa jika semua manusia mencari syurga karena syurga bukan hanya ada di akhirat saja.’Erzhan tidak ingin berlama-lama menatap Erlangga, jadi dia memutuskan mengakhiri obrolan menggunakan ancaman, “Saya bisa saja memperkarakan kasus sebelumnya, itu sangat mudah. Jadi pastikan tidak akan terjadi kasus berikutnya.”“Iya, Tuan. Saya akan memastikannya.” Erlangga menurunkan wajahnya sesaat sebagai tanda hormat kepada tamunya walaupun harga dirinya tidak mengizinkan, tetapi terpaksa harus dilakukan berharap sikapnya dapat meredam amarah Erzhan supaya nama managemen tidak jelek di mata publik. “Sial!” Dengusan kasarnya setelah Erzhan meninggalkan ruangan. “Aku memang berhasil menikungmu, tapi ada saja caramu agar aku merendahkan diriku. Ck!” Identitasnya tidak terbongkar di mata
Gadis itu segera melaporkan penglihatannya tadi pada Amira karena dia adalah kawan satu kamar kakak beradik itu. “Maaf ya bukan maksudku berburuk sangka, tapi tadi aku melihat Tasya sama pak Erlangga keluar dari hotel bintang lima yang cukup jauh dari sini.”Amira mengeryitkan sedikit dahinya. “Tasya keluar dari hotel?”Gadis ini mengangguk tanpa memasang wajah penuh curiga karena hubungan pertemanannya dengan Tasya bisa terbilang lama, dia sudah cukup banyak mengenali kawan sekamarnya.“Mungkin Tasya makan di sana. Tasya bilang sudah punya penghasilan dari konten yang dia buat, mungkin Tasya sedang memanjakan lidahnya. Hihi ....” Ini bukan kalimat untuk membela adiknya, tetapi Amira memang sudah tahu isi kantong Tasya yang sanggup membayar makanan di tempat mewah.“Hm ... iya sih, bisa jadi begitu. Tapi tidak lama setelah Tasya keluar, pak Erlangga juga keluar dari hotel yang sama. Apa kamu tidak curiga, kan bisa saja Tasya dan pak Erlangga punya hubungan.” Bukan maksud menghasut, ga
Tasya memilih menyudahi topik pembicaraan karena mengasihani Amira dan dirinya harus berjaga-jaga supaya Amira tidak tahu jika ibunya menolak kehadirannya. “Tasya sarankan kakak buatkan sup untuk Erzhan, kirimkan ke villa selama masih hangat.”“Mana bisa dikirimkan ke villa, villa sangat jauh dari sini. Terus ... bagaimana Kakak akan memasak, Kakak tidak punya kompor dan alat masak.” Tawa kecilnya.“Oh iya. Di sini kan tidak ada alat masak.” Tawa kegelian Tasya. Jadi keduanya tertawa bersama, sedangkan saat ini Erzhan hanya bisa memasak mie instan yang dicampurnya dengan makanan cepat saji lainnya.Hari berganti, pagi-pagi sekali Amira memutuskan datang ke villa. Dia tiba pukul enam setelah start dari gedung pukul lima. “Untung ada ojek online jadi cepat sampai.” Udara yang dibuangnya sangat lega. Gadis ini melangkah seiring membawa kresek hitam karena dirinya sempat mampir ke pasar.“Nak Ami ... baru kesini lagi ...,” sapa Melinda yang barusaja keluar dari rumahnya untuk menyiram bun
Amira tidak dapat bereaksi selain merasa kaget sekaligus sakit mendapatkan perlakuan seperti ini dari Fatma. Selama beberapa saat kakinya tidak dapat digerakan hingga akhirnya dia menyadari jika Fatma tetaplah ibu tiri, kenyataan itu tidak akan berubah. Maka, punggungnya berbalik walau kakinya belum bisa melangkah. “Iya ma, Ami mengerti posisi Ami di kehidupan mama ...,” desahnya.Sebelum ini Fatma sudah mengatakan jika mereka tidak memiliki hubungan apapun lagi, termasuk anak dan ibu. Namun, hingga hari ini Amira masih menganggap hubungan itu tetap ada bahkan hingga detik ini tidak berubah. Sebelum mengambil langkah, lehernya memutar pada arah daun pintu berharap Fatma membukanya, tetapi ternyata itu hanya harapan kosong. Jadi, dia berlalu dengan sendu.Setibanya di gedung, Tasya segera memburu Amira dengan pertanyaan, “Kak, kenapa sudah kembali. Apa mama sudah selesai berbenah?” Gadis ini menduga jika bukan itu alasan Amira cepat kembali karena dia tahu ibunya tidak menerima kakakny
Alisha mendapatkan beberapa informasi penting tentang Amira, itu sudah cukup untuk hari ini. Maka wanita ini berlalu menggunakan mobil mewahnya. “Aku ingin tahu bagaimana reaksi mama dan papanya Erzhan saat tahu tentang Amira.” Seringai liciknya. Namun, dia tidak akan sembarang bercerita karena kalimatnya harus disertai dengan bukti akurat yang membuat Amira tidak dapat mengelak.Kedatangan Alisha hinggap di telinga Amira beberapa jam kemudian. Zulaiha menghubunginya sekalian menanyakan kabar keponakannya itu. “Tapi nona itu tidak lama,” tutur Zulaiha setelah menceritakan pertemuannya dengan Alisha-wanita yang tidak diketahui namanya karena Alisha tidak memerkenalkan diri.“Hm ... siapa ya wanita itu?” Amira dibuat memutar otak.“Masa Ami tidak tahu. Tapi sepertinya orang berada seperti bosnya Ami.”‘Apa Alisha ya?’ Saat ini pemikiran Amira segera tertuju pada wanita itu karena siapa lagi wanita yang standar kekayaannya sejajar dengan Erzhan? Kawan-kawannya tidak memiliki kekayaan seb